Sebut saja si Alim, seorang relawan demokrasi asal kabupaten Semarang. Ia, sejak bulan Januari 2019, membantu KPU sosialisasi pemilu ke masyarakat. 

Kesibukan sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Salatiga, tak membuat dirinya menyerah. Pasalnya, ia memang niat mendermakan dirinya untuk turut mensukseskan pemilu pada 17 April 2019, mendatang. 

Tugas Sebagai Relawan Demokrasi

Oleh KPU, relawan demokrasi di tugaskan selama tiga bulan, terhitung sejak pertengahan bulan Januari hingga April. Jadi, Alim dalam rentang waktu yang singkat ini akan intensif sosialisasi pemilu di tengah masyarakat. 

Bukan Alim namanya, kalau tidak langsung kerja. Begitu selesai bimbingan teknis, bersama-sama teman relawan lain, ia mulai menyisir forum-forum. Dimana ada kumpulan warga, maka disitu ada Alim Cs. 

Dalam sosialisasi, pertama-tama yang disampaikan Alim adalah hari tanggal pemilu. Selanjutnya, disambung dengan penjelasan warna surat suara. 

"Assalamualaikum bapak, ibu, saudara, saudari dan tamu undangan sekalian. Disini saya akan sosialisasikan kapan pelaksanaan pemilu tahun 2019 ini. 

Para hadirkan sekalian, pelaksanaan pemilu serentak yang sebentar lagi berlangsung dilakukan pada hari Rabu pahing, tanggal 17 April 2019. Maka, bapak ibu harus tahu dan mengingatnya. 

Selain itu bapak ibu, perhatikan pula warna kertas suaranya ya. Saya akan jelaskan. Kertas warna hijau digunakan untuk memilih DPRD kabupaten atau kota, biru untuk DPR Provinsi, merah untuk DPR RI, kuning untuk DPD RI dan abu-abu untuk memilih presiden dan wakil presiden. 

Nampak, warga antusias dalam mendengar penjelasan Alim sebagai relawan demokasi yakni di wilayah kabupaten Semarang. Maka, Alim sebagai ralasi menunaikan tugas dan tanggung jawab sosialisasi dengan baik, yakni mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pemilu. 

Basis-Basis Pemilih dan Peranan Relawan Demokrasi 

Niat awal mendaftar, sepertinya ia sudah memantapkan pilihan nantinya untuk sosialisasi di komunitas-komunitas. Sebab yang dipilih adalah relasi basis komunitas. 

Alasan memilih basis ini karena hobinya tidak lain komunitas motor. Sudah menjadi keharusan basis komunitas apa saja harus tersentuh oleh informasi pelaksanaan pemilu 2019. 

Visi dan misi relasi nampak dalam peranannya untuk sosialisasi per basis. Ada beberapa basis selain basis komunitas yang dipegang Alim dan teman-teman-nya. 

Yakni antara lain, basis perempuan, pendidikan, pemuda, pemilih pemula, warganet, masyarakat, keluarga, relawan demokrasi, dan disabilitas. 

Menurut Alim, relawan demokrasi harus bisa menyasar basis-basis itu. Minimal di seluruh kabupaten dan kota bisa terjangku 80% dari seluruh jumlah pemilih. Perkara ini tentunya tidak mudah tanpa diwujudkan bersama. 

Sampai disini, tentunya pembaca sudah sedikit-sedikit paham bagaimana tugas Alim sebagai relawan demokrasi yang selama tiga bulan akan sosialisasi dimana-mana. 

Pesan dari Alim Si Relawan Demokrasi 

Background mahasiswa yang disandang memengaruhi pola pikir kritis. Pikiran-pikiran segar inilah yang dituangn Alim dalan pesan-pesannya kepada masyarakat dari relawan. Istilah lainnya adalah catatan si relawan demokrasi. 

Disela-sela padatnya jadwal sosialisasi, si Alim berfikir bahwa kesuksesan pemilu ialah tanggung jawab kita bersama, bangsa Indonesia. Bukan tanggung jawab relawan, kpu, ppk, pps, atau penyelenggara pemilu saja. 

Menurutnya, kesuksesan ini didorong oleh rasa percaya publik akan berpolitik yang baik. Elite politik dengan partai politiknya perlu menampilkan aktivitas yang menggugah rasa percaya publik. Misalnya, tidak melakukan korupsi saat menjabat. 

Apatisme dan posisi pemilih mengambang inilah yang menurut si Alim didominasi oleh kaum-kaum rasional. Biasanya diisi oleh intelektual-intelektual, mahasiswa, pemuda, dan bahkan masyarakat kritis. 

Pesan Alim adalah bahwa elite setelah memperolah mandat rakyat harus benar-benar memanfaatkan jabatannya untuk perubahan dan perbaikan persoalan-persoalan di masyarakat. 

Maka, tugas relawan demokasi selain sosialisasi adalah harus mampu memberikan pendidikan politik. Khususnya kepada kaum-kaum apatisme yang belum sadar-sadar. 

Menyadarkan ini butuh proses dan cara tersendiri yang jitu. Alim yang masih belum banyak pengalaman ini mengajak kepada pemilih untuk tidak golput. 

Relawan dan Golput dalam Pemilu

Cerita si Alim ini sesungguhnya memiliki makna mendalam tentang agar tidak golput. Alim seorang relawan memiliki niat dan tanggung jawab mengajak masyarakat untuk tidak golput. 

Sosialisasi pemilu pagi, siang, malam oleh si Alim cs, sebagai bentuk upaya agar angka golputer di masyarakat rendah. Sebagaimana tahun 2014, sebanyak 30% masyarakat masih belum menyalurkan hak pilihnya. 

Angka yang tidak kecil, sehingga peranan Alim, relawan, bersama masyarakat sangat dibutuhkan. Pastinya lebih luas lagi, agar teman-teman relawan demokrasi se Indonesia harus serius dalam mengawal proses demokrasi ini. 

Kisah Alim ini tidak perlu dijadikan referensi, karena saya rasa teman-teman relawan punya cara sendiri-sendiri untuk mengajak masyarakat agar tidak golput. 

17 April 2019, memang benar-benar harus dijadikan masyarakat Indonesia untuk menggelar pesta demokrasi. 

Saya sebagai penulis berpendapat bahwa pemilu kali ini harus dilakukan untuk memilih pemimpin yang kedepan mampu membangun peradaban sebuah bangsa. 

Nilai-nilai yang kurang etis seperti menyebar hoaks, politik uang, menjadi kaum golputer, adalah yang akan mengakibatkan mundurnya sebuah peradaban bangsa. 

Hal yang demikian menurut hemat penulis, erat hubungannya dengan tugas relawan untuk menyampaikan pada masyarakat. Dengan tujuan agar masyarakat semakin cerdas dan harapannya 78% masyarakat menggunakan hak pilihnya. 

Pemilih berdaulat negara kuat!