Permasalahan banjir Jakarta merupakan masalah utama yang harus bisa diselesaikan setiap pemimpin Jakarta. Untuk itu, dibutuhkan strategi dan perencanaan, serta kajian secara menyeluruh dalam menuntaskannya.
Ke depan, melalui perencanaan matang dan terobosan baru, Basuki-Djarot pastikan banjir Jakarta semakin berkurang bahkan hilang.
Sebenarnya, apa yang sudah dilakukan Basuki-Djarot selama 3,5 tahun kepemimpinannya sudah berhasil mengurangi titik-titik banjir Jakarta. Jika titik banjir Jakarta pada tahun 2012 sebanyak 2.200 titik, kini pada tahun 2016 tercatat hanya 80 titik saja. Bahkan, Plt. Gubernur Sumarno merasa bangga kepada Basuki-Djarot karena sekarang tidak ada istilah banjir di Jakarta, yang ada hanya genangan air.
Genangan air yang terjadi di beberapa titik tidak terjadi sampai berhari-hari. Di samping itu, genangan tersebut juga cepat surut hanya dalam waktu 2-3 jam saja. Di sisi lain, tinggi genangan juga menurun dari 400 cm tahun 2013 menjadi 360 tahun 2016. Hal ini membuktikan kinerja Basuki-Djarot untuk mengatasi banjir sudah terbukti dan manfaatnya sudah dirasakan oleh warga Jakarta. Bahkan, tidak ada lagi terdengar anak-anak tidak sekolah karena banjir menggenangi sekolahnya.
Prestasi tersebut tidak lepas dari program Basuki-Djarot untuk mengatasi banjir Jakarta yang sudah dikerjakannya selama ini. Di antaranya, program normalisasi sungai sepanjang 30.679 meter dan pembangunan Sheet Pile di Sungai Sunter sepanjang 35.448 meter sebagai pencegah luapan sungai.
Di samping itu, penambahan pompa sebanyak 77 unit dan membangun 6.000 titik sumur resapan, serta 17 waduk yang berfungsi melakukan penyerapan air supaya cepat surut.
Di sisi lain, keberhasilannya selama ini dalam mengatasi banjir juga menghidupkan harapan masyarakat bahwa Jakarta benar-benar bebas dari banjir. Mengingat kinerja dan program mengatasi banjir Basuki-Djarot selama ini telah mampu mengurangi dan membuat perubahan positif untuk banjir Jakarta.
Memastikan Banjir Jakarta Berkurang
Bukan perkara mudah untuk memastikan banjir Jakarta berkurang. Hal ini hanya bisa dilakukan melalui program jangka panjang dan kerja nyata. Selain yang sudah dilakukan selama ini, Basuki-Djarot sebagai calon pemimpin Jakarta juga sudah menyiapkan perencanaan matang untuk mengatasi banjir Jakarta ke depan.
Pertama, mendorong percepatan penyediaan Ruang Terbuka Biru (RTB) sebesar 5%. Penyediaan RTB ini akan dilakukan melalui pembangunan 17 waduk dan 9 embung yang nantinya difungsikan sebagai tambahan dalam menampung air.
Kedua, membangun waduk di sekitar wilayah Jakarta. Fakta banjir Jakarta yang disebabkan masuknya debit air membuat Pemda harus menjalin kerja sama dengan Pemda wilayah sekitar Jakarta. Karena dengan adanya waduk tersebut, nantinya debit air yang masuk ke Jakarta akan mudah diatur volume air tersebut. Sehingga, jumlah air yang masuk ke jakarta bisa terkontrol dengan baik.
Ketiga, memperbanyak biopori dan sumur resapan. Dalam menuntaskan banjir Jakarta, Basuki-Djarot juga mempertimbangkan faktor Vertical Drainage. Untuk itu, memperbanyak biopori nantinya diharapkan mampu menampung air yang datang dari hujan.
Keempat, mengembalikan fungsi sungai. Selama ini banyak bantaran sungai-sungai di Jakarta dibangun hunian liar. Sehingga, untuk mensukseskan program normalisasi sungai, maka warga yang berada di bantaran kali akan direlokasi ke Rusunawa yang sudah disiapkan oleh Pemda DKI Jakarta.
Di samping itu, lurah dan camat akan diwajibkan mengontrol penuh wilayahnya agar tidak dibangun lagi oleh bangunan liar. Di sisi lain, normalisasi sungai melalui program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) nantinya camat dan lurah ikut terlibat untuk mengawasi agar program tersebut benar-benar terlaksana dengan baik.
Kelima, menambah kapasitas pompa. Fakta tanah Jakarta di bawah permukaan laut membuat kebutuhan pompa menjadi kebutuhan utama. Sehingga, penyerapan air yang menggenangi Jakarta akan menjadi dua kali lebih cepat seiring penambahan pompa dari 77 unit menjadi 154 unit di tahun mendatang.
Keenam, membangun tanggul laut (NCICD A) di pantai utara Jakarta. Pembangunan ini bertujuan untuk mencegah air pasang laut yang sering menjadi penyebab banjir khususnya di wilayah utara Jakarta. Sehingga, para nelayan yang banyak menghuni di sekitar pantai tidak lagi khawatir akan ancaman banjir pasang laut Jakarta.
Ketujuh, pemerataan distribusi air hujan secara merata. Melalui saluran air yang terhubung seluruh wilayah Jakarta, nantinya air hujan yang menggenangi di suatu wilayah akan dengan mudah cepat surut melalui saluran yang sudah terhubung tersebut.
Terakhir, pembangunan sistem pengawasan saluran air juga untuk mendeteksi secara dini genangan yang terjadi di Jakarta. Selanjutnya, otomatisasi melalui pintu air juga akan diterapkan untuk mempermudah proses penanggulangan genangan air.
Penanggulangan banjir Jakarta tidak hanya dilakukan pemerintah semata. Masyarakat juga dituntut ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Tanpa adanya sinergi ini, program-program yang sudah dengan jelas dan terarah yang dicanangkan Basuki-Djarot tidaklah berarti.
Namun, komitmen Basuki-Djarot dalam mengurangi banjir tidak perlu ditanyakan lagi. Berbagai upaya dan penyusunan program sudah dilakukan dengan baik dan sangat terencana. Kita semua berharap agar Basuki-Djarot dapat memimpin kembali Ibu Kota 5 tahun ke depan agar program semua ini bisa dilanjutkan demi terciptanya Jakarta tanpa banjir yang menjadi harapan kita semua.