Jalur Tol Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya akhirnya tersambung usai Presiden meresmikan tujuh ruas tol secara berturut-turut pada hari yang sama, yakni Kamis tanggal 20 Desember 2018.

Tujuh ruas itu meliputi Tol Pemalang-Batang Seksi 1-2 (34 km), Batang-Semarang Seksi 1-5 (75 km), Semarang-Solo Segmen Salatiga-Kartasura (33 km), dan Ngawi-Kertosono Segmen Wilangan-Kertosono (38 km). Kemudian, Kertosono-Mojokerto Seksi Segmen Bandar-Kertosono (1 km), Porong-Gempol Segmen Porong-Kejapanan (6 km) dan Gempol-Pasuruan Segmen Pasuruan-Grati (14 km).

Lantas bagaimana dengan jalan raya pantura di daerah lamongan,tuban,rembang,pati,jepara smapai dengan demak. Akankah nasib jalur bersejarah yang dibangun oleh dandels semasa pemerintahan hindia belanda itu akan menjadi  Radiator Springs

Radiator Springs adalah kota fiksi dalam seri Mobil yang dibuat sebagai gabungan dari beberapa tempat nyata di Rute AS 66 yang bersejarah dari Kansas ke Arizona. Itu muncul dalam film Pixar 2006 Cars dan waralaba terkait, serta bagian dari taman bertema Disney California Adventure

Menurut data Kemenhub pada 2016, rata-rata lalu lintas harian Jakarta-Surabaya mencapai 40.866 kendaraan per tahun. Volume barang yang diangkut truk sekitar 26,7 juta ton per tahun. Pemerintah mengklaim waktu tempuh Jakarta-Surabaya bisa menjadi sekitar 9 jam dari sebelumnya memakan waktu lebih dari 12 jam—dengan catatan tidak kena macet.

Tol jakarta-surabaya ini akan menjadi magnet dan membuat ketertarikan masyarakat untuk menggunakan jalur khusus tersebut dan menjadikan jalur di daerah pantura jatim dan sebagian jateng akan menurun bahkan sepi dari kendaran mobil pribadi maupun truk yang melintasi jalan tersebut.

Ramainya lalu lintas kendaraan, barang dan manusia, berimbas juga bagi laju perekonomian di daerah-daerah jalur tersebut,

jika jalur tersebut sepi dari kendaran yang melintas kemungkinaninan besar pengiriman bahan bakar minyak dan kebutuhan pokok seperti beras, gula minyak, bisa terhambat. Perputaran uang terhenti. Stok menipis, harga menjadi melonjak tinggi. Itulah mengapa, Pantura, menjadi kunci bagi roda perekonomian bagi daerah dan sekitarnya yg menjadi korban dari jalur khusus jakarta-surabaya ini.

H.W. Daendels tiba di Batavia pada 5 Januari 1808. Atas rekomendasi Napoleon Bonaparte, ia ditetapkan sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk memperkuat pertahanan Belanda di Jawa guna menghadapi Inggris yang berpusat di India (M. Junaedi Al Anshori, Sejarah Nasional Indonesia, 2011:69). Kala itu, Belanda berada di bawah pengaruh Perancis.

Memerintah hingga 1811, Daendels membuat sejumlah kebijakan krusial. Salah satunya pembangunan Jalan Raya Pos, menghubungkan bagian barat sampai timur Pulau Jawa dengan menyusuri pesisir utara, meski masih diperdebatkan apakah jalur tersebut benar-benar dibangun dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Situbondo) pada era Daendels.

Pekerjaan berat ini menelan belasan ribu korban jiwa dari orang-orang bumiputra yang dijadikan sebagai pekerja paksa tanpa dibayar (Jan Breman, Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa, 2014:113). Jalur panjang ini kemudian dikenal dengan nama Jalur Pantura (Pantai Utara) yang kini menjadi salah satu jalur transportasi terpenting di Indonesia.

Setelah lebih dari 200 tahun menjadi urat nadi perekomonian yang penting di Pulau Jawa, Jalan Daendels seperti terlupakan dan perannya pun semakin berkurang akibat kehadiran jalan tol TransJawa. Tersambungnya tol TransJawa dari Merak sampai Surabaya dalam beberapa tahun ke depan, akan membuat Jalan Daendels berubah menjadi monumen sejarah.

Namun saat mudik Lebaran maupun pada hari-hari penting lain, jalur pantai utara Pulau Jawa tetap menjadi sangat penting bagi pemudik yang menggunakan sepeda motor karena mereka tidak boleh melewati jalan tol.

Seperti yang terlihat pada saat arus mudik dan arus balik Lebaran 2018, Jalur pantai utara Pulau Jawa seperti dikuasai para pemudik bersepeda motor. Puluhan ribu pemudik bersepeda motor dari arah Jakarta dan sekitarnya, menyemut saat beriring-iringan dan kemudian menyebar menuju berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Timur.

Situasi yang hampir sama juga terjadi di jalur selatan. Tapi, jalur selatan mempunyai karakteristik alam yang lebih menantang karena melewati daerah berbukit dan tebing, sementara jalur pantai utara Pulau Jawa lebih monoton karena hanya berupa jalan lurus dan gersang.

Sejumlah wilayah tersebut, juga wilayah di sekitarnya, tentulah memiliki potensi lokal untuk dikembangkan lebih luas.Belum terlambat, jika Presiden Jokowi dan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menginisiasi pertemuan dengan para pimpinan daerah di Pantura secara komprehensif. Setidaknya, pertemuan tersebut bisa menjadi langkah antisipasi, agar para pimpinan daerah Pantura tersebut menyusun rencana, yang relevan dengan situasi-kondisi wilayah masing-masing.