Merebaknya pandemi virus korona ke seluruh dunia menciptakan guncangan ekonomi. Dampak tersebut dapat berupa menurunnya tingkat permintaan dari konsumen dan berkurangnya penawaran akibat kegiatan produksi yang terganggu, tidak terkecuali industri sepak bola.

Imbauan dan keharusan untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah, termasuk menghentikan jalannya aktivitas kompetisi sepak bola di seluruh dunia. Salah satu dampak dari berhentinya aktivitas sepak bola profesional adalah menurunnya harga pasar pemain. Perubahan harga pasar ini dialami setiap pemain sepak bola dari liga mana pun.

Transfermarket sebagai situs rujukan yang mengeluarkan hasil perhitungan nilai pasar pemain sepak bola menyebut bahwa alasan penurunan harga pemain secara global adalah instabilitas pasar keuangan yang turut mempengaruhi likuiditas klub-klub sepak bola profesional.

Dalam situs resminya, besaran penurunan harga pasar pemain adalah 20 persen untuk pemain kelahiran sebelum tahun 1998 dan 10 persen untuk yang lahir tahun 1998 dan setelahnya. Selain faktor tersebut, tentu ada alasan lainnya pemain mengalami penurunan harga pasar dengan persentase yang berbeda.

Namun, jika dilihat lebih mendalam pandemi virus korona tersebut tidak serta – merta menjadi katalisator tunggal terjadinya penurunan harga pemain. Beberapa faktor yang teratribusi dengan pemain sangat berpengaruh terhadap seberapa besar penurunan yang terjadi. 

Faktor riwayat cedera menjadi tolak ukur pertama yang memengaruhi minat klub sepakbola terhadap seorang pemain dan nilai pasar yang bersangkutan. Frekuensi dan keparahan cedera yang dialami oleh pemain menjadi pertimbangan sebuah klub merekrut seorang pemain.

Salah satu contoh menarik untuk melihat signifikannya faktor cedera terhadap harga pemain dapat dilihat dari perbandingan persentase penurunan harga antara Antoine Griezmann dan Eden Hazard. Kedua pemain tersebut telah berusia 29 tahun, bermain di posisi winger kiri dan merumput bersama dua klub besar di kasta tertinggi liga Spanyol.

Pada awal musim 2019/2020, Eden Hazard memiliki harga pasar sebesar GBP 135 juta sementara Griezman dinilai pasar lebih rendah GBP 18 juta dari pesaingnya tersebut. 

Selama musim ini, Hazard telah beberapa kalimengalami cedera dan mengharuskannya menepi hingga 17 pertandingan bersama Real Madrid di liga domestik. Di lain sisi, Griezman mampu tampil gemilang dengan berkontribusi 12 gol untuk Barcelona di 26 pertandingan liga domestik musim ini.

Perbedaan yang cukup kentara di antara dua pemain tersebut membuat keduanya mendapatkan sentimen negatif dengan kadar yang berbeda. Pasar menilai harga Hazard saat ini menurun 46,7 persen, sementara Griezman hanya 26,2 persen. Saat ini, nilai pasarnya Griezman lebih tinggi sebesar GBP 14,4 juta daripada nilai pasarnya Hazard.  

Catatan performa pemain menjadi bahan pertimbangan penentuan harga pasar. Data statistik yang merekam performa seorang individu bersama tim yang dibelanya dapat membantu pihak klub dalam mencari pemain yang diinginkan. Di kondisi ada atau tidaknya wabah, catatan performa pemain tetap krusial dalam menentukan harga pasar seorang pesepak bola.

Untuk melihat contoh pengaruh performa pemain terhadap perubahan harga pasar, mari membandingkan catatan statistik dari para striker yang masih dalam usia keemasannya. Harry Kane, Alvaro Morata, Mauro Icardi, Romelu Lukaku, serta Arkadiusz Milik dipilih untuk menjadi contoh dalam analisis ini.

Penulis menggunakan uji korelasi Pearson untuk melihat keterkaitan penurunan harga dengan beberapa indikator performa seorang striker. Performa dari kelima pemain tersebut mencakup jumlah gol, jumlah tembakan per pertandingan, jumlah pertandingan yang dimainkan, dan akurasi operan. Semua indikator tersebut hanya untuk catatan pemain selama merumput di liga domestik musim ini.

Dari empat indikator tersebut, jumlah tembakan per pertandingan sangat berbanding terbalik dengan persentase penurunan harga pemain. Dengan kata lain, semakin banyak seorang striker melakukan tembakan di setiap pertandingan, maka penurunan harga pasar pemain tersebut akan semakin sedikit.

Frekuensi seorang striker menciptakan tembakan menandakan kemampuan pemain tersebut dalam mencari ruang dan mendapatkan peluang yang mengancam. Dari kelima pemain yang dipilih, Arkadiusz Milik mengalami penurunan harga terkecil, yaitu 8,57 persen. Ia mampu mencatatkan jumlah tembakan per pertandingan sebanyak 3,4 kali, tertinggi dibandingkan empat nama lainnya.

Terlepas dari performa pemain di lapangan, durasi kontrak mempunyai andil dalam penentuan sebuah nilai pasar pemain sepakbola. Sebuah teori sederhana dimana seorang pemain yang berada pada penghujung kontrak akan mengalami depresiasi nilai.

Menilik para pemain yang tengah dalam masa akhir kontrak, nilai pasar mereka lebih terpengaruh dibandingkan para pemain yang masih memiliki kontrak panjang. Penulis menggunakan metode Regresi linear dengan membandingkan persentase penurunan nilai pasar antara bulan Desember 2019 dan nilai pasar bulan April 2020.

Dengan mengambil data pemain dari Serie A, ditemukan bahwa pemain dengan kontrak yang akan habis pada musim 2019/2020 mengalami penurunan harga lebih parah sebesar 3,48 persen dibandingkan dengan pemain yang masih memiliki kontrak panjang dengan sebuah klub.

Implikasi dari penurunan global nilai pasar pemain dikarenakan pandemi virus korona juga menghampiri pemain yang mulai melewati masa keemasannya. Para pemain yang berusia di atas 30 tahun mengalami penurunan lebih tinggi sebesar 31,87 persen dibandingkan dengan para pemain yang usianya masih di bawah 23 tahun.

Tak dapat dimungkiri bahwa secara alamiah, pemain yang beranjak tua akan mengalami penurunan dari segi nilai. Cristiano Ronaldo sebagai contoh—meski persentase penurunan bukan yang terbesar—memiliki penurunan nilai pasar sebesar 15 juta Euro. Lain lagi dengan Jasmin Kurtic yang membela Parma dimana mengalami penurunan nilai pasar sebesar 1 juta Euro namun memiliki persentase penurunan tertinggi (22,2 persen) per April 2020.  

Secara kasat mata dan analisis sederhana, pandemi virus korona memiliki pengaruh terhadap nilai pasar para pemain sepakbola. Berhentinya kompetisi sebagai salah satu dampak dari pandemi tersebut memiliki andil yang sangat besar terhadap kelangsungan finansial dari sebuah klub. Ujung-ujungnya, daya beli dari klub sepakbola menjadi berkurang.

Namun, perlu diperhatikan juga bahwa penurunan tersebut tidak memperhitungkan kondisi masing-masing negara yang terjangkit virus korona. Intervensi yang dilakukan dari federasi sepakbola maupun pemerintah setempat dalam mengatasi pandemi ini belum dijadikan bahan acuan dalam faktor penurunan nilai pasar pemain sepakbola.