Jika kita melihat perkembangan teknologi dalam beberapa waktu belakangan ini, barangkali kita akan menyadari bahwa laju perkembangan teknologi tumbuh dengan begitu cepatnya dari waktu ke waktu. Baik itu di bidang teknologi informasi, di bidang teknologi industri hingga di bidang perhubungan atau transportasi, dapat kita temukan perubahan yang begitu signifikan.

Keberadaan perkembangan teknologi yang sedemikian cepat itu bahkan telah menjadikan sebagian besar manusia begitu bergantung padanya dan tidak mampu lepas begitu saja dari penggunaannya. Semisal ketika untuk bepergian dalam jarak yang cukup dekat, kita sangat sulit mengurangi ketergantungan kita dari kendaraan sepeda motor. 

Untuk menghubungi rekan, saudara atau tetangga yang jaraknya tidak terlalu jauh, yakni hanya berjarak beberapa rumah saja, kita sangat sulit untuk melepaskan diri dari penggunaan alat komunikasi.

Dan barangkali yang menjadi alasan paling mendasar dari hal itu semua adalah karena adanya kepraktisan, kemudahan dan penghematan pada saat kita menggunakan produk teknologi, meski pada satu sisi sebenarnya ada bagian yang lain yang harus kita waspadai manakala terlalu tergantung dengan teknologi ini. Seperti semakin renggangnya budaya untuk bersilaturrahim secara langsung, budaya saling bertegur sapa yang kemudian hanya dilakukan dengan sekedarnya.

Perkembangan teknologi di satu sisi memang menghadirkan manfaat begitu besar bagi kehidupan umat manusia. Akan tetapi, kita sepatutnya juga harus tetap mewaspadai bahwa pada sisi yang lain keberadaan teknologi ini juga dapat membawa kemudharatan jika ia digunakan dengan tidak bijak. 

Misalnya saja penggunaannya dapat menghabiskan waktu karena kita ingin terus dihibur oleh teknologi, penggunaannya untuk menyebar kabar palsu yang begitu mudah dengan memanfaatkan teknologi, hingga berbagai kemaksiatan yang justru juga semakin mudah dengan media teknologi.

Dampak negatif semacam inilah yang sepatutnya senantiasa kita waspadai agar kelak tidak akan menjerumuskan kita, keluarga kita, kerabat kita maupun tetangga kita pada kerugian dan penyesalan.

Selain itu, keberadaan teknologi seringkali menjadi kebanggaan bagi sebagian besar manusia. Sebab mereka merasa diri mereka menjadi semakin maju, menjadi semakin modern setelah mereka menemukan, memiliki atau pun menggunakan teknologi yang lebih baru. 

Padahal, di samping kemajuan-kemajuan yang telah mereka banggakan, barangkali di antara mereka telah lalai bahwa sebenarnya pada beberapa peradaban masyarakat kuno pun ternyata sudah ada pengetahuan, kemajuan ilmu dan peradaban yang belum mampu dicapai oleh manusia hingga pada masa sekarang sekali pun.

Salah satu contoh tentang begitu majunya pengetahuan dan teknologi yang telah yang ada pada peradaban kuno yang belum mampu diwujudkan secara nyata oleh manusia modern saat ini adalah teknologi teleportasi, yakni memindahkan barang dari satu lokasi ke lokasi yang lain dalam waktu yang sangat singkat. 

Misalnya saja memindahkan barang dari suatu daerah yang berlokasi di Blitar berpindah tempat ke daerah yang berlokasi di Surabaya hanya dalam waktu beberapa detik saja.

Teknologi teleportasi semacam ini belum pernah ditemukan hingga peradaban sekarang. Padahal teknologi yang sedemikian maju ini ternyata telah ditemukan pada masa Nabi Sulaiman, di mana salah satu tentara khusus beliau yang bernama Asif ibn Barqiyyah, beliau dapat memindahkan istana Ratu Bilqis dari lokasi asalnya menuju lingkungan kerajaan Nabi Sulaiman hanya dalam waktu yang sangat singkat, yakni kurang dari sekedipan mata. Mengenai keshahihan adanya kemajuan teknologi ini kita dapat melihat bukti empirisnya di dalam QS An-Naml juz 19 ayat 40 berikut.

قَالَ ٱلَّذِى عِندَهُۥ عِلْمٌ مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ

“Berkatalah seseorang yang memiliki sebuah ilmu dari Al Kitab: 'Aku akan membawa singgasana Ratu Bilqis itu kepada Baginda Sulaiman sebelum Baginda selesai mengedipkan mata'. Tatkala Nabi Sulaiman melihat singgasana itu telah berada di hadapannya, maka beliau pun berkata: 'Ini adalah di antara karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku akan bersyukur ataukah aku justru akan menjadi kufur (atas karunia-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.'"

Selain dari penjelasan yang termaktub di dalam QS An Naml jus 19 ayat 40 tersebut tentu masih banyak kisah-kisah lain mengenai peradaban dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia zaman dahulu, khususnya pengetahuan yang ditemukan oleh para ilmuan muslim. 

Misalnya saja tentang kitab induk kedokteran yang telah disusun Ibnu Sina atau Avicenna. Ilmu matematika, astronomi dan geografi yang diformulasikan oleh Al-Khawarizmi, hingga dialektika filsafat yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali maupun ibn Rusyd.

Dengan adanya contoh beberapa temuan berharga di bidang pengetahuan tersebut merupakan bukti nyata bahwa umat Islam pada hakikatnya bukanlah umat yang terbelakang sehingga harus selalu menjadi pengikut pada peradaban keilmuan yang dianggap paling modern oleh para ilmuan barat. 

Dan sebenarnya di dalam mengembangkan dan merumuskan keilmuan tersebut, barangkali kita juga dapat meneladani landasan utama yang menjadi semangat bagi para pemikir, ahli tafakur dan alim ulama tersebut. 

Adapun landasan utama mereka di dalam mengembangkan keilmuan, pengetahuan dan peradaban tersebut adalah untuk terus menggali dan mengenali tanda-tanda dari keagungan Allah SWT. Adapun hal ini sebagaimana diterangkan dalam QS ِAli Imran [3] 190-191 berikut:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dalam pergantian waktu malam dan siang itu benar-benar telah terdapat tanda-tanda (kekuasaan dan keagungan Allah) bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah, baik ketika mereka berdiri, ketika mereka duduk, maupun ketika mereka berbaring. Dan mereka pun senantiasa memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan (semua) ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.”

Semoga Allah SWT menjadikan kita bagian di antara hamba-Nya yang dapat merenungi dan memikirkan segala tanda-tanda kekuasaan-Nya, sehingga hal ini dapat semakin mengukuhkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT serta dapat menghindarkan kita dari siksa api neraka. (*)