Republik Sosialis Demokratis Srilanka merupakan sebuah Negara di sebelah utara Samudera Hindia di pesisir tenggara India dengan populasi 21,92 jt jiwa pada 2020 dengan mayoritas penduduknya menganut agama Budha dengan tiga kelompok etnis besar Sinhala, Tamil dan Muslim.

Pertumbuhan ekonomi  Srilanka mulai membaik setelah perang saudara selama 26 tahun dan pemberontakan Tamil, infrastruktur dibangun dan mengundang para wisatawan  ke Negara yang memiliki delapan situs warisan dunia ini.

The New York Times menyebutkan bahwa Srilanka sebagai tujuan turis nomor satu dalam ‘Place to Go in 2010’  Euforia perang memicu belanja konsumen, yang membantu perekonomian menjadi 9,2% pada 2012.

Namun sayangnya sejak  2019 hingga hari ini, Srilanka mengalami  kondisi yang mengancam negaranya baik di sector ekonomi, kesehatan, pangan, BBM dll atau sering disebut krisis ekonomi,  merupakan kondisi Negara ketika warga tidak lagi mempercayakan Negara dalam urusan keuangan kepada pemerintah, krisis ekonomi terjadi ketika kondisi ekonomi mempengaruhi kondisi sector lainnya.

Kondisi Krisis ekonomi Negara ini  disampaikan langsung oleh  Perdana Menteri Srilanka Ranil Wickremesinghe  bahwa krisis ekonomi negaranya diakibatkan oleh utang luar negeri yang cukup besar.

Utang luar negeri Srilanka per akhir 2021 adalah US$ 50,72 miliar , jumlah ini sudah 60,85% dari produk domestic bruto , mengutip dari Times of India  total utang ke China US$ 8 miliar, Srilanka meminjam ke Beijing untuk infrastruktur proyek tahun 2005, salah satunya proyek untuk pembangunan pelabuhan Hambantota.

Namun sebagian besar proyek besar tidak memberi manfaat ekonomi  bagi negaranya, di samping itu China juga  meminta agar ekspor ke Srilanka  sebesar US$ 3,5 miliar.

Kondisi ini di perparah dengan  peristiwa pengeboman di Kolombo dan kota kota lainnya pada April 2019 yang berdampak pada kunjungan pariwisata, seperti jatuh tertimpa tangga, pada akhir 2019 seluruh dunia di hadapkan oleh penyakit pandemic Covid-19 yang sangat mempengaruhi ekonomi dunia.

Srilanka bukan Negara satu satunya yang berutang pada China dan  bukan satu satunya Negara yang terkena  dampak dari Virus pandemic serta yang terbaru dampak dari perang Ukraina- Rusia, namun berbeda dengan Negara lain adalah kepemimpinan kepala Negaranya.  

Krisis ekonomi yang di alami Srilanka, dinilai oleh beberapa ahli  diakibatkan kepemimpinan  yang otoriter dan di dominasi oleh satu keluarga Mahindra Rajapaksa  yang nepotisme, ketidaktepatan dalam menangani proyek dan kebijakan Negara yang cenderung di control oleh Perusahaan luar.

Akibat dari krisis ekonomi negaranya, Srilanka tak mampu membeli bahan bakar impor disebabkan utang Negara yang besar, Ceylon Petroleum Coorporation disebut memiliki utang sebesar US$700 juta, di samping itu kondisi di perparah dengan lonjakan harga komoditas, krisis datang bertubi tubi keuangan, pangan ,energi dll.

Menurut Kepala Ekonomi Bank Permata Josua Pardede, ciri suatu Negara bisa di katakan bangkrut ketika tidak dapat membayar utang,  ketidakmampuan Srilanka dalam membayar utang, disebabkan karena fundamental negerinya yang tak mampu menopang dampak dari Global.

Krisis ekonomi  yang terjadi dan tak kunjung terselesaikan , Presiden  Srilanka Gotabaya  Rajapaksa dikabarkan  akan  mengundurkan diri pada 13 juli 2022, hal ini memicu aksi demonstrasi yang telah menguasai rumah kediamannya.

Negara yang makin kacau dan tak  terkontrol membuat warga Negara nya hidup dalam kesengsaraan dan terus berpikir keras bagaimana tetap hidup di tengah krisis ekonomi negaranya, pemadaman listrik yang terus menerus diakibatkan karena ketidakmampuan dari negara  membeli bahan bakar, bahan bakar dapat dibeli di pasar gelap namun dengan harga yang sangat tinggi, yang digunakan untuk kendaraan dan generator untuk pembangkit listrik, tentunya elit politik dan warga menengah atas yang mampu mendapatkannya, kebutuhan sehari hari dibeli dengan harga dua kali lipat.

Menurut KBRI di Kolombo warga Srilanka telah menggunakan kayu api untuk memasak, anak-anak harus terpaksa mengonsumsi makanan kurang protein PBB memperingatkan terjadinya mal nutrisi dan krisis kemanusiaan,  penggunaan transportasi harus mempertaruhkan hidup berdiri di tempat pijakan atau apapun yang bisa mereka jangkau di badan badan kereta api atau transportasi lain.

Sektor kesehatan tidak lagi mampu membeli obat obatan, rumah sakit swasta masih beroperasi namun tidak dapat di jangkau oleh warga kelas menengah ke bawah, Seorang anak berusia dua hari harus meninggal karena tidak menemukan becak yang dapat membawanya ke rumah sakit, di lingkungan para pekerja anggota keluarga nya memasak di tungku kayu dengan lauk nasi dan sambal kelapa.

Seakan tidak mampu lagi bertahan di tengah kondisi yang semakin buruk, aksi demonstrasi ini menjadi aksi penuh emosi dari krisis yang telah terjadi berbulan bulan  dengan mengobrak abrik kediaman Presiden Srilanka, terdapat penjagaan dari polisi dan keamanan setempat, namun warga dibiarkan mengobrak abrik kediaman rumah kepresidenan  Mahendra Rajapaksa.