Kalimat body shaming pasti sudah tidak asing terdengar di telinga kita semua, karena kalimat ini sudah banyak terdapat di media sosial maupun televisi dan bahkan telah terjadi di lingkungan sekitar kita.

Apa sih sebenarnya body shaming itu? Apakah sebuah kalimat Positif atau negatif?

Body shaming merupakan sesuatu tindakan maupun praktik yang bersifat negatif yakni sebuah tindakan mempermalukan, mengomentari, mencela dan bahkan menjelek-jelekkan penampilan fisik seseorang yang secara terang-terangan dilakukan oleh orang di sekitar kita seperti teman, rekan kerja atau bahkan saudara.

Bentuk-bentuk dari body shaming yakni mengomentari warna kulit, model rambut, berat badan, kulit wajah berjerawat, dsb. Karena sebagaimana kita tahu bahwa standar kecantikan menurut orang Indonesia adalah wanita maupun lelaki dengan kulit putih, badan langsing, dan tinggi badan proporsional. Jadi jika mereka melihat seseorang dengan badan gemuk, pendek, berkulit hitam, akan dijadikan bahan olokan.

Body Shaming termasuk perbuatan bullying verbal yang tidak ada manfaatnya sama sekali dan tidak baik bagi kesehatan mental.

Apa itu kesehatan mental? Pentingkah kesehatan mental itu?

Kesehatan mental merupakan kondisi batin dan watak manusia dalam keadaan normal, nyaman dan tenang, sehingga dapat menjalankan aktivitas dan menikmati kehidupan sehari-hari.

Kesehatan mental mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial. Hal ini akan mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak.

Di zaman era digital dan masa pandemic seperti ini kesehatan mental sangat penting untuk menjaga ketenangan dan kenyamanan jiwa serta raga kita dalam menjalani kehidupan.

Dalam penelitian Brigitta Anggraeni Stevany Putri, dkk (2018) yang berjudul ”Perancangan Kampanye “Sizter’s Project” Sebagai Upaya Pencegahan Body Shaming” ia menjelaskan bahwa pelajar SMA baik negeri maupun swasta pernah mengalami tindak perundungan menjadi korban hingga menjadi pelaku body shaming dalam lingkup pergaulan mereka.

Memang benar jika body shaming sekarang semakin banyak dilakukan oleh semua orang yang tidak memiliki hati dari semua kalangan baik seseorang yang masih remaja maupun seseorang yang sudah berumur. Tindakan ini mungkin bisa ditolerir oleh orang yang bijak atau sudah dewasa tetapi tidak bagi seseorang yang mudah down. Apalagi jika dilakukan secara berulang, mungkin sudah tidak bisa ditolerir.

Orang-orang pelaku body shaming tidak pernah berpikir apakah kata-kata yang mereka keluarkan dari mulut mereka itu menyakiti orang lain atau tidak. Bahkan setelah mereka menyakiti hati orang, tidak rasa bersalah dan tidak ada itikad untuk meminta maaf.

Sebenarnya apa tujuan mereka body shaming kepada orang lain? Mereka mengaku dengan alibi ingin mencairkan suasana, mengundang gelak tawa, iseng atau bahkan ada yang benar-benar berniat untuk menghina. Orang-orang yang bertindak seperti itu sebenarnya ada rasa iri karena tidak memiliki sesuatu yang orang lain punya sehingga mereka imbaskan dengan menjelekkan fisik orang tersebut.

Lalu apakah pelaku body shaming itu mengetahui dampak dari perlakuan mereka, apakah tahu apa yang dirasakan oleh orang yang telah mendapat bullying verbal tersebut? Pasti tidak kan?

Body shaming sering kali menyebabkan self blaming di mana seseorang akan menyalahkan diri sendiri, membenci tubuhnya sendiri, menarik diri dari lingkungan sosial, mengganggu kesehatan mental seseorang, bahkan parahnya dapat menyebabkan kematian.

