Kami tinggal di sebuah perumahan kecil dengan penghuni sekitar 100 KK di daerah Sawangan, Depok. Perumahannya cukup asri dan nyaman sebagai tempat tinggal dengan sistem cluster satu pintu sebagai akses keluar-masuknya. Perumahan ini berdiri sekitar 10 tahun yang lalu berkonsep rumah tanpa pagar, dan kami merupakan salah satu penghuni awal di perumahan tersebut, sehingga kami mengenal hampir seluruh penghuni yang tinggal di sana.

Pada suatu ketika ada seekor anjing ras masuk ke perumahan kami dan ia dikejar-kejar oleh beberapa orang yang bukan berasal dari penghuni perumahan kami. Mereka membawa galah panjang dan berusaha menyakiti anjing tersebut dengan memukulnya, sampai akhirnya ia lari ke bawah kolong mobil di carport rumah kami. 

Ketika saya keluar rumah, saya mendengar anjing tersebut masih melolong-lolong ketakutan, dan saya mengatakan kepada orang-orang tersebut, “sudah…sudah… biarkan saja”. Akhirnya orang-orang tersebut meninggalkan anjing itu yang masih sangat ketakutan di kolong mobil.

Setelah beberapa saat, saya melihat anjing tersebut masih tetap bersembunyi di sana dengan ekor yang diselipkan di antara kedua kakinya, itu menandakan anjing tersebut masih ketakutan. Saya berusaha memberinya makanan dan minuman kepada anjing tersebut dengan meletakkannya di samping mobil. Perlahan anjing dari ras “Jack Russel” itu memberanikan diri keluar dan menyantap makanan yang disediakan dengan lahap.

Sejak saat itu anjing yang kami namakan Snoopy—karena corak di tubuhnya mirip tokoh kartun Snoopy—memilih untuk tinggal di kolong mobil kami. Kadang-kadang kami memberinya makanan, jika kami memiliki kelebihan makanan. Anak-anak kami pun sangat menyayangi anjing tersebut dan sering bermain-main dengannya.

Security di perumahan kami juga sangat terbantu dengan keberadaan Snoopy, karena setiap malam di saat mereka patroli keliling perumahan, Snoopy selalu menemani mereka dan menyalak dengan keras apabila ada sesuatu yang tidak dikenalnya.

Kami tidak pernah mengklaim bahwa anjing tersebut adalah anjing peliharaan milik kami. Tapi karena anjing tersebut sering sekali berada di rumah kami, maka banyak orang yang menganggap bahwa itu adalah anjing peliharaan milik kami.

Perumahan tempat tinggal kami memang mayoritas warganya beragama Islam, dan sebagian dari mereka berpandangan bahwa muslim tidak boleh hidup berdampingan dengan anjing karena najis, begitu yang selalu mereka katakan.

Hal ini membuat mereka—kelompok yang anti hidup berdampingan dengan anjing—keberatan dengan keberadaan Snoopy di perumahan kami. Sering mereka menyindir kami karena anjing tersebut, bahkan ada yang cukup lebay menulis status di akun facebooknya karena ketidaksukaannya terhadap Snoopy.

Kami selalu menyampaikan di berbagai kesempatan, kalau memang tidak suka dengan anjing tersebut, silakan hubungi Garda Satwa, dan minta mereka membawanya. Kami tidak ada masalah kalau memang snoopy mau dibawa, karena memang itu bukan anjing kami. 

Pernah suatu ketika, seorang warga dari kelompok yang berpandangan bahwa muslim tidak boleh hidup berdampingan dengan anjing, mengatakan begini kepada saya, “bapak harusnya yang menghubungi Garda Satwa, itu kan anjing bapak,” dengan nada tinggi. 

Dengan kalem saya jawab, “Pak, saya tidak ada masalah dengan keberadaan anjing tersebut, dan lagi pula itu bukan anjing saya. Kalau memang bapak merasa punya masalah dengan anjing itu, silakan bapak yang menghubungi garda satwa dan minta mereka membawanya,” begitu saya katatan.

