Kehidupan yang menyenangkan adalah impian bagi setiap orang. Begitu juga dengan Ancala, anak panti asuhan yang diadopsi, kemudian diangkat menjadi pangeran di Kerajaan Baratheos. Ancala diadopsi oleh Ratu Rosaline ketika berumur 16 tahun, yang pada saat itu sedang bermain dengan adik-adiknya.
Ancala Janu Laksmana, nama yang sudah tertulis jelas di kertas berlapis emas pada keranjang bayinya. Ia diasingkan ke panti asuhan karena 16 tahun yang lalu terjadi perang saudara yang sengit karena perebutan kekuasaan.
Ancala merupakan anak bungsu dari Raja Garashka dan Ratu Rosaline, kedua putranya telah gugur di medan perang ketika melawan Kerajaan Bumantara karena tersayat pedang beracun. Kini, tepat satu tahun sebelum Ancala berumur 17 tahun, ia diambil alih hak asuhnya untuk melaksanakan pemindahan tahta dari Raja Garashka kepada putra tunggalnya, Ancala.
Tak butuh waktu lama untuk Ancala menuju ke Kerajaan Baratheos. Panti asuhan dan kerajaan memiliki dimensi waktu yang berbeda, sehingga membutuhkan kekuatan dari penyihir kerajaan yang bernama Merlano Aquinno. Ia bertugas menemani Ratu Rosaline untuk membawa Ancala kembali ke kerajaan tanpa sepengetahuan siapapun. Untuk itu, ia menyihir Ancala menjadi buah labu.
Sesampainya mereka di Kerajaan Baratheos, mereka tidak masuk melalui gerbang utama kerajaan, tapi melalui black hole milik Merlano yang dipindahkan menuju ke dapur. Ketika ratu hendak melangkah keluar dari black hole, ia tersentak ketika ada tikus yang menghampirinya dan jatuhlah buah labu jelmaan dari Ancala ke tumpukan labu dari ladang.
Tak berselang lama, datanglah para koki ke dapur untuk memasak karena sudah menjelang makan malam. Para koki bergidik takut karena melihat Ratu Rosaline berada di dapur. Jika raja tahu mengenai hal itu, mereka pasti akan dihukum mati karena raja mengira para koki dan dayang tidak mendengar panggilan perintah dari ratu, sehingga ratu turun tangan sendiri menuju dapur.
Ratu menjadi syok berat karena masing-masing koki membawa labu untuk diolah menjadi hidangan makan malam. Para koki pun ketar-ketir sendiri karena melihat ratu menangis memandangi mereka satu per satu. Berita Ratu Rosaline berada di dapur dalam keadaan menangis langsung terdengar oleh Raja Garashka.
Di dapur, Ratu Rosaline menangis di samping tumpukan labu sambil mencari anaknya, karena tidak ada yang tahu bahwa Ancala sudah kembali namun berupa buah labu. Ratu pun tidak berani mengambil risiko untuk segera memerintah Merlano menyihir kembali Ancala ke wujud aslinya, karena di dalam kerajaan, masih ditemukan banyak pengkhianat. Ia takut jika terjadi apa-apa terhadap putra tunggalnya, tetapi ia juga takut jika di antara buah labu yang dibawa oleh para koki itu adalah Ancala.
Raja terkejut melihat permaisurinya tergeletak di lantai marmer dapur sambil menangis. Para koki pun tak kalah takutnya dengan kedatangan Raja Garashka di dapur dengan ekspresi panik bercampur marah. Raja memendam emosi yang ia miliki demi membopong ratu dengan hati-hati dan penuh kasih sayang. Namun ketika ratu berada di gendongan raja, ia berteriak histeris karena ia khawatir dengan keadaan anaknya sekarang.
Apakah Ancala baik-baik saja ketika ia tak sengaja menjatuhkannya ketika berwujud labu? Karena ratu yang berteriak histeris itu, membuat ia pingsan dan raja segera membawa ke kamarnya.
