/1/
Duduk diamku berubah, semenjak pertemuan itu
Kedai kopi menjelma dunia, berisi manusia dimabuk cinta
Aku menyesap cangkir, tapi yang tercium aroma parfummu
Pengeras suara memutar lagu romansa, kau yang menari di pikiranku
Buku motivasi terbuka di atas meja, tepat pada halaman yang berisi kata-katamu
Televisi memuat film sejarah, tapi yang diceritakan malah kisahmu
Aku pulang melintasi padang pasir, tapi yang masuk ke dalam sepatuku adalah serpihan parasmu
Aku bertemu seekor kucing dalam perjalanan pulang, mengeong menirukan suaramu
Bahkan saat tubuhku tertidur lelah, setelah menghabiskan hari bersama bayangmu
Malam membangunkanku, sebab tidak ada kamu dalam mimpiku
/2/
Aku berteriak kepada manusia;
“Aku melihat hantu!”
Mereka tidak percaya
Lalu aku berteriak lagi;
“Aku jatuh cinta!”
Mereka masih tidak percaya
Seraya menjawab;
"Sudahi omong kosongmu"
"Dunia tidak semudah bertemu, lalu saling suka"
Seolah hanya mereka yang berhak merasakannya
Dan aku tak diberi kesempatan bicara
/3/
Degup,
Sebuah amanah yang sulit
Dan tanggung jawab yang sakit
/4/
Selagi Tuhan masih memberi kesempatan jantung yang mampu berdetak, maka kuucapkan;
Selamat menikmati degup-degup yang ada, menyuarakan bingung dalam keheningan yang tercipta
/5/
Setiap malam hening yang bersuarakan pujian kepada Tuhan
Kali ini aku memilih untuk tidak berbisik kepada-Nya
Tidak meminta pesanku untuk dibalaskan
Aku biarkan seperti surat yang dibawa merpati pada sepasang kakinya
Bilamana Tuhan berkehendak
Maka sudah pasti mudah bagi merpati sampai di alamat yang tepat
Jika pun tidak
Semoga dadaku sudah lebih dahulu lapang atas izin-Nya
Surat dan merpati itu sama saja
Tidak bisa ditebak kapan datang dan apa isinya
Sementara menunggu merpati yang hinggap
Jendelaku harus tetap terbuka menjalani sisa hidup yang diberikan-Nya
/4/
Sesekali kita perlu memberi waktu untuk masing-masing beristirahat
Membuat jarak agar ada ruang untuk pertanyaan baru
Menolak bertemu yang sekaligus menjadi tolak ukur bagi kita
Sekuat apa menahan untuk tidak saling bertukar kabar
Siapakah yang diam-diam mengintip bilik percakapan dan membaca pesan-pesan lawas itu
Sejujurnya, aku yang meminta libur, tapi aku pula yang ingin terus bekerja, membersamaimu
/5/
Aku ponsel tua
Sedang kau nama baru yang muncul pada bar notifikasinya
Kita, maksudku, aku dan kamu resmi berkenalan setelah kusimpan namamu di daftar kontakku
Pesan masuk menggetarkan tubuhku
Tapi getaran yang membawa namamu selalu berbeda
'Kabar hari ini'
Begitu kunamai setiap sapa masuk yang kau ketikkan
Meski tak tahu juga kepada siapa saja kau mengirimkannya
/6/
Gerbong kereta menjadi latar pertemuan kita
Kursi kerasnya menjadi pencatat pertukaran nama kita
Dan sebuah botol minum yang kupegang dengan gemetar, menjadi saksi pembicaraan kita
Kau membagikan cerita seolah kita adalah kawan lama
Padahal membayangkan bertemu denganmu sebelumnya saja aku tak pernah
Kereta yang kita tumpangi melesat diiringi suara merdumumu
Keringatku ikut melesat di cuaca yang tidak panas, tersipu malu dibuatmu
Memoriku menangkap setiap hamparan hijau yang disuguhkan jendela kereta
Ingatanku menyimpan suara dan cerita yang sejak awal kau lantunkan
Semakin syahdu suasana kala itu
Hamparan hijau sawah dan gunung dengan gradasi langit biru yang menjingga
Suara merdumu masih bergaung di lorong kereta api tanpa pengeras suara
Namun, detak jantungku jauh lebih keras dari suara lembutmu itu
Sudah seharusnya kau tahu siapa penyebabnya
Meskipun aku bertanya-tanya
Pada pemberhentian yang mana aku harus mengikhlaskanmu?
/7/
Aku membayangkan ketakutan
Jika harus melewati jalanan ini lagi tanpamu
Aku ingin berhenti saat itu juga
Meski kendaraan yang kita tumpangi sedang cepat-cepatnya
Sebab sudah terlalu banyak yang kau bagi
Sampai tak tahu bagaimana caraku untuk berhenti
Aku ingin kembali menuju tempat yang tiada kamu sebelumnya
Meskipun bertemu denganmu bukanlah sebuah penyesalan
/8/
Mungkin kita hanyalah dua orang asing yang kebetulan menuju tujuan
Sementara duduk berhadapan ditemani sepasang senyuman
Berkenalan tanpa pernah berjabat tangan
Tertawa tanpa pernah terdengar suara
Hangat di perjalanan
Tanpa pernah bertemu lagi di tujuan
Karena searah saja, belum tentu satu tujuan
/9/
Pasir-pasir yang menyelinap masuk ke rongga kosong dalam sepatuku selalu mengusikkan suaramu, menyuarakan ketidaknyamanan namun aku selalu suka mendengarnya
Pikiran tentangmu juga bagai lumpur di alas kakiku, semakin aku bergerak semakin tebal yang menempel, berat memang, namun aku menikmatinya
/10/
Sore tadi Tuhan memberiku hadiah
Dititipkan-Nya melalui seorang yang membawa kotak
Kotak tersebut berisi degup
Hadiah itu adalah ujian
Tuhan mengujiku lewat degup tak karuan
Sang Maha Pemberi Rasa ingin mengukur
Lebih banyak mana hamba mengingat-Nya
Atau mengingat ciptaan-Nya yang bisa hilang tiba-tiba
/11/
Aku memberimu buku cerita kosong
Tapi kau selalu berhasil menceritakan isinya
Aku memberimu canvas putih
Dengan mudah kau menorehkan seni disana
Namun saat aku memberimu jawaban
Kau memberiku diam
/12/
Aku sengaja memberi banyak jeda pada kalimat yang menceritakanmu
Karena sadar bahwa setiap mula selalu ada akhir
Setiap temu akan ada pisah
Dan setiap kenal harus siap menjadi asing
Maka jeda ini sebagai latihan
Jika nanti sudah tiba saatnya
Maka semoga aku sudah lebih mampu berdamai dengan kehilangan