Hidup di era global yang serba modern saat ini memang tidak dapat dibendung, dan moderinisasi tidak perlu dijauhi, karena kesalahannya tidak terletak pada moderinitasnya. Sebab sudah menjadi hukum alam bahwa zaman tidak statis tetapi terusbergerak maju.
Yang harus diwaspadai adalah pada tingkat komitmen mengawal medorensasi kearah peningkatan kualitas hidup yang lebih baik (better of life). Globalisasi menuntut kesiapan mental dari masyarakat. Ketidaksiapan mental menimbulkan kelengahan akan dampak bahaya globalisasi yang timbul.
Beragai macam alat teknologi seperti telepon seluler dan internet, tentunya sangat bermanfaat jika dalam menikmati produk-produk tersebut disertai dengan pertimbangan nilai-nilai moral dan akhlak, agar tidak terjebak dalam dampak negatif yang yang ditimbulkan dari produk tersebut.
Namun sangat disayangkan moderenisasi yang digadang-gadang memberikan peningkatan kualitas hidup, telah mengikis, nilai, norma, dan akhlak khususnya bagi kalangan remaja yang pola pikirnya masih labil. Cukup miris ketika kita memperoleh informasi dari media massa tentang fenomena yang terjadi pada kehidupan remaja saat ini.
Tawuran antar pelajar, penyalahgunaan obat-obatan, pelanggaran tata tertib berkendaraan, pelanggaran disiplin disekolah, sampai prilaku seks bebas, hampir setiap hari menjadi deadline pemberitaan di berbagai media informasi, menemani saat sarapan pagi dan makan siang kita.
Keberadaan internet yang kaya akan nilai manfaat untuk eksplorasi ilmu pengetahuan, disalahfungsikan oleh para remaja untuk mengakses informasi melalui media online yang sarat akan tayangan kekerasan dan yang lebih memprihatinkan lagi, mereka mengakses situs-situs bermuatan pornografi.
Ditambah tayangan televisi yang tidak mendidik dan sarat akan muatan hedonis serta jauh dari nilai edukasi dan moral menjadi suguhan utama yang membuai dan meracuni sikap dan prilaku remaja hingga mereka lalai akan kewajiban kepada Sang Pencipta, kawajiban kepada kedua orang tua, kewajiban mereka terhadap negara dan kewajiban mereka sebagai pelajar.
Rusaknya akhlak remaja juga muncul akibat adanya disorientasi idola, Mereka sudah sedemikian jauh dari pengenalan tokoh idola yang sesungguhnya yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan aklaknya yang mulia. Mereka lebih fasih mengenal idola yang lain mulai dari grup band, artis sampai dengan king of the rege Bob Marley.
Mereka meniru sedemikian rupa cara berpakaian, atribut, sampai dengan gaya hidupnya yang terkadang menyimpang dari nilai-nilai moral dan agama. Kenyataan ini diperparah oleh peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang merajalela.
Moral dan akhlak remaja sebenarnya berkembang mulai dari bayi hingga akhir hayat. Moral akan menjadi baik apabila pada saat moral berkembang diiringi dengan menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (akhlak al-karimah) yang akan membentuk karakter anak. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. (Jakarta: Bulan Bintang, 1971)
Sebagai lingkungan pertama bagi anak, keluargalah yang memainkan peranan pertama. Di rumah orang tua hendakya memberikan pendidikan moral dan akhlak pada anak. Ajarkan nilai-nilai positif kepada anak. Orang tua bisa menggunakan pendekatan-pendekatan khusus yang diwarnai dengan kelembutan dan kasih sayang.
Orang tua yang tidak peduli dengan kehidupan anaknya dan sibuk dengan aktifitasnya sendiri merupakan orang tua yang egois serta tidak bertanggung jawab terhadap kelangsungan generasi penerus bangsa. Karena dari situlah awal tumbuhnya degradasi moral remaja.
Seperti halnya lingkungan keluarga, sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental serta moral anak didik.
Di samping sebagai tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama memiliki peranan yang sangat penting, jika pendidikan agama diabaikan di sekolah, boleh jadi didikan agama yang diterima di rumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang.
Masyarakat juga dalam hal ini mempunyai peranan dalam pembinaan moral. Dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak.
Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, muncul akibat tidak efektifnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Kunci utama dalam pembinaan moral remaja adalah dengan menanamkan nilai-nilai ketakwaan dan keteguhan iman baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Karena setiap orang yang memegang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguhsungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena dengan demikian orang tersebut sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Allah SWT berfirman di dalam QS. Yunus ayat 57:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral. Wallahu’alam bisshowab.