Teman saya pernah bilang, “kalau susah tidur, baca buku aja”. Yaa… kalimat tersebut terdengar biasa saja, namun kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga dan cukup menggelitik hati saya. Coba perhatikan atau ingat-ingat, ketika kita membaca sebuah buku, berapa menit kita sanggup bertahan? Atau setelah berapa menit kita terserang rasa ngantuk?
Kalau saya, terkadang baru 15 menit membaca, rasa ngantuk sudah mulai menyerang. Apa lagi buku yang dibaca tidak menarik, tapi harus dibaca karena sebagai bahan pendukung pekerjaan, sehingga cepat jenuh atau bosan. Seperti beban saja bila membaca buku yang tidak diminati, makanya sebentar saja sudah ngantuk.
Coba baca buku yang menarik. Misalnya untuk seorang pebisnis pemula, buku tentang tips jitu meraih keuntungan milyaran rupiah merupakan buku yang menarik. Bisa jadi, ia membaca buku tersebut lebih dari satu jam, atau bahkan sampai tamat sebelum melewati hari esok. Apalagi ditemani secangkir kopi dan kacang, akan menambah energi untuk membaca buku.
Mungkin kita pernah mendengar tentang tingkat literasi beberapa negara. Lumayan mengejutkan juga karena Indonesia termasuk rendah tingkat literasinya dibanding negara lain. Berdasarkan survei PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2019 yang dirilis OECD, Indonesia menempati peringkat 10 dari bawah dari 70 negara.
Padahal, beberapa indikator pendidikan yang mendasar capaian Indonesia cukup baik. salah satu ukuran adalah angka melek huruf dan tingkat pendidikan. Pada tahun 2021 angka melek huruf Indonesia mencapai 95,59%. Angka yang cukup tinggi untuk sebuah indikator. Sedangkan penduduk 15 tahun lebih yang berpendidikan SMA ke atas mencapai 42,48%.
Indikator lain yang dapat menggambarkan tingkat literasi adalah tingkat kegemaran membaca (TGM). Sebuah indeks yang menerangkan kebiasaan masyarakat dalam membaca dari berbagai media. Ada tiga komponen yang diukur dalam indeks kegemaran membaca, yaitu frekuensi membaca, jumlah buku yang dibaca dan durasi membaca.
Survei yang dilakukan Perpustakaan Nasional untuk mengukur TGM menunjukkan angka yang cukup menggembirakan. Perkembangan TGM masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Pada tahun 2017 TGM termasuk kategori rendah yaitu 36,48.
Pemerintah terus berusaha meningkatkan angka TGM. Upaya yang dilakukan di antaranya meningkatkan layanan perpustakaan keliling dan perpustakaan digital. Upaya tersebut membuahkan hasil. Pada tahun 2018 TGM mencapai 52,92, kemudian naik menjadi 53,84 pada tahun 2019, dan pada tahun 2020 menjadi 55,74. Angka ini masuk kategori sedang.
Bagaimana dengan diri kita masing-masing? Mari merenung dan bertanya dalam hati, berapa buku yang kita dibaca setiap tahunnya? Alhamdulillah saya masih sempat membaca baik membaca buku, artikel, maupun berita-berita menarik lainnya.
Coba perhatikan orang-orang di sekitar kita. Bisa jadi sebagian dari mereka sibuk, sehingga tidak sempat membaca buku atau artikel bermanfaat. Paling-paling berselancar dengan medsos atau pun chatting. Padahal saat ini banyak media yang dapat dijadikan sumber bacaan. Banyak sekali bacaan pada media digital yang tersedia.
Aktivitas membaca merupakan kegiatan posistif yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Bahkan membaca dapat mengurangi tingkat stres seseorang. Oleh karena itu, perlu sekali kita membiasakan diri untuk membaca. Kunci dari membiasakan diri adalah latihan dan pengulangan. Pada mulanya mungkin terasa berat, maka perlu dipaksa.
Berikut 5 hal yang dapat dicoba untuk membiasakan diri membaca.
Pertama adalah niat dan tekad yang kuat. Biasanya sesuatu aktivitas itu yang sulit adalah memulainya. Untuk membiasakan diri membaca, mulailah dengan niat dan tekad yang kuat. Niat dan tekad ini merupakan modal utama untuk melakukan sesuatu. Niat itu maksud yang tertanam dalam hati, untuk melakukan suatu aktivitas yang diinginkan.
Jika seseorang sudah mempunyai niat yang baik didukung dengan tekad yang kuat, maka dia akan berjanji pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang sudah diniatkan. Pasang niat dan tekad yang kuat untuk rutin membaca, semoga membaca bisa menjadi kebiasaan baru kita.
Kedua paksa lama-lama akan bisa. Jika seseorang belum biasa membaca, maka diperlukan upaya yang kuat dan terkadang harus dipaksa untuk memulai membaca. Paksakan diri sendiri untuk membiasakan membaca. Seseorang akan dapat memaksa dirinya sendiri jika sudah memasang niat dan tekad yang kuat.
Terkadang orang tidak dapat memaksa diri sendiri, oleh karena itu mintalah bantuan orang lain. Orang lain di sini bisa saja ayah, ibu, istri, atau teman. Sebagai contoh, seorang anak setiap sering dipaksa untuk belajar. Kalau tidak dipaksa, ia akan lalai bersama gadget. Setelah dewasa ia akan terbiasa belajar sendiri.
Ketiga perbanyak koleksi buku. Menurut standar UNESCO idealnya orang membaca paling sedikit 3 buku baru per tahun. Untuk memenuhi standar tersebut seseorang harus dapat menyisihkan uang untuk membeli buku setidaknya setahun 3 buku. Atau dapat pergi ke perpustakaan untuk meminjam dan membaca buku-buku koleksi perpustakaan.
Pada era digital saat ini, kita dimudahkan untuk mengakses berbagai fasilitas termasuk perpustakaan digital yang banyak tersedia buku-buku digital. Kehadiran perpustakaan digital membuat orang lebih mudah mendapatkan bacaan yang diinginkan.
Keempat lingkungan. Faktor lingkungan sangat kuat mempengaruhi kebiasaan seseorang, termasuk kebiasaan membaca. Sejak kecil manusia melakukan sesuatu adalah hasil meniru. Kita meniru sering kebiasaan dan keadaan orang di sekitar kita.
Kita dapat membuat lingkungan sendiri agar kita bersemangat untuk membaca. Ruangan yang nyaman dengan tatanan buku-buku yang rapih, menarik, mudah terlihat, dan mudah diakses. Orang dapat pergi ke perpustakaan yang sudah didesain nyaman untuk membaca.
Kelima menulis. Mungkin ini hal yang tersulit dilakukan, karena memang sebagian besar orang menemui kesulitan untuk menulis. Seseorang tidak mudah menulis kalau tidak membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik, karena aktivitas menulis membutuhkan bahan bakar yang tidak sedikit yaitu banyak membaca.
Bagi yang belum biasa menulis, dapat melatihnya dengan tulisan yang ringan, misalnya menulis buku harian. Kemudian berkembang untuk menulis cerita dan pengalaman. Jika menemui kesulitan dalam menulis, seseorang harus membaca untuk menambah pengetahuan dan referensi.
Itulah 5 hal yang dapat membantu untuk membentuk kebiasaan membaca. Semoga kita termasuk orang yang tidak malas membaca. Jika ingin aktivitas membaca menjadi kebiasaan baru, berlatih terus untuk membaca dan jangan putus asa. Silakan coba 5 hal di atas.