Pada saat waktu makan malam tiba, raja membangunkan permaisuri tercintanya. Ketika ratu mengerjapkan mata, ia teringat dengan Ancala, lalu berlari ke dapur untuk mencari labunya. Sesampainya di dapur, ia tersentak karena jumlah tumpukan labu berkurang. Ia menangis sejadi-jadinya.
Merlano yang setia menjaga tuannya, Ancala, memunculkan dirinya karena ia memakai jubah tembus pandang yang membuat siapapun tidak ada yang dapat melihatnya. Raja terkejut karena penyihir kerajaan tiba-tiba muncul di belakang permaisurinya. Ia mengira bahwa Merlano adalah salah satu pengkhianat kerajaan.
Ratu Rosaline menceritakan semuanya kepada raja tentang apa yang sudah terjadi. Raja bersedih karena ia sangat rindu dengan putra bungsunya. Lalu Merlano mengatakan bahwa Ancala baik-baik saja, karena ia sempat menggunakan sihirnya untuk menukar labu jelmaan Ancala yang dibawa oleh salah satu koki dengan tumpukan labu yang lain.
Mendengar hal itu, raja dan ratu amat senang dan lega. Lalu, mereka membawa labu Ancala ke dalam ruangan pribadi raja. Merlano yang membawanya, menggunakan jubah sihirnya agar tidak dicurigai oleh siapapun.
Di dalam ruangan, Merlano menggunakan mantranya untuk mengubah Ancala ke wujud aslinya. Alangkah kagetnya ketika Ancala menjadi manusia, kakinya lebam karena tidak sengaja terjatuh dari tangan ratu. Namun, raja dan ratu tetap merasa sangat senang dengan kehadiran Ancala kembali di keluarga mereka.
Keesokan harinya, setelah raja mengumumkan bahwa Ancala merupakan putra bungsunya dan ia telah tiba dengan selamat di kerajaan, raja juga mengumumkan bahwa akan melakukan pemindahan tahta kepada Ancala. Raja ingin segera menjadikan putra tunggalnya menjadi Pemimpin dari Kerajaan Baratheos.
Ketika semuanya sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, Ancala berjalan-jalan keliling wilayah kerajaan. Namun langkahnya terhenti ketika melihat seorang nenek yang berjualan tanaman, lalu ia membeli salah satu tanaman nenek itu dengan memberinya 5 koin emas yang dimilikinya. Ia menanam dan merawat tanaman itu di dalam kamar pribadinya.
Hari esok telah tiba, saatnya Ancala mengikuti upacara perpindahan tahta dari Raja Garashka kepadanya. Tetapi saat Ancala berdiri tepat di tengah lapang, tiba-tiba ada panah melesat dan menusuk di dadanya. Semuanya berteriak terkejut, tetapi Ancala tidak merasakan apapun. Namun, dia merasakan bahwa dirinya memakai rompi besi. Dan benar saja, ketika prajurit dan raja mengeceknya, ada rompi besi yang melekat pada tubuhnya.
Ancala mendengar bisikan bahwa yang menyelamatkannya adalah tanaman kehidupan yang ia rawat di kamar pribadinya. Ia tersenyum, karena telah selamat karena pertolongan dari tanaman kehidupan miliknya.
Ternyata pada malam hari, Kerajaan Baratheos diserang oleh Kerajaan Bumantara. Raja dan ratu mati karena panah dari prajurit musuh, Ancala yang berada di kamarnya merasa aman karena ia merawat tanaman kehidupan dengan baik, dan ia percaya bahwa dia akan dijaga dengan baik oleh tanamannya.
Namun, ketika ia menyiram tanaman itu, tiba-tiba Raja Brenton menusuknya dengan pedang beracun yang sama seperti ketika ia menyayat kedua kakaknya. Lalu, Raja Brenton tersenyum kepada Merlano. Karena jasanya itu, Raja Brenton memberikan tahta kepada Merlano sebagai raja di salah satu wilayah kekuasannya, yaitu Kerajaan Valcke.