Tinggalkan sejenak lalumu
Beri sedikit waktu kepadaku
'Tuk meyakinkanmu
Penggalan lirik lagu "Selimut Hati" milik Dewa 19 mengalun pelan di antara sudut-sudut ruangan. Sambil mendengarkan musik, Sega terus menulis. Bait-bait ungkapan kesedihan ia tuangkan ke dalamnya. Tentang kisah cinta yang kandas dengan pujaan hatinya, Kinar.
Jarum jam menunjukkan pukul 10 dan Sega belum beranjak dari tempat duduknya. Sudah sejak pukul 7 malam Sega menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Malam itu, Sega mencurahkan apa yang ia rasakan dengan menulis, puisi tepatnya.
Hari-hari Sega belakangan ini memang kacau. Rutinitasnya menjadi berantakan, motivasinya hilang dan tidurnya pun tak nyenyak. Tak ada lagi keceriaan setelah Kinar meninggalkannya tanpa sebab yang jelas.
Sebetulnya, sudah sebulan lalu, tampak tanda-tanda Kinar akan pergi. Komunikasi mereka berantakan. Jangankan untuk sekadar membalas pesan-pesan Sega, saat ditemui langsung pun, Kinar menghindarinya.
Sega belum tahu alasannya. Saat itu pula Sega terus berusaha untuk menguatkan diri. Bisa dibilang hanya Sega sendiri yang berusaha mencegah putusnya hubungan mereka. Tak ada lagi kebersamaan mereka. Tak ada lagi Kinar yang dulu selalu ada untuk Sega. Kinar benar-benar berubah.
Kini Sega sudah tak mampu lagi melakukannya. Setelah Kinar mengatakan semuanya dalam pesan terakhirnya. "Sega, kita tak bisa seperti dulu. Bahkan dalam hatiku ini, dirimu sudah menghilang. Aku tidak bisa membohongi diriku, juga dirimu. Aku juga tak tahu apa sebabnya. Aku tahu kamu pasti sedih. Tapi aku harus mengatakan ini. Maaf, aku sudah tidak mencintaimu lagi. Terakhir, jangan hubungi dan kunjungi aku lagi. Maaf dan terima kasih untuk semuanya"
Saat menerima pesan itu, sekejap semua berubah bagi Sega. Dunia yang cerah berubah menjadi kegelapan. Angan-angan yang dulu mereka sepakati kini runtuh. Semuanya hancur, tak ada harapan lagi bagi Sega. Dalam hatinya, ia ingin menangis setelah mengetahui apa yang terjadi. Sega mengingat segalanya dari awal.
...
***
Pertemuan Sega dan Kinar untuk pertama kalinya berlangsung di kampus. Mereka adalah teman satu angkatan satu kampus, namun beda jurusan.
Saat itu keduanya tidak sengaja bertemu di parkiran kampus. Secara kebetulan motor mereka berdempetan. Kinar yang lebih dahulu tiba di kampus tergesa-gesa, meninggalkan parkiran begitu saja menuju kelas. Sampai-sampai, ia lupa untuk melepas kunci motor dari tempatnya.
Sega yang baru saja tiba, melihat hal itu. Sega mengambil kunci tersebut dan berusaha mengejar Kinar. "Hai, maaf kunci motormu ketinggalan" teriak Sega dari belakang pada Kinar. Kinar menoleh kepadanya sambil menunjuk dirinya seolah ia bertanya, "Apa yang kamu ajak bicara Aku?"
"Iya kamu" Sega menghampiri Kinar yang kini berhenti. "Makasih banget ya mas, maaf aku teledor" aku Kinar kepada Sega sambil menggaruk-garuk kepalanya sendiri walau tak gatal.
***
Sejak kejadian Sega mengembalikan kunci motor Kinar, keduanya tidak bertemu sama sekali.
Namun, menjelang kelulusan, takdir mempertemukan mereka kembali. Saat itu, ketika Sega sedang berada di ruang tunggu dosen, tiba-tiba saja seorang wanita mengambil tempat duduk di sebelahnya.
Wanita itu membuka maskernya dan ia lanjutkan dengan mengambil beberapa dokumen dari dalam tas. Wajah yang kini tidak bermasker, tampak tak asing bagi Sega.
Sega mencoba mengingat siapa wanita tersebut. "Ah, iya" ungkap Sega dalam hatinya, tanda ia kenal wanita itu. "Hai ..." Sega belum selesai melanjutkan sapaan, wanita tersebut langsung menyahutnya. "Uhm, kamu yang dulu mengembalikan kunci motorku?" Wanita tersebut meyakinkan bahwa itu Sega yang sempat menolongnya dulu.
Benar saja, itu Kinar. Keduanya berbincang panjang dan kebetulan dosen pembimbing skripsi mereka sama. Obrolan itu membawa mereka saling mengenal.
Dari pertemuan itu juga, keduanya menjadi akrab. Kini mereka sering bertemu, bahkan di luar kampus juga. Hingga puncaknya Sega mengungkapkan rasa cintanya pada Kinar, gadis manis yang dulu pernah teledor.
***
Dini hari telah menyapa Sega. Rasa kantuk yang biasa ia rasakan tiada. Sega tak berhenti menulis. Tanpa cela, segalanya ia luapkan. Ia berharap suatu saat Kinar membaca puisinya dan Kinar tahu bahwa Sega benar-benar mencintainya, melebihi Sega mencintai dirinya sendiri.
" ...
Aku berada dalam keputusasaan
Impianku adalah dirimu
Sayang, Kau telah meninggalkanku
Dalam puncak bahagiaku karenamu
Dalam cinta yang kupasrahkan padamu
Dalam rindu yang tak pernah surut akan dirimu
Dalam harapan besar untuk selalu bersamamu
Entah, aku belum tahu apakah aku akan mampu melewati semua ini
Tapi, terima kasih atas segalanya, bahagia dan rasa sakit yang Kau berikan
Aku mencintaimu dan benar-benar mencintaimu" Sega membaca ulang bait terakhir puisinya.
***
Tepat pukul setengah 3 dini hari, Sega menyudahi tulisannya. Ia berhenti sejenak sambil merenungi lirik lagu "Selimut Hati" yang dari tadi ia putar terus menerus. Bukan tanpa alasan Sega memutar terus lagu itu, melainkan ada kenangan tentang Kinar yang teringat saat mendengarkannya.
Pandangan Sega kini tertuju pada sebuah foto. Foto yang diambil pada awal tahun ini, tentunya bersama Kinar. Dalam hatinya, ia terus bertanya-tanya, "Adakah cahaya yang menerangi kegelapan ini esok hari? Apakah ada yang mampu menggantikan dirimu? Kinarku Sayang". Sega larut dalam keputusasaan.