Pernahkah kalian merasa kesulitan mengatakan apa yang sebenarnya ada di pikiran kalian? Kita semua begitu. Mempertimbangkan baik dan buruknya sebelum berkata-kata dan sering kali memikirkan bagaimana jawaban itu memberikan rasa aman terhadap kondisi mental kita.

Pada saat kita tidak sepenuhnya jujur dengan orang lain bahkan dengan diri sendiri , itu sering kali karena kita:

1. Tidak ingin ditolak.

2. Tidak ingin mengecewakan orang lain atau merusak hubungan kita dengan mereka.

3. Tidak ingin percakapan menjadi lepas kendali.

4. Tidak tahu cara mengangani kebenaran yang akan disampaikan.

Namun, masalah juga akan muncul jika kita tidak berbicara jujur. Kita akan menderita karena memendam pikiran dan perasaan yang tidak dapat diekspresikan, yang cenderung menumpuk dan kemudian pada titik tertentu muncul sebagai ledakan amarah, seperti "Kamu selalu melakukan itu" atau "Kamu tidak pernah introspeksi dengan diri sendiri dan hanya menilai orang lain."

Orang-orang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Mereka merasa Anda ingin mengatakan sesuatu, tetapi Anda enggan mengatakannya. Jika kalian sedang bekerja dalam tim dan menahan apa yang menurut kalian merupakan ide yang bagus hanya karena bertentangan dengan pemikiran kelompok atau atasan, maka kalian mungkin secara tidak sengaja menahan kesuksesan tim atau bahkan sesuatu yang bisa segera terselesaikan menjadi lebih lambat selesai.

Bagian tersulit dari berbicara jujur seringkali diawali dengan kebingungan ingin memulainya dari mana - apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Percakapan kemungkinan akan berjalan lebih baik jika dimulai dengan baik tapi kalian pasti juga memikirkan bagaimana jika yang terjadi malah kalian merusak segalanya? Itu adalah hal yang ingin dihindari oleh semua orang.

Berikut empat strategi yang dapat membantu kalian memulai percakapan yang jujur, meskipun saat itu kalian tidak yakin caranya :

 1. Kenali bahwa ketika kalian jujur atau tidak, otak akan sama-sama berfikir dan memberikan kebenaran berdasarkan keyakinan yang kalian yakini.

Otak manusia memproses informasi lebih cepat daripada orang yang sedang berbicara. Manusia banyak berpikir, bahkan disaat mendengarkan sesuatu, baik secara sadar atau tidak sadar. Sebagian besar dari kita memiliki filter yang relatif bagus untuk menentukan mana yang benar dan salah, jadi otak sebagai pengendalipun memantau dan mengelola aliran pikiran dan perasaan selama percakapan apa pun.

Yang menjadi masalah baru adalah ketika kita memfilter diri kita sendiri sampai pada tingkat di mana kita mengatakan satu hal tetapi berpikir dan merasakan sesuatu yang sama sekali berbeda. Saat kita berkata, "Duh, iya ya kapan-kapan ketemu lagi ya. Masih pengen banget nih ngobrol sama kamu" tetapi suara hati kita mengatakan, " Aku tuh aslinya sama sekali gak tertarik untuk berbicara denganmu, itu cuma basa-basi saja."

Jika kalian tidak mengatakan apa yang sedang kalian pikirkan dan rasakan, maka saat itu pula kalian sedang memasukkan data yang salah pada otak kalian dan secara otomatis otak berusaha beradaptasi dengan menciptakan perasaan tidak nyaman, atau yang sering kita sebut kepura-puraan.

Chris Argyris dan Donald Schon, mantan profesor di Harvard dan MIT masing-masing menciptakan alat yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas komunikasi yang disebut "kerangka otak kiri manusia." Di kelasnya, Argyris akan meminta siswa untuk mengambil selembar kertas dan membuat dua garis pemisah, bagian kanan dan kiri. Di kolom sebelah kiri, mereka mencatat apa yang mereka pikirkan selama percakapan tetapi tidak dikatakan. Di kolom sebelah kanan, mereka akan menulis apa yang sebenarnya dikatakan setiap orang. Dalam kebanyakan kasus, kedua kolom tersebut nampak sangat berbeda.

Dalam percakapan dan komunikasi yang sulit serta beresiko, otak kiri kita sering kali penuh dengan pikiran, perasaan, penilaian, tuduhan, asumsi, dan kritik yang meracuni diri kita untuk mengambil jalan pintas teraman dari suatu kondisi. Sebenarnya itu tidak direncanakan tapi itu terjadi begitu saja tanpa disadari. Padahal itu bentuk dari suatu proses tawar menawar akan apa yang akan dibicarakan.

Proses otak mencerna tindakan dan pikiran yang berebeda bisa dikatakan kita sedang menekan bahkan memaksa otak kita untuk menerima, jika ini dilakukan dalam waktu yang lama dan frekuensi yang sering maka akan berdampak pada internal kalian, tetapi apa yang dapat dirasakan orang lain ketika kita berbicara tidak jujur? :

2. Jangan pernah meremehkan naluri manusia.

Ketika otak kalian bisa menciptakan sebuah kebohongan, maka sebenarnya orang yang kalian ajak bicarapun juga memproses semua apa yang Anda bicarakan. Semua itu diterima sebagai suatu keterikatan informasi dan jika informasi satu dan yang lain tumpang tindih atau bahkan tidak berkaitan maka bisa dipastikan seseorang itu akan mulai meragukan apa yang Anda ucapkan. Semua orang tahu  dan bisa merasakan ketika seseorang tidak sepenuhnya jujur kepada mereka. Kita terbiasa menganalisis dan memahami nada suara dan bahasa tubuhnya.

Di sisi lain kita tahu bahwa melontarkan suatu kebenaran tanpa persiapan dan momen yang pas pasti tidak dapat diterima bahkan sebelum memulai bicara kita akan merasa tidak enak karena mengatakan sesuatu yang tidak sopan, dan akan berakibat merusak hubungan. Tetapi jika kita terbiasa menyimpan kebenaran dalam diri atau dalam pikiran kita sendiri, maka akan datang saat-saat dimana memungkinkan kalian merasa menyesal atau bahkan bersalah terhadap diri sendiri.

Salah satu solusi terbaik untuk mepermudah berbicara jujur bahkan di saat yang tersulitpun adalah memahami tujuan dari kejujuran itu dan menyelaraskannya dengan apa yang menjadi pola pikir sang penerima. Berusahalah memasuki pola pikiranya.

Pola pikir seseorang didasarkan pada asumsi dan pengalaman yang telah terjadi. Untuk alasan ini, mereka yang memiliki  growth mindset  lebih mudah menerima kejujuran. Karena  seseorang dengan growth mindset akan menyadari bahwa menghormati dan menghargai pendapat orang lain adalah suatu kewajaran. Namun apakah ini adalah proses yang instan? Tentu saja tidak. Kita semua melalui proses ketidaknyamannanya, melalui proses yang terkadang kita bertindak tidak sesuai dengan kebiasaan.