Kehidupan urban identik dengan dunia perkotaan, yang sarat akan kemajuan di bidang teknologi komunikasi informasi dan keterbukaan dengan budaya modern. Sehingga banyak pendatang baru yang berpindah dari desa menuju kota.
Sering kali, penduduk yang baru saja melakukan urbanisasi kerap mengahdapi kerumitan budaya. Hal ini disebabkan, bertemunya dua orang yang memiliki latar budaya yang berbeda. Sehingga, dibutuhkan waktu untuk melakukan proses penyesuaian diri terhadap budaya yang berbeda tersebut.
Lantaran, terjadi perbedaan budaya yang sangat menonjol, sehingga dibutuhkan komunikasi antar budaya, yang dapat menjembatani perbedaan budaya tersebut. Seperti, jika kita terbiasa dengan penggunaan bahasa daerah sesuai asal kita.
Maka kita harus menyesuaikan diri dengan penggunaan bahasa yang dipahami seluruh masyarakat. Agar terjadi keselarasan makna saat berkomunikasi. Kemudian, dialek penggunaan bahasa pun juga ikut berubah. Jika kita biasanya melafalkan kata dengan suara yang keras.
Maka, kita harus menyesuaikan pelafalan saat tengah berbicara dengan seseorang yang berbicara secara lemah lembut. Kehidupan urban, bukan hanya terdiri dari satu kelompok masyarakat saja. Namun, kehidupan urban terdiri dari masyarakat yang berasal dari berbagai suku, ras dan etnik berbagai daerah di Indonesia.
Tentunya, membawa budaya-budaya yang berbeda. Sehingga, kita saat berkomunikasi tidak hanya dapat menggunakan bahasa dari daerah asal kita saja. Namun, menggunakan bahasa kesatuan, Bahasa Indonesia. Yang digunakan sebagai bahasa penyatu di tengah beragamnya bahasa daerah di Indonesia.
Sering kali, saat berinteraksi dengan orang lain, kita merasakan culture shock lantaran kagetnya kita terhadap budaya baru. Bahasa menjadi salah satu pemicu permasalahan tersebut. Terkadang, kita sering mengalami perbedaan penafsiran.
Ketika tengah menyampaikan ide atau gagasan kita kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Begitu pentingnya bahasa dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal ini lantaran, setiap orang dapat menafsirkan berbeda terhadap bahasa yang kita sampaikan.
Lalu, Apa itu Bahasa ?
Secara umum bahasa merupakan simbol atau tanda yang disetujui oleh sekelompok orang yang menghasilkan sebuah arti. Kerap kali, kita hanya mengetahuhi bahwa, bahasa hanya berupa bahasa terucap, atau yang sering kita pahami sebagai bahasa verbal.
Bahasa terucap ini sering kita gunakan saat berinteraksi secara lisan. Namun, ternyata terdapat bahasa yang tak terucap atau non verbal seperti, gerakan tubuh, ekspresi wajah dan lain sebagainya.
Bahasa non verbal dapat tercipta, lantaran keterbatasan bahasa kita saat berinteraksi dengan orang lain. Di tengah ramainya kehidupan urban, kerap kali bahasa verbal tidak begitu diperhatikan oleh penggunanya.
Lihat saja, ketika tengah berada di transportasi umum seseorang akan lebih mementingkan diri sendiri dan asyik menggunakan gawainya, ketimbang berinteraksi dengan sekitarnya. Ironisnya, sering kali kita temui seseorang yang bersikap tidak peduli kepada ibu-ibu yang tengah hamil.
Lantaran saking asyik dengan gawainya, mereka sampai tidak membaca tulisan, yang menyarankan agar tempat duduk diutamakan bagi ibu-ibu yang tengah hamil. Ketidak pedulian tersebut, mengisyaratkan bahwa masih rendahnya kesadaran bahasa.
Peranan Sosial Budaya dari Bahasa
Dalam buku Komunikasi Lintas Budaya, yang dituliskan oleh Samovar et.al bahasa memiliki tiga peranan bagi sosial budaya antara lain;
Pertama, bahasa sebagai pertukaran komunikasi yang berarti bahwa, kita menyampaikan wujud ide atau gagasan kepada orang lain, kemudian diartikan oleh pendengar. Dalam kehidupan urban, pertukaran komunikasi dapat lebih sering terjadi.
Selain itu, informasi yang disampaikan lebih beragam, lantaran banyaknya keberagaman masyarakat dalam satu wilayah urban. Kedua, bahasa dan identitas. Menurut data yang diperoleh dari Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan.
Menyatakan bahwa, menurut data terakhir Indonesia memiliki 652 bahasa daerah. Hal ini berkaitan dengan kehidupan urban karena saat tengah berkomunikasi, kita tak mungkin menggunakan dari keseluruhan bahasa daerah tersebut, lantaran setiap daerah memiliki arti bahasa yang berbeda.
Untuk mencegah artian yang berbeda maka dibutuhkan bahasa identitas nasional yaitu Bahasa Indonesia. Ketiga, Bahasa dan Persatuan. Dalam kehidupan urban, pesatnya budaya modern yang masuk, menyebabkan kerap kali Bahasa Inggris lebih sering digunakan saat tengah berinteraksi, dibandingkan dengan penggunaan bahasa persatuan.
Hal ini menyebabkan sosialisasi bahasa persatuan sebagai bentuk kesatuan bangsa kepada generasi selanjutnya, menjadi terkendala. Dampaknya semakin lunturnya identitas Bangsa Indonesia.
Bahasa Sebagai Komunikasi Antar Budaya
Meskipun, kita telah menggunakan Bahasa Indonesia saat tengah beriteraksi. Namun, kerap kali kita masih mempelajari bahasa daerah lain, dengan cara melakukan interpertasi dari setiap artian bahasa daerah tersebut.
Mempelajari bahasa dari daerah yang berbeda, merupakan wujud dari komunikasi antar budaya. Cara ini dapat mencegah kita dari sikap yang mengunggulkan budaya sendiri, serta mengukur budaya orang lain didasarkan pada budaya kita atau etnosentrisme.
Kemajemukan budaya serta bahasa daerah di Indonesia, dapat menjadi nilai plus di kancah internasional namun juga dapat menjadi bencana, berupa konflik yang dapat terjadi antar masyarakat.
Hal ini terjadi, lantaran kesalah pahaman artian dalam penggunaan bahasa. Sehingga, untuk dapat melakukan komunikasi yang baik di kehidupan budaya yang berbeda maka, dibutuhkan jembatan penghubung dari setiap perbedaan tersebut. Jembatan penghubung nya melalui penggunaan Bahasa Indonesia.