...bermanfaat guna menunjang kehidupan manusia...

Air Adalah Anugerah Bagi Seisi Bumi

Adalah air yang melimpah mendominasi isi bumi, tak hanya menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup, namun juga menjadi media efektif akan terjadinya proses aksi dan reaksi, baik secara fisika pun kimia, yang memberi kontribusi penting yang membuat alam lingkungan meraih kesetimbangan.

Air, dengan beragam sifat anomali yang dimilikinya, selama ini dikenal sebagai benda mati dalam wujud cair yang dalam kondisi suhu tertentu bisa menjadi padat berbentuk es. Tak hanya itu, pada suhu tertentu pula, air memiliki massa jenis yang berubah dari sebelumnya. 

Juga, pada suhu tertentu pula, diduga terdapat jalinan antara molekul air yang saling berikatan membentuk struktur heksagonal. Suatu struktur molekul air yang sangat dipercaya bisa menyumbang kesehatan tubuh bagi peminumnya, meski untuk mendapatkan air berstruktur heksagonal tidaklah mudah, karena labil.

Itu belum tegangan permukaan yang dimiliki oleh air, lalu sifat adesi dan kohesi, yang ketiganya bisa dikembangkan menjadi produk berbasis air, yang bermanfaat guna menunjang kehidupan manusia, seperti ketika digunakan sebagai media pencuci ataupun media mewarnai.

Termasuk sifat polar yang dimiliki oleh air sebagai efek kandungan molekul H2O, yang membuat air memiliki kemampuan menjadi media pelarut efektif terhadap bahan-bahan kimiawi yang bersifat polar pula.

Hingga, sebagai benda cair maka air juga menjadi asupan paling penting bagi makhluk hidup agar mampu bermetabolisme secara normal, agar mereka mampu menjalani kehidupan sehari-hari.

Melalui proses sirkulasi yang unik seperti penguapan air menjadi gumpalan awan di langit, melayang-layang lalu menjadi derai hujan karena tiada kuasa memiliki beban berlebihan sebagai awan, maka dari waktu ke waktu volume air dalam bumi selalu sama.

Demikian halnya dengan jumlah energi yang dihasilkan dari setiap proses, apakah biologi, fisika pun kimia yang melibatkan peran air di dalamnya, selalu sama dalam skema menuju sistem yang setimbang. 

Keberadaan air sebagai anugerah dari langit bagi seisi bumi, memberikan pesan yang tersirat akan pentingnya manusia, sebagai makhluk hidup penghuni bumi yang paling berakal, agar selalu menjaga keseimbangan sistem alam lingkungan di dalam bumi.



...yang membuat keseimbangan sistem sebagai manfaat atas keberadaannya, layak untuk selalu diperjuangkan...

Pesan Tersirat Dalam Karya Sinema Epik

Lalu, bagaimana jika manusia tak acuh, mengabaikan pesan-pesan dari langit pemberi anugerah keseimbangan bagi bumi? Manusia berperilaku berbuat banyak kelalaian sehingga merusak keseimbangan sistem alam lingkungan bumi?

Niscaya langit pun kehilangan keseimbangan lalu membuat bumi runtuh, membuat seisi bumi termasuk manusia sang makhluk paling berakal pun musnah.

Pesan tersirat akan pentingnya menjaga keberlanjutan peran air sebagai penunjang keseimbangan sistem alam lingkungan bumi, menggaris bawahi tema tuturan kisah dalam sebuah karya sinema yang sempat fenomenal belasan tahun lalu sebagai bagian pertamanya, yakni; Avatar.

Sebagai kelanjutan dari kisah yang menggambarkan alam lingkungan dalam sebuah planet selain bumi, maka Avatar: The Way of Water mengajak pemirsa dari film yang berkategori fiksi ilmiah ini untuk merenungi bahwa limpahan air di dalam bumi adalah anugerah tiada terkira, yang membuat keseimbangan sistem sebagai manfaat atas keberadaannya, layak untuk selalu diperjuangkan.

Penampilan sosok-sosok bangsa Na'vi dalam film Avatar: The Way of Water yang tengah tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak pertengahan Desember 2022 

Melalui sentuhan efek visual yang tergarap lebih mumpuni, maka jalinan kisah epik Avatar: The Way of Water diperkaya dengan tampilan warna-warni pendaran cahaya memikat, yang membuat setiap pemirsa betah menikmati setiap adegan yang tertera dalam layar lebar, selama tiga jam.