Jadi pada intinya, mereka ingin anjing tersebut diusir/dibuang, tapi mereka tidak mau menghubungi institusi yang berwenang. Kenyataan yang “lucu” menurut saya. Mereka yang merasa punya masalah, kok orang lain yang harus repot, begitu pikir saya.

Suatu ketika seorang teman berkunjung ke tempat saya, satelah bicara ngalor-ngidul, sampailah obrolan pada cerita Snoopy. Saya menceritakan segala sesuatu tentang anjing tersebut, bagaimana ia membantu tugas security di perumahan kami, sampai menjadi teman bermain bagi anak-anak kami. Saya juga menceritakan ada segelintir orang yang tidak menyukai Snoopy karena intinya anjing najis bagi mereka dan tidak mau hidup berdampingan dengan makhluk ini. 

Akhirnya teman saya tersebut menawarkan untuk membawa Snoopy kalau memang tidak diinginkan. Saya akhirnya mengizinkan teman tersebut membawa Snoopy bukan karena tidak menginginkannya, tapi lebih karena tidak mau bersilang pendapat terus dengan beberapa orang yang tidak mau bertoleransi hidup berdampingan dengan anjing. Selamat tinggal, Snoopy.

Sebenarnya bagaimana pandangan Islam terhadap anjing (kalb) ini? Kata “kalb” dalam Alquran disebutkan sebanyak 6 kali dengan berbagai perubahannya, yaitu; Mukallibin (مكلبين), al-Kalb (الكلب), dan Kalbu-hum (كلبهم). Dan kata Kalb disebutkan dalam 3 surat; al-Ma’idah, al-‘Araf, al-Kahf. Urusan anjing dalam Alquran terlihat kontradiktif dalam ulasan fikih, yaitu di antara bab bersuci (thaharah) dan bab perburuan (al-shayd). 

Di bab thaharah, air liur anjing itu najis yang harus dicuci 7 kali, salah satunya dengan tanah, tapi dalam bab perburuan, hasil tangkapan al-kalb al-mu'allam anjing yang terlatih (anjing yang terlatih) dilepas dengan nama Allah halal dimakan, meski buruannya sudah mati. Malah secara garis besar saya menyimpulkan hadis-hadis dan fikih (syafii sekalipun) sangat apresiatif terhadap al-kalb al-mu'allam (anjing yang terlatih).

Dalam QS Al-Maidah [5]:4 dijelaskan, “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, ”Yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu (مكلبين) yang telah kamu latih untuk berburu, yang kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.”

Dalam QS Al-Araf [7]:176 dijelaskan, “Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.”

Dalam QS Al-Kahf [18]:18 dan 22 dijelaskan, “Dan engkau mengira mereka itu tidak tidur, padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentu kamu akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka” (Al-Kahf:18) dan “Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) tiga (orang), yang ke empat adalah anjingnya,” dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang), yang ke enam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang), yang ke delapan adalah anjingnya.” 

Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun.” (Al-Kahf:22)

Anjing adalah hewan dengan segudang sifat baik yang seharusnya bisa kita jadikan partner. Sebagai penjaga, ia sangat setia, tidak akan beralih hati pada yang lain, rela menjaga berapa hari, beberapa bulan bahkan sampai mati untuk tuannya, ia selalu siap untuk bertempur dengan orang/hewan yang sengaja mengganggu. Sebagai teman, ia juga memiliki sifat yang menyenangkan dan lucu.

Dari penjelasan di atas, sebaiknya kita bisa mengambil pelajaran bahwa sebagai makhluk berakal seharusnya kita bisa hidup berdampingan dengan anjing. Kalaupun air liur anjing itu najis, sudah dijelaskan dengan gambling bagaimana cara membersihkan najis tersebut. 

Walau bagaimanapun, anjing dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya itu tetap makhluk ciptaan Allah yang bisa berguna bagi manusia. Janganlah karena kebencian atau ketidaksenangan lalu kita berbuat tidak adil. Berlakulah adil sejak masih dalam pikiran. Setiap makhluk yang diciptakanNya memiliki ibrah bagi orang-orang yang berakal.