Begitu cepatnya waktu berlalu, rasanya baru tadi aku menegur dan mengucapkan selamat pagi, tanpa sadar hari berganti, lagi-lagi akupun mengucapkan salam yang sama kepadamu.
Selamat pagi kali ini entah untuk yang keberapa kali, yang aku tahu saat bercermin, guratan wajah itu kelihatan, beberapa helai rambut dua warna kudapatkan. Apakah ini bertanda bahwa aku sudah tua?
Maret tahun depan usiaku 60 tahun dan itu waktuku pensiun sebagai pegawai negeri, tapi hati kecil menolak berkata bahwa aku ini sudah tua,“Pensiun dan tua itu berbeda Bro!” Hanya bayang-bayang kecemasan masa tua itu tiba memang ada.
Cemas membayangkan hari-hariku berlalu sepi karena anak-anak akan menjalani kehidupannya sendiri. Cemas tidak lagi mempunyai banyak teman yang menemani, karena mereka pasti sibuk dengan urusannya sendiri.
Cemas dengan fisik yang tidak lagi leluasa, pendengaran berkurang, pandangan kabur, dan lain sebagainya. Cemas pemasukan keuangan yang berkurang. Cemas tidak bisa berbuat apa-apa. Cemas pada … , aah masa tua itu tetap akan tiba!
Bila manusia diberi umur panjang maka menjadi tua adalah kepastian. Waktu tidak peduli dengan yang terjadi, mau susah, sedih ataupun bahagia tetap saja manusia menjadi tua, tetapi menjadi tua apakah akhir dari segalanya?
Selama masih bisa melihat matahari bersinar itu artinya kehidupan masih harus berlanjut dan itu kewajiban yang mesti dijalani, tidak perlu menolak karena menjadi tua memang tidak bisa ditolak, tidak perlu sedih, itu alami.
Justru harus bersyukur karena tidak setiap orang diberi kesempatan untuk menjadi tua, yang tua pernah merasakan muda tetapi yang muda belum tentu bisa merasakan tua, nikmati saja, hadapi saja.
Menjadi tua bahagia adalah harapan yang perlu diwujudkan, oleh sebab itu jangan berdiam diri menyerahkan masa depan tanpa persiapan selagi sempat lakukan.
Lalu persiapan apa yang mesti dilakukan agar tetap bahagia di masa tua? Berikut beberapa hal yang patut dilakukan dan tidak ada ruginya bila dilakukan dari pada gelisah terus dan tidak berbuat apa-apa.
Pertama. Bila diberi umur panjang maka menjadi tua adalah pasti, oleh sebab itu siapkan mental untuk menghadapinya. Percuma berjuang untuk tidak tua, justru akan membuat gelisah dan tidak bahagia. Kita bakal tidak sendiri, banyak yang akan menjadi tua, jadi nikmati saja, tidak perlu cemas.
Bahwa menjadi tua itu kulit keriput memang iya, bahwa menjadi tua fisik lemah memang iya, bahwa wajah tidak lagi cantik/ganteng memang iya tapi itu alami.
Jadi santai saja, bikin hapy saja, tidak perlu berpikir ingin hidup seribu tahun lagi sebab akan membosankan, kecuali pingin jadi mayat hidup yang membuat takut orang hidup.
Kedua. Ada orang yang bahagia karena banyak harta, dengan harta bisa kemana-mana, bisa mengunjungi tempat-tempat wisata, mengunjungi keluarga,mengunjungi teman dan seterusnya.
Bila ini yang menjadi tujuan/ keinginan maka selagi sempat perlu siapkan dana untuk masa tua, bisa dengan menabung, bisa dengan menanam saham atau lainnya, tapi jangan lupa bila nanti menjadi tua banyak harta, lakukan investasi akhirat agar suasana hati menjadi tenang, menyantuni anak yatim, infaq,
shodaqoh, kurban dan lain sebagainya, yang jelas banyak harta jangan sampai membuat terlena urusan dunia. Perbanyak amal dan tingkatkan ibadah sebagai bekal akhirat kelak.
Ketiga. Bila tua itu tiba (tidak tahu umur berapa kita disebut tua) tetaplah berjiwa muda dan berpikir postif, jangan merasa tua sebab secara psikologis akan mempengaruhi pikiran. Jangan sampai timbul pikiran,”Sudah tua tidak usah macam-macam.”
Lha memang salahnya apa kalau timbul keinginan macam-macam, asal itu hal positif apalagi bermanfaat bagi orang lain kan bagus saja. Aku ini sudah tua apa belum ya? Rasanya kok belum. Wuih… geer! Biarin!
Keempat. Kembangkan potensi diri dan siapkan kegiatan yang merupakan hobi, misalnya suka menulis ya jadilah penulis seperti yang aku lakukan saat ini. Kalau hobi memasak maka kuliner bisa menjadi saluran, menjadi masterchef, buka restoran, café dan seterusnya.
Menjadi tua bukan halangan untuk tetap produktif , mari kita lewati hari-hari tanpa harus merasa sepi.
Kelima. Selalu berpikir positif serta hindarkan prasangka buruk agar hidup tenang. Selalu bersyukur atas nikmat yang ada, bersyukurlah supaya bahagia, jangan bahagia baru bersyukur. Bahagia bukan berarti harus memiliki segalanya tapi kita mampu bersyukur apapun kondisinya.
Keenam. Bersikap tenang dan bijak serta pandai mengendalikan emosi agar tidak menguras energi. Menjadi berwibawa dan panutan serta pemikiran terbuka akan membuat diri kita selalu berhati-hati dalam berbuat.
Menjadi tua, hidup tenang, tidak gelisah, banyak harta, banyak amal, bermanfaat bagi banyak orang, aah … bahagianya hidup inilah! Marilah bersama, menuju dan menjadi tua yang bahagia. Aamiin.