Tak hanya menumbuhkan pesan tersirat tentang anugerah air bagi bumi, yang justru melalui penggambaran keelokan kehidupan dalam air pada suatu planet yang jauhnya tahunan cahaya dari bumi, maka kiranya Avatar: The Way of Water juga memberi percikan pesan pula, bahwa air adalah benda cair yang memiliki kecerdasan tinggi. Di dalam bumi sendiri, air terbukti memiliki banyak anomali. 

Tak hanya itu, air beserta banyak keunggulan lain yang dimilikinya pun hingga saat ini masih misteri.

Seolah karya sinema fiksi ilmiah dengan garapan apik ini menggurat pesan, bahwa sejatinya air itu sebenarnya makhluk cerdas dari langit yang menghuni bumi milyaran lahun lalu, menyangga sistem alam lingkungan di dalamnya hingga kini.

Lalu, tanpa pernah tersadari, bahwa ternyata manusia terasah akal pikiran dan ilmu pengetahuannya dari waktu ke waktu, justru dari benda cair yang sangat melimpah di dalam bumi, air.

Dengan demikian, menghormati keberadaan air yang telah membuat manusia menjadi makhluk cerdas, adalah sepadan. Yakni, melalui kegiatan-kegiatan yang menunjang sistem sirkulasi alami air dalam bumi, tetap lestari.



Bangsa ini jika di bumi mereka adalah manusia.

Bagi generasi yang pada tahun 2009 masih belum masuk usia menangkap makna jalinan cerita film Avatar, bahkan belum terlahirkan, maka menarik untuk menyimak kilas balik perihal kisah film tersebut, yang sekuelnya baru ada bahkan setelah 13 tahun berselang.

Avatar 2009: Cerminan Perilaku Manusia Atas Peradaban dan Alam Lingkungan

Barangkali pernah diantara kita yang membayangkan bahwa ketika bumi tidak mampu lagi berfungsi sebagai tempat hunian yang layak bagi mahluk hidup di dalamnya, maka pada suatu saat nanti manusia melakukan upaya kolonisasi pada suatu planet baru yang mirip dengan bumi beserta kondisi alam dan peradaban makhluk hidup di dalamnya.

Bagaimana manusia nanti menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajarinya untuk dapat berinteraksi dengan peradaban baru, keanekaragaman makhluk apa saja yang dipelajari dan kekayaan alam apa saja yang berbeda dengan bumi dalam planet baru itu,

Juga, konflik apa saja yang terjadi ketika perbedaan kepentingan antara manusia dengan sekumpulan makhluk hidup yang mendominasi budaya di planet itu, merupakan intisari cerita dalam film yang digarap oleh James Cameron, sang sutradara yang tersohor mendunia dengan film-film fiksi ilmiah garapannya.

Diceritakan, pada tahun 2154, ketika bumi mengalami kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam, sehingga tidak memungkinkan dihuni lebih lama lagi oleh manusia, maka sebuah perusahaan raksasa bernama SecFor melakukan upaya kolonisasi manusia pada sebuah planet yang bernama Pandora.

Planet ini sebenarnya merupakan satelit yang mengelilingi planet gas raksasa bernama Polyphermus, salah satu dari tiga planet gas raksasa yang mengorbit pada bintang Alpha Centaury A yang berjarak 4,4 tahun cahaya dari bumi, atau sekitar 4 kali 1013 kilometer dari bumi.

Kondisi lingkungan, kekayaan alam dan keanekaragaman makhluk hidup di planet Pandora ini sangat mirip dengan yang ada di bumi, dalam kondisinya yang masih asli, jutaan tahun lalu. Di dalam planet ini, terdapat suatu peradaban yang didominasi suatu bangsa bernama Na’vi. Bangsa ini jika di bumi mereka adalah manusia.

Secara fisik, Na’vi hampir mirip dengan manusia. Namun, mereka memiliki tinggi sekitar empat meter, berwarna kulit yang berpendar kebiruan dan memiliki ekor yang berujung sekumpulan sensor syaraf untuk mengendalikan kendaraan alami yang sejiwa dengan mereka yakni; Pali, seperti kuda yang berkaki enam, ataupun Ikran yang digambarkan sebagai burung raksasa nan lincah dan gesit saat mengangkasa.

Hanya saja, karena atmosfir udara di planet Pandora tidak memungkinkan bagi manusia untuk hidup di sana, maka sekumpulan ilmuwan yang dipimpin oleh Dr. Grace Augustine, diperankan oleh aktris Sigourney Weaver, lalu menerapkan teknologi kecerdasan buatan, berupa progam alihan fisik dan pikiran bernama Avatar, dimana manusia dapat berinkarnasi dalam tubuh Na’vi, agar dapat berinteraksi dengan bangsa Na’vi, serta mempelajari peradaban dan kekayaan alam planet Pandora.