Membahas lebih dalam mengenai akibat dan bahaya body shaming terhadap kesehatan mental, beberapa masalah kesehatan mental muncul dari body shaming, seperti rendah diri, menyebabkan seseorang menjadi cemas yang berlebih, menyebabkan stress, dan gejala depresi.

Lebih buruk lagi, body shaming dapat membuat seseorang merasa kesepian dan menyesal untuk diri sendiri, yang kemudian menyebabkan depresi.

Selain pernyataan di atas, berikut beberapa gangguan kesehatan mental akibat dari body shaming yang dilansir dari Halodoc :

· Anoreksia

· Binge Eating Disorder

· Depresi

Lalu apakah tindakan body shaming ini akan terus menerus dianggap hal yang remeh? Ditolerir dan dianggap biasa saja?

Jawabannya adalah tidak, karena sebenarnya sudah ada tindakan pidana bagi orang-orang yang melakukan body shaming baik melalui media sosial maupun secara terang-terangan di depan korban.

Body shaming dikategorikan menjadi dua tindakan. Tindakan yang seseorang mentransmisikan narasi berupa hinaan, ejekan terhadap bentuk, wajah, warna kulit, postur seseorang menggunakan media sosial. Itu bisa dikategorikan masuk UU ITE (Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik) Pasal 45 ayat 1 dan Pasal 27 ayat 3, dapat diancam hukuman pidana 6 tahun,” papar Dedi di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (28/11/2018).

“Kedua, apabila melakukan body shaming tersebut secara verbal, langsung ditujukan kepada seseorang, dikenakan Pasal 310 KUHP dengan ancaman hukumannya 9 bulan. Kemudian (body shaming yang langsung ditujukan kepada korban) dilakukan secara tertulis dalam bentuk narasi, melalui transmisi di media sosial, dikenakan Pasal 311 KUHP. Hukuman 4 tahun,” lanjut Dedi.

Dengan mengetahui hukuman yang ada akibat melakukan body shaming apakah akan tetap ada seseorang yang melakukan body shaming kepada orang lain?

Pasti tetap ada karena kita tidak bisa senantiasa mengontrol tindakan orang lain tetapi lebih baik jika berusaha untuk mengubah kebiasaan tersebut.

Dari body shaming kita bisa tahu watak sebenarnya seseorang itu, body shaming perlu diberhentikan dan tidak lagi menjadi penyakit kebiasaan yang bersarang di tubuh. Jika body shaming masih dilakukan sebaiknya pelaku benar-benar diberikan hukuman yang telah ditentukan oleh pemerintah agar tidak menjadi kebiasaan.

Kepada korban body shaming tidak perlu berlarut-larut untuk memikirkan omongan orang yang hanya membuat kita tenggelam, tetapi mencintai diri sendiri jangan mengubah sesuatu yang kita punya sesuatu yang telah kita cintai hanya karena omongan orang.

Ada beberapa saran untuk mengatasi luka karena body shaming yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita.

Pertama, Afirmasi positif bisa dilakukan terhadap diri sendiri dengan cara mengatakan ke diri sendiri bahwa tidak apa-apa untuk menjadi tidak sempurna, tidak apa-apa menjadi berbeda dengan orang lain karena berani beda itu luar biasa. “Misalnya, kulitku hitam ya nggak papa justru aku malah terlihat eksotis dan manis, artinya juga aku tidak lemah karena matahari.

Selain afirmasi positif kita juga bisa Speak Upkarena dengan speak up berarti kita bisa membela diri sendiri, ungkapkan kepada orang lain jika kita tidak nyaman dengan apa yang mereka ucapkan kepada kita. Tidak ada salahnya untuk kita speak up karena bisa menyadarkan mereka jika yang mereka ucapkan itu menyakiti hati kita.

Tidak ada seseorang yang lebih memahami kita selain diri kita sendiri. Semangat beraktivitas selalu dan jangan lupa istirahat.