Mental dan moral adalah dua kata yang memiliki makna yang berbeda namun tidak saling bertentangan. Oleh karena itu, mental dan moral saling melengkapi satu sama lain.
Pengertian mental sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga.
Jadi ringkasnya mental adalah batin dan watak manusia. Contohnya, seseorang memiliki mental baja yang berarti kemauan keras dan tegas. Kata mental lebih dekat dengan kata قلب (bahasa arab) yang artinya hati, lubuk hati, jantung.
Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Bermoral berarti mempunyai arti pertimbangan tentang baik buruknya sesuatu.
Moral lebih dekat dengan kata akhlak yang berarti watak, budi pekerti dan karakter. Contoh, dia adalah anak yang bermoral, dapat diartikan bahwa dia adalah anak yang berakhlak dan berbudi pekerti.
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Artinya : “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)”. (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Hadis ini menjelaskan tentang hati yang menurut saya, sangat bersangkutan antara mental dan moral, sudah jelas apabila hati seseorang itu buruk maka akan buruk semua, otomatis moral akan ikut menjadi buruk. Apabila moralnya sudah buruk, mentalnya pun akan ikut buruk.
Mari kita terapkan dengan kehidupan sekarang ini, dimana manusia telah mengikuti alur buruk kemodernisme-an. Lantas siapa yang salah? Memang pada dasarnya bukan kita yang salah, tetapi modernisme itu sendiri, yang mana kita adalah pelaku dari modernisme.
Dan diantara penyebababnya adalah melesatnya perkembangan teknologi komunikasi yang disalah gunakan. Penggunaan teknologi dan media sosial yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari orang tua.
Karena pada jaman sekarang sangat sulit menemukan para remaja yang tidak menggunakan smartphone apalagi tidak mempunyai akun di media sosial seperti facebook dan twitter. Dimana semua orang bisa berbicara atau membicarakan siapapun dalam kadar apapun.
Sungguh menyedihkan mendengar cerita pilu manusia zaman sekarang, kalau kita menjabarkan semua penyebab-penyebabnya maka tidak akan ada habisnya. Disamping itu terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi baik buruknya mental dan moral seseorang, antara lain sebagai berikut:
Yang pertama, orang tua. Kenapa orang tua? Karena jika mental orang tuanya baik, maka mental anak-anaknya pun juga akan baik, meskipun ada satu atau dua yang berbeda.
Seperti dalam pepatah yang mengatakan bahwa “Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Maka dari itu, sangat penting untuk orang tua membangun mentalnya sendiri menjadi baik, agar anak keturunannya bisa mencontohnya.
Yang kedua, suasana lingkungan keluarga akan mempengaruhi mental serta moral anggota keluarganya. Rasa kasih sayang dalam sebuah keluarga, akan membentuk mental anak-anak menjadi pengasih dan penyayang, begitu juga sebaliknya.
Oleh karena itu, perlunya dalam sebuah keluarga untuk selalu menjaga keharmonisannya agar mental serta moral anak-anak menjadi baik.
Yang ketiga, pendidikan sekolah, yang merupakan peranan sangat penting dalam pembentukan mental dan moral anak bangsa. Bukan hanya materi pendidikan saja yang dapat membentuk mental dan moral anak bangsa, melainkan sistem sekolah dan suri tauladan para pendidik juga sangat diperlukan.
Pendidik yang baik akan melahirkan anak didik yang baik yang mempunyai mental dan moral yang baik pula.
Yang keempat, pengaruh lingkungan pergaulan yang tidak kalah pentingnya dalam membangun mental dan moral anak bangsa. Sebagai contoh, orang yang bergaul dengan pedagang akan pandai jual beli, orang yang bergaul dengan penjudi akan pandai berjudi dan begitu seterusnya.
Jadi lingkungan yang baik akan membangun mental dan moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Dan tentunya juga membutuhkan pengawasan dari orang tua.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa mental dan moral itu suatu hal yang berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Jika kita ambil garis besarnya, mental dan moral bisa diartikan dengan akhlak. Rasulullah SAW pun diutus untuk menyempurnakan akhlak umatnya, sebagaimana sabda beliau :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ (رواه احمد و بيحقي من ابي هريرة)
“Sesungguhnya aku (Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak”. (HR. Ahmad dan Baihaqi dari Abu Hurairah).
Mari kita revolusikan mental dan moral kita agar menjadi lebih baik lagi, semuanya harus bermula dari diri kita sendiri, karena kita tidak akan bisa merubah mental dan moral seseorang jika diri kita sendiri belum diperbaiki.
Sebagaimana firman Allah Swt yang berbunyi :
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِهِمۡ
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
Oleh karena itu, kita harus menjadi suri tauladan yang baik untuk diri kita sendiri dan orang lain sebagai penerus risalah Rasulullah SAW. Ingat bahwa, “Jiwa yang besar melahirkan sikap ksatria dan toleran. Jiwa yang kerdil melahirkan sifat dendam dan kebencian”.
Semoga bermanfaat….