Adalah seorang mantan marinir Amerika Serikat yang mengalami kelumpuhan kaki akibat bertugas perang di bumi bernama Jake Sully, diperankan aktor Sam Worthington, berminat untuk menjadi sukarelawan dalam program Avatar itu, guna menemani Dr. Grace dan seorang biolog bernama Norm Spellman, diperankan aktor Joel David Moore.

Adapun Jake Sully berminat menjadi sukarelawan, karena ingin melanjutkan misi saudara kembarnya yang tewas dalam program yang sama.

Ketiga sukarelawan pun masing-masing berinkarnasi dalam tubuh sesosok Na’vi hasil kloning atas DNA Na’vi dengan manusia. Sementara pikiran dan jiwa mereka mengendalikan tubuh dan fisik Na’vi itu, tubuh mereka sendiri ditidurkan dalam sebuah kapsul hibernasi yang berfungsi sebagai konjungtor dalam program Avatar itu sendiri.

Selama misi berinkarnasi sebagai makhluk Na’vi, suatu ketika Jake bertemu dengan Na’vi bernama Neytiri, diperankan aktris Zoe Saldana, yang merupakan anak perempuan dari Eytucan, diperankan aktor Wes Studi, seorang raja Na’vi dari klan Omaticaya.

Pada awalnya, Jake Sully hanya mengawal Dr. Grace dan Norm untuk mempelajari budaya, pengetahuan, teknologi dan kelimpahan alam planet Pandora, ketika mereka berinkarnasi menjadi Na’vi.

Dalam perjalanannya, Jake Sully justru lebih tertarik untuk mempelajari bagaimana bangsa Na’vi bisa berperikehidupan sangat bijaksana terhadap alam, lalu menyadari bahwa mereka tak hanya berperilaku sangat menghormati alam lingkungan, namun juga mampu hidup menyatu dengan keanekaragaman makluk lainnya di dalam planet Pandora.

Konflik mulai terjadi ketika Parker Selfridge, diperankan aktor Giovanni Rabisi, salah satu perwakilan petinggi SecFor menyampaikan misi sebenarnya pada proyek kolonisasi planet Pandora yaitu eksploitasi bahan mineral yang tidak terdapat di bumi, yang bernama Ubtonium. Bahan mineral ini akan ditambang karena memiliki sifat unik yaitu bisa diolah menjadi bahan anti gravitasi, guna dikembangkan menjadi senjata pendukung perang, bagi manusia.

Misi ini juga mendapat dukungan dari Kolonel Miles Quatrich, diperankan aktor Stephen Lang, yang diperkuat oleh banyak serdadu bayaran terlatih dan persenjataan yang diperhitungkan mampu meredam konflik antara manusia dengan bangsa Na’vi, jika terjadi.

Mengetahui misi kolonisasi Pandora hanya sekedar mengeksploitasi Ubtonium, maka Dr. Grace berusaha mencegah misi itu, agar tak berlanjut. Dia berusaha menyadarkan pimpinan SecFor bahwa Ubtonium di planet Pandora terdeposit di bawah sebuah pohon bernama Kelutrel, yang sangat dihormati karena memengaruhi tatanan kehidupan bangsa Na’vi.

Melalui ritual alami mereka, pohon Kelutrel itu memiliki kemampuan untuk menghubungkan jiwa bangsa Na’vi dengan dewa mereka yang bernama Eyowa. Sehingga apabila pohon ini ditebang demi agar manusia dapat menambang Ubtonium, maka dikhawatirkan bangsa Na’vi dapat punah karena tidak dapat melawan manusia, yang memiliki kemampuan berperang lebih tinggi dan bersenjata lengkap, mematikan.

Merasa yakin atas kemampuan berperang yang dimiliki, serta ambisi untuk dapat mengekploitasi besar-besaran Ubtonium, maka Parker Selfridge memerintahkan Kolonel Miles Quatrich untuk menjalankan misi awal, yakni menginvasi wilayah dimana pohon Kelutrel itu berada dan menambang Ubtonium, segera.

Menyadari bahwa bangsa Na’vi tidak memiliki pengalaman dan kemampuan berperang dengan manusia dan persenjatannya, juga karena terlanjur terpesona dengan perilaku bangsa Na’vi beserta keindahan alam Pandora, maka Jake Sully berbalik memihak bangsa Na’vi.

Jake Sully pun dibantu oleh Neytiri dan Eytucan berhasil mengumpulkan klan-klan lain bangsa Na’vi untuk bersatu melawan invasi manusia atas planet Pandora. Lalu, peperangan antara manusia dan bangsa Na’vi pun dimulai.

Manusia dengan persenjataan pemusnah massal dan teknologi buatannya, melawan Na’vi yang menggunakan kekuatan alam.

Peperangan antara kolonis yang ingin menguasai suatu peradaban dengan merusak alam lingkungan, melawan suatu penghuni asli yang mempertahankan agar kelestarian alam lingkungan dan budaya tetap seperti apa adanya.



...yang kurang lebih berarti berinkarnasi...

Seri Avatar Sarat Akan Pesan Agar Menghormati Alam Lingkungan

Film yang berdurasi dua jam 45 menit ini, mampu mengajak penikmatnya berimajinasi tentang semesta alam di luar bumi. Pemandangan yang aneh namun indah seperti flora dan fauna yang di bumi ada, digambarkan sangat berlainan ketika berada di alam Pandora.

Penggambaran hutan yang melayang di udara, merupakan imajinasi liar yang melatarbelakangi keinginan manusia untuk mengeksploitasi Ubtonium dalam cerita film ini.

Pemandangan itu seperti hendak mengajak penikmat film ini berimajinasi tentang adanya semesta pararel. Yaitu semesta lain yang seolah berimpit dengan semesta dimana bumi berada.

Di dalam semesta lain tersebut, terdapat alam lingkungan dan makhluk hidup yang mirip dengan makhluk hidup dan alam lingkungan seperti di dalam bumi, namun tidak sepenuhnya sama.

The Floating Jungle satu karya pelukis asal Inggris, Roger Dean, yang lukisan-lukisannya seringkali imajinatif menggambarkan kondisi alam lingkungan dalam semesta paralel, di luar semesta bumi.

Bagi penyuka lukisan-lukisan Roger Dean, akan menikmati penggambaran alam yang ada dalam lukisan-lukisannya, direalisasikan dalam format film dengan efek visual yang prima.

Banyak lukisan Roger Dean menjadi foto sampul album rekaman grup-grup band bergenre Art Rock asal Inggris tahun 1970-an hingga 1980-an seperti Yes, Uriah Heep, Asia. Salah satunya lukisan berjudul Blue Dessert sebagai sampul album grup band ABWH (Anderson, Bruford, Wakeman, Howe), keluaran tahun 1989.

Avatar sendiri berasal dari bahasa sansekerta Avataraa, yang kurang lebih berarti berinkarnasi, sebagaimana tuturan kisah dalam film ini, dimana manusia mampu berinteraksi dengan bangsa Na’vi, dengan cara pikiran dan jiwa seorang manusia mengendalikan jasad hasil kloning Na’vi dengan manusia. Sementara tubuh si manusia pemilik pikiran dan jiwa itu sendiri, ditidurkan dalam sebuah kapsul hibernasi.

James Cameron yang pernah sukses menggarap film-film fiksi ilmiah spektakuler seperti Terminator, Terminator-Judgment Day, The Abyss dan Titanic, berhasil menggabungkan banyak imajinasi dalam Avatar

Seperti keberadaan semesta pararel, invasi makhluk cerdas atas sebuah peradaban, terdapatnya peradaban selain di bumi, punahnya suku bangsa asli di Amerika selatan akibat invasi salah satu bangsa Eropa di abad 14-an.

Hingga imajinasi bahwa suatu saat nanti manusia mampu merekayasa teknologi untuk menghidupkan, menggerakkan dan membuat perilaku tersendiri terhadap suatu jasad organik, melalui pikiran, sementara tubuh manusia si penggerak jasad tersebut, berada di tempat lain.

Juga mungkin sang sutradara hendak mengajak penikmat film ini untuk membayangkan bahwa missing link atas evolusi manusia di bumi, terjadi karena adanya kekuatan lain dari luar bumi, yang membawa perubahan mendadak atas kondisi fisik primata agar mampu bicara, menjadi cerdas, saling berinteraksi, bersaing, lalu bisa berperang. Primata itu, bernama manusia.

Lalu, manusia yang menjadi cerdas pun sering kali terkalahkan oleh hawa nafsunya, baik ketika masih tinggal dalam bumi maupun saat menjadi alien bagi peradaban lain di luar bumi, yakni; merusak kelestarian alam lingkungan.

Ke semua imajinasi liar tersebut dikemas sedemikian memikat, sehingga menghasilkan moral kisah nan menarik, bahwa di tempat berkehidupan menyatu dengan alam nan lestari, niscaya tiada tempat lain yang perlu dicari.