Teori Ledakan Besar (Big Bang) merupakan salah-satu teori mutakhir yang menjelaskan asal-mula alam semesta. Dijelaskan bahwa alam semesta ini memiliki awal dan itu berawal dari sebuah ledakan besar. Ruang dan waktu muncul (exist) setelah adanya ledakan besar itu. 

Ledakan besar itu berasal dari sebuah pusaran hitam (black hole) yang mana di dalamnya terjadi sebuah reaksi (dinamika/gerakan) sehingga memungkinkan ledakan besar itu.

Para ahli cenderung menyebut peristiwa itu sebagai “perluasan” (expansion) daripada sebuah “ledakan” (explosion). Artinya, tidak dipahami bahwa ledakan itu begitu dasyat sehingga terjadi ketakteraturan. Alam semesta sekarang ini tidak terjadi hanya pada momen ledakan itu saja. 

Tetapi alam semesta terus mengalami pergerakan hingga saat ini. Alam semesta memiliki banyak galaksi dan jarak antar galaksi hingga bertahun-tahun cahaya dan terus mengalami “pergerakan”.  

Sebagai konsekuensi dari teori ini, sebelum terjadi momen ledakan itu, realitas adalah ketidakadaan (Prior to that moment there was nothing). Sulit untuk dibayangkan atau dipikirkan tetapi demikianlah teori ini membangun argumentasinya. Bahwa ruang dan waktu sekarang ini belum ada sebelum terjadi ledakan itu.  

Tentu ada beberapa pertanyaan yang belum bisa dijawab. Misalnya, dari mana asal  pusaran hitam (black hole) itu yang menjadi sumber ledakan. Apakah pusaran hitam itu menempati ruang yang kita pahami sekarang ini? Para ahli menjawab bahwa ruang (space) dan waktu justru berada di dalam pusaran hitam itu. 

Terlepas dari beberapa pertanyaan itu, teori ini sudah menjawab keragauan ataupun  pertanyaan tentang asal mula semesta yang sampai saat ini masih diakui di kalangan para ahli.

Singkatnya, alam semesta memiliki awal dan terbentuk melalui sebuah ledakan besar yang terjadi kurang lebih 13,7 miliar tahun lalu. Ledakan itu terjadi karena reaksi dalam black hole yang tidak akan saya jelaskan secara terperinci di sini. Karena saya pun tidak memiliki kapastitas cukup untuk menjelaskannya.

Manusia dengan segala kemampuannya, telah berusaha memahami alam semesta dengan berbagai pendekatan. Dulu, orang (pemikir) Yunani kuno telah melakukan pencarain yang sama. Namun mereka berpendapat bahwa alam semesta itu kekal, tidak berawal dan tidak berakhir. Lalu mereka mencari apa yang menjadi dasar (arkhe) dari segala yang ada ini.

Thales, misalnya, menjawab bahwa segala yang ada ini berasal dari air. Karena apapun yang ada di dunia baginya memiliki kandungan air. Hingga akhirnya sampai pada Leokippos dan Demokritos yang mencetus perihal kandungan terkecil dari alam semesta ini yaitu atom.

Lalu kita akan sampai pada persoalan dari ulasan singkat ini. Apakah  agama (khususnya agama abrahamik: Yahudi, Kristen, dan Islam)  masih relevan? Atau apakah agama masih bisa dipercaya terutama karena teori big bang bertentangan dengan apa yang dikatakan agama? Atau bisakah kita menyakini kedua-duanya?

Agama abrahamik pada umumnya meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan Allah. Alam semesta tidak terjadi dari sebuah peristiwa tertentu. Alam semesta berawal dari sebuah peristiwa yaitu penciptaan. Artinya, dari sebelumnya tidak ada menjadi ada. Ada sosok yang menjadi kreator dibalik penciptaan  yaitu Allah. Dan Allah menciptakan alam semesta beserta segala isi di dalamnya termasuk manusia.

Big bang theory, jelas sangat bertentangan dengan agama. Allah tidak ikut bagian dalam peristiwa ledakan itu. Singkatnya, tidak ada peristiwa penciptaan yang mana digambarkan begitu runtut misalnya dalam Alkitab. Allah menciptakan alam semesta beserta isinya selama enam hