Membicarakan kesetaraan gender di dunia ini memang seakan tidak akan pernah ada habisnya. Ya, selama dunia di isi segelintir makhluk hidup yang saling berinteraksi, berdinamika, dan menghasilkan beberapa pertarungan kepentingan kehidupan takan pernah luput akan dengan kesetaraan yang terjadi di dalamnya, maka dari itu, hal ini akan selalu menjadi diskursus yang takan pernah mencapai pada titik klimaks.

Dewasa ini, pelbagai kasus ketikadilan dan kesetaraan gender dalam kehidupan bernegara akhir-akhir dipandang sebagai hal yang sangat bias di lingkungan kita. Sering kali kesetaraan gender diidentikan dengan jenis kelamin yang dengan sarat mudah dijadikan kultur dalam konstruksi masyarakat ini.

Sudah barang tentu bias gender dan sex ini menjadikan pemahaman kita dan diaplikasikan terhadap ketidaksetaraan gender dalam kehidupan. Di indonesia khususnya gender dan sex sering dimaknai sebagai sesuatu makna yang tidak ada bedanya. Padahal ketika kita mengacu terhadap etimologis dan terminoligis kedua kata tersebut memiliki tendensi yang sangat berbeda.

Dalam kaitannya sex sering dimaknai sebagai berikut, bahwa menusia jenis laki-laki adalalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi telur, memiliki vagina dan mempunyai alat menyusui. Sedangkan gender merupakan sifat yang melakat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial dan kultural. 

Misalnya bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut,cantik,emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat rasional, jantan dan perkasa. Namun dalam kasus dipelbagai tempat sifat-sifat tersebut bisa bertukar terganggrung tempat dan waktu di daerah yang berlaku. Dari pengertian yang secara ringkas tersebut bisa direkduksi bahwa pemaknaan sex dan gender sangatlah berbeda.

Ketidakadilan dalam kehidupan kita ini khususnya terhadap kaum perempuan sangatlah sering terjadi. Kerentanan-kerentanan dalam pelbagai peristiwa memberikatkan perempuan dalam subbordinasi dari ketidadilan dalam hidup. Karena semacam itu tidak terlepas bahwa pandangan laki-laki sering kali memandang lemah terhadap perempuan yang acap kali dilihat sebagai kaum yang tidak memiliki rasionalitas dan lemah.

Kasus demi kasus serasa tidak asing menimpa dalam pelbagai situasi keberlangsungan hidup kaum perempuan. Penindasan, pelecehan seksual dalam pelbagai bentuk diskriminasi melingkupi kaum perempuan. Maskulinitas laki-laki atas hegemoni perempuan dalam pelbagai kesempatasan masih dianggap hal yang biasa.

Perkembangan zaman memang tidak membuat kita memahami secara utuh dan rinci terkait bias gender ini, kerentanan dan pelbagai diskriminasi terhadap kaum perempuan ini tidak terlepas dari arogansi dan ketidakampuan kaum laki-laki untuk mengubah pandangan dan menganggap bahwa kehidupan ini tidak terlepas atas kesetaraan.

Perempuan seolah hanya boleh memiliki hak dan keterbatasannya, dijadikan sebagai ibu rumah tangga, memasak, mengurus anak dan menyiapkan pelbagai kebutuhan hidup untuk keluarga di rumah maupun hanya dijadikan orang rumahan yang tidak mampu melakukan pelbagai haknya. Perempuan seolah dirampas partsipasinya, dikebiri haknya serta dijadikan sebagai orang nomor dua dalam segala hal.

Perempuan berhak untuk terlibat lebih aktif dalam segala aktivitas baik itu keputusan dalam rumah tangga, menentukan kebijakan dalam ranah politik, sertamenentukan jaungkauan karier sangat luas. Namun pada kenyataanya, kerentanan ini disegregasikan bahwa perempuan tidak pantas berada pada lingkungan semacam itu, seolah ruang tersebut hanya pantas bagi kaum laki-laki, tentu melihat satu simpul simpul tersebut ketidaksetaraan gender sangat sarat terjadi. 

Gender dan Subordinasi

Pandangan gender mengandung tendensi yang mengakibatkan subordinasi terhadap perempuan. Pemahaman ini tidak bisa disangkal dalam kehidupan kita bahwa kecenderungan pemahaman kolektif ini sering terlihat bahwa perempuan dianggap sebagai irasional dan emosional yang tidak mampu diandalkan serta tidak mampu memberikan keputusan yang lebih mengedapakan rasa. Jelas-jelas hal ini memandang bahwa perempuan dianggap lemah dan tidak penting.

Streotipe terhadap perempuan

Kata streotipe dimaknai sebagai pelabelan atau penandaan terhadap sesuatu. Pelabelan ini nampak terasa lebih diidentikan terhadap kaum perempuan di mana perempuan yang berdan-dan dimaknai sebagai suatu pemantik untuk menarik minat laki-laki. Padahal kenyataannya perempuan berdan-dan bukan hanya untuk hal demikian tetapi suatu bentuk ekpresi dirinya.

Tidak hanya itu saja pelabelan buruk nampak sarat jelas ketika ada pelecehan seksual yang diderita oleh perempuan biasanya korban yang disalahkan padahal jika kita berpikir secara rasional hal itu sam sekali tidak memiliki kaitannya, dan hanya sering ditampilkan wujud hujatan atau label buruk terhadap korban.

Kekerasan terhadap perempuan

Kerentanan terjadi yaitu dalam wujud suatu kekerasan yang dirasakan oleh kaum perempuanmencakup pelbagai hal yaitu kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi. Banyak hal dari beberapa contoh tersebut dengan adanya penganiyaan terhadap perempuan, pelecehan yang terjadi di depan publik maupun dampak dari kemiskinan menjadikan perempuan dipandang tiada arti.

Munculnya kekerasan terhadap perempuan ini tidak lain adanya relasi gender di mana ketimpangan dalam rumah tangga, lingkungan pekerjaan serta penafsiaran agama yang menitikberatkan bahwa posisi perempuan berada pada subordinat laki-laki.

Menuntut hak dan perjuang dalam segala aspek perempuan dalam hal kesetaraan gender bukan mewujudkan sebagai rasa persaingan perempuan terhadap kaum laki-laki. Menciptakan keharmonisan dalam kehidupan yang dibalut dengan kesetaraan gender mnejadikan hidup ini saling memberikan warna.

Tidak ada ada lagi bias dan ketimpangan terhadap kaum perempuan yang dipandang sebagai kaum yang dangkal, irasional maupun yang hanya mengedepankan rasa. Pada kenyataannya perempuan tidak meminta untuk lebih, perempuan tidak akan menciptkan dominasi lebih seperti yang mereka alami, namun mereka hanya satu meminta keadilan dalam wujud kesetaraan gender dalam pelbagai aspek.