Peradaban dan ilmu pengetahuan tinggi telah memanjakan mereka dari generasi ke generasi.
Air Penuh Misteri
Air memang anugerah bagi planet bumi. Kehadiran air, membuat bumi menjadi satu-satunya planet dalam Tata Surya, yang berpenghuni.
Jutaan tahun lalu, mungkin di planet Mars ada penghuni. Mereka mirip manusia di bumi, yang waktu itu masih sepi belum berpenghuni.
Cuman pas itu ada tabiat penghuni Mars yang suka ngomongin, ngejulidin air hujan.
Dibilang gara-gara hujan itu jemuran cucian lama keringnya lah.
Si hujan tertuduh jadi biang batal janjian ketemuan makan siang sama teman-teman sambil selfi-selfi lah.
Banjir di mana-mana gaga-gara hujan lebat lah. Padahal kan, hujan deras ya? Emang hujan itu bulu? Kok lebat? Gimana si?
Terus, karena suka mengeluh tentang air hujan, lama-lama penghuni Mars kena tulah. Itu planet Mars kena kemarau panjang, gak pernah hujan, sampai warna tanah dan atmosfirnya berubah merah pertanda menjadi planet yang meradang.
Lama-lama juga, planet Mars gak nyaman lagi karena gerah dan tak ada air. Penghuninya pun berbondong-bondong mengungsi. Mereka pindah ke planet dalam suatu galaksi yang jauhnya jutaan tahun cahaya dari tata surya, galaxy far far away.
Mereka gak mau pindah ke bumi, karena kata mereka di bumi kebanyakan airnya. Mereka trauma sama air. Juga, alasan mereka, soalnya planet warna biru ini banyak gunung berapi. Padahal itu lahar dingin bisa subur buat bercocok tanam.
Ah dasar memang orang-orang Mars, dari dulu males nyangkul. Peradaban dan ilmu pengetahuan tinggi telah memanjakan mereka dari generasi ke generasi.
Gak tau ya, sekarang nasib orang-orang Mars di planet baru dalam galaxy far far away itu seperti apa. Mungkin, mereka nemu satu planet yang ada airnya. Tapi, semua air dalam planet itu beku semuanya. Jadi gak ada hujan dan aliran air.
Kalo mereka pengen ngopi atau bikin wedang jahe, tinggal manasin esnya. Eh, lha tapi kopi sama jahenya, nanamnya gimana? Wong gak ada hujan sama sungai, juga air tanah.
Mboh wis nasibnya orang-orang Mars si planet baru mereka, gimana sekarang. Padahal bisa makan sama minum pas musim hujan atau kemarau kayak di bumi beriklim tropis di lintang khatulistiwa ini, enaknya gak tertandingi.
Air di bumi itu tak hanya benda cair semata yang mendominasi seisi bumi. Namun juga benda di dalam bumi yang masih menyimpan banyak misteri. Seperti, air yang punya sifat Anomali. Massa jenisnya bisa berubah sesuai suhu yang dimiliki.
Terus, air bisa berubah bentuk molekul-molekulnya menjadi Heksagonal pada suhu dan lingkungan mineral bermedan elektromagnetik tertentu. Termasuk punya titik didih, titik normal sama titik beku. Pas mendidih jadi uap, pas normal jadi cair, pas beku jadi Es.
Pokoknya Hitz & Legend!
Beruntung Bisa Menikmati Es yang Bisa Meleleh
Nah, Es itu bahasa Inggrisnya adalah Ice.
Dulu pas belum ngeh bahasa Inggris, saya pikir tulisan di gerobak Abang-abang penjual Es Tung-Tung, yang padahal bunyi lonceng ketuknya cuman Ting-Ting, itu bacanya gimana kok tulisannya; Ice Juice.
Setelah lama belajar bahasa Inggris sama aturan tensesnya yang 16-an kayak rumus matematika itu, baru saya paham bahwa tulisan Ice Juice itu bacanya Es Jus. Terus, Ice Cream itu bacanya Es Grim. Orang Jawa Timur kebanyakan bilang Krim ya Grim. Lebih manteb.
Lalu, di Jawa Timur, Es Grim jaman dulu yang suka dijual ider keliling kampung, itu juaranya adalah Es Grim buatan daerah Blitar. Apapun Esnya, gak mesti Es Grim, maka Es buatan Blitar menjadi merk dagang tersendiri, seperti Titi Pruti.
Perihal penyebutan Titi Pruti, maka mirip di Jawa Barat, kebanyakan orang Jawa Timur melafalkan f menjadi p. Terus, sama gimana cara ngomongnya biar gak kesleo lidah. Jadinya Tutti Frutti ya diucapkan Titi Pruti, bukan Tuti Pruti.
Lalu, Es buatan Blitar ada juga dalam bentuk Es Lilin aneka rasa seperti coklat, kacang ijo atau kelapa. Termasuk Es Bonbon yang bentuknya kayak sabun kotak, yang diiris-iris terus dikasih sujen buat pegangan. Cara menikmatinya paling sip Es Bonbon itu diemut. Sayang kalo digigitin, esnya bakal cepet habis.
Saya pernah ke Blitar mengunjungi makam Bung Karno. Ternyata, serba-serbi Es legendaris khas Blitar masih ada tersedia dijual di lapak-lapak pinggir jalan dekat makam sang proklamator, yang mendapat gelar kerakyatan sebagai penyambung lidah rakyat itu.
Legenda Es khas Blitar, salah satu diantaranya adalah Es Pleret. Semacam es dawet yang ada pleretnya, semacam bulatan kenyal tepung beras yang disebut sebagai ronde dalam wedang Ronde. Cuman, bola Pleret nggak padat.
Mirip Klepon tapi gak ada taburan parutan kelapa dan gak ada isi gula merahnya, kopong. Isi gula merahnya jadi juruh, cairan gula aren beraroma pandan, yang dilelehin di permukaan semangkok es Pleret yang bakal dihidangkan.
Pokoknya Hitz & Legend!
Terus, karena belum nemu Es Pleret, juga aneka es Blitar di tengah hiruk pikuk kota besar yang banyak orang dan kendaraan yang berlalu lalang, ditambah cuaca siang hari yang meski mendung tapi gerah ini, maka Es format Grim yang beku namun ramah iris oleh sendok cukup bisa menemani hati yang sedang butuh kesejukan dan keteduhan.
Aneka format Es Grim olahan ala Zangrandi yang menyediakan pula Tutti Frutti Stroberi, yang seolah tengah melambai-lambai sambil rebahan manja di sebelah kiri.
Saya pun sontak kebayang orang-orang Mars sana yang gak bakal bisa bersantai menyendok-nyendok Es Grim kayak manusia seperti saya, di planet bumi.
Soalnya, air es di planet mereka, wujudnya keras-keras semuanya. Diemut juga bakal gak habis-habis, saking kerasnya.
Pun apabila mereka ditanya; “Lagi ngapain?”, mereka juga gak bakal lekas menjawab.
Lha gimana, wong mereka lagi ngemut.
Ya, ngemut Es.