Prof. Mahfud MD memang sebelumnya sudah masuk dalam radar sepuluh Cawapres terkuat Jokowi. Hingga detik ini, hembusan nama begawan hukum itu terus mengencang kuat di jagad politik nasional. Apakah Jokowi benar-benar memutuskan maju nyapres berpasangan dengan Mahfud MD esok hari jum'at (10 Agustus 2018), masih tarik ulur. Anggaplah masih misterius.

Harap maklum, gaya komunikasi politik di Indonesia – merujuk pakar komunikasi politik Edward T. Hall – cenderung berkonteks budaya tinggi (high context culture). Maksudnya pesan politik yang disampaikan para elite di hadapan publik bersifat tidak langsung, sarat teka-teki, bernuansa simbol, bertabur sinyal-sinyal, kompleks, dan multi tafsir.

Dus, media dan publik pun ramai menebak, bukan sekadar kata-kata yang terlontar, tapi juga bahasa tubuh (body language), gestur, dan perilaku, tak lepas dari penafsiran segenap penikmat politik dari semua lapisan. Sebut saja, dalam beberapa kesempatan Jokowi mengungkap inisial M sebagai calon wakilnya. Sementara sebagian besar bakal cawapres berinisial M, yakni Mahfud MD, Ma'ruf Amin, Moeldoko, Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, Muhammad Romahurmuziy, dan Muhaimin Iskandar, termasuk Muhammad Jusuf Kalla.

Begitu pula kala Jokowi mengajak tokoh-tokoh tertentu dalam suatu acara, silaturrahmi, pertemuan di Jakarta, atau pun kunjungan kerja di daerah, lantas dimaknai sebagai prasasti politik yang mengandung pesan bahwa ‘si dia’ yang kejatuhan wahyu keprabon. Jangan pula kita ge-er bagi pemilik inisial M, terlebih mau bikin paguyuban persatuan ‘M’ sedunia, apalagi menyeret Maudy Ayunda.

Menguatnya nama Mahfud MD sebagai pendamping Jokowi di Pilpres 2019 berbanding lurus dengan cita-cinta akan komposisi duet untuk saling memperkuat. Simpul-simpul informasi yang perlu dikuliti adalah seberapa strategis sosok Mahfud MD guna meneguhkan akselerasi pembangunan, stabilitas maupun kontinyuitas program serta kebijakan Jokowi menuju Indonesia Hebat. Terutama di bidang ekonomi, stabilitas politik pertahanan-keamanan, dan suatu demokrasi yang terkonsolidasi (a consolidated democracy).

Salah satu hal yang menonjol dari Mahfud MD adalah dikenal luas sebagai icon penegakan hukum. Dia tercatat sebagai bintang hakim MK yang cemerlang, berani dan istiqomah membasmi kangker ganas korupsi. Selain jejak rekam selama menduduki jabatan publik terbilang bersih dan bebas dari korupsi, Guru Besar Hukum Tata Negara ini cekatan bertindak saat Komisioner KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah tahun 2009 lalu, mau dimusnahkan oleh tangan-tangan mafia.

Dalam suatu sidang MK, tanpa basa-basi, Mahfud MD membongkar skenario gelap itu lewat pemutaran rekaman yang menampilkan fakta ironik adanya agenda penghancuran KPK. Dan, akar utama dari sengkarut persoalan pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial-ekonomi dan lain-lain karena hukum tidak dibenahi. Akhirnya anggaran untuk sektor-sektor strategis itu dirampok oleh koruptor. Maka bereskan dulu tatanan hukumnya.

Selain itu, Mahfud MD punya pengalaman matang mengelola lembaga tinggi negara dan pemerintahan. Jabatan strategis seperti wapres bukanlah arena untuk coba-coba. Indonesia sebesar ini memerlukan pemimpin yang bukan hanya cerdas, tapi juga berpengalaman. Uniknya, Mahfud MD pernah mengabdi di ranah legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Dari Menteri Pertahanan, lalu Menteri Kehakiman di zaman Presiden Gus Dur (2000–2001). Kemudian anggota DPR RI (2004–2008), dan puncak karirnya saat menjabat sebagai Ketua MK (2008–2013). Akumulasi dari pengalaman itu memperkaya kecakapannya di bidang hukum, politik, hingga pertahanan-keamanan. Ditambah sebagai akademisi bergelar professor, maka Mahfud MD konsisten mengombinasikan antara dimensi intelektualisme dan aktivisme.

Selanjutnya, poin penting dari Mahfud MD adalah representasi kalangan Islam. Selain alumni pesantren dan tumbuh berkembang di lingkungan pendidikan Islam, beliau juga kader NU yang punya frekuensi pemikiran dan emosional-spiritual yang sama dengan Gus Dur. Di sisi lain, dia berpola pikir ‘pembaharu’ khas Muhammadiyah, bahkan dikenal dekat dengan organisasi persyarikatan itu. Artinya, beliau muslim reformis yang merawat tradisi, santri yang berkebudayaan.

Spirit Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan berpadu dalam satu pribadi: Mahfud MD. Dan, beliau bagian dari keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), bahkan pernah menduduki posisi sebagai Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI (Korps Alumni HMI). Warna keislaman yang kental dari Mahfud MD ini bisa mengakses basis massa muslim dari yang berhaluan tradisionalis, modernis hingga fanatik.  

Intinya, Putra Madura itu Islam 100%, sekaligus 100% Indonesia dalam pengertian sudah jelas komitmen dan konsistensinya merawat NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan Merah Putih. Pengabdian Mahfud MD selaku anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (2018 – sekarang) kian mengokohkan nasionalisme-kebangsaannya dalam rangka mempertahankan Pancasila dan UUD 1945. Pada saat yang sama, Mahfud MD senantiasa siap pasang badan dan lantang membangun kontra-narasi dan kontra-argumentasi terhadap pemikiran garis miring dari kelompok-kelompok garis keras.

Namun demikian, ada beberapa pesan saya selaku anak bangsa kepada Mahfud MD, agar memberikan atensi khusus terhadap pembangunan Indonesia Timur terutama kawasan marginal, termasuk melindungi kelompok minoritas dari perilaku intoleransi. Ketegasan terhadap kelompok ekstremis tidak melulu diatasi lewat pendekatan keamanan, tapi juga mainstreaming wacana intelektual dan keagamaan yang mencerahkan peradaban bangsa.

Karena itu, sebagai intelektual publik plus komunikator ulung dengan jaringan yang luas pada level negara, maupun aktor-non negara, hal ini sangat berarti untuk mengikat tali-temali kebangsaan dan narasi-narasi berbobot dalam blantika pemikiran di tanah air. Mahfud MD punya relasi yang harmonis dengan kelompok masyarakat sipil, media massa, tokoh-tokoh lintas agama, hingga para jenderal. Artinya dia paham bagaimana pertukaran makna yang efektif dengan semua elemen.

Dengan adanya kepastian hukum, stabilitas politik dan keamanan yang terjaga serta kedewasaan berdemokrasi akan berdampak positif terhadap kelancaran pembangunan ekonomi nasional, sehingga Indonesia punya posisi tawar yang kuat dalam pergaulan global. Tak berlebihan kiranya harapan ini, apalagi kyai kenduri cinta Emha Ainun Najib (Cak Nun) menjadi penasehat khusus buat “ahli keadilan” tersebut.

Barangkali kekurangan Mahfud MD adalah soal logistik. Mengingat kemahalan industri demokrasi mensyaratkan bukan sekadar muslim, mass, media, tapi juga money (4 M). Di sinilah sisi keunggulan Muhammad Jusuf Kalla (akrab disapa JK) yang kuat secara logistik. Nama Pengusaha Bugis ini pun tetap berkibar kembali diwacanakan duet Jokowi-JK jilid 2. Hanya saja masih menanti putusan gugatan soal periode cawapres di MK. Demikian dua alumni HMI dalam pusaran cawapres Jokowi.

Harapan kepada Kanda Mahfud MD, Kanda JK, agar tetap istiqomah membatinkan tujuan HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”, lalu didzahirkan dalam wujud karya nyata lewat kebijakan yang berpihak pada kaum marginal (mustadh'afin), tanpa ketanpaan. Tuhan bersama kaum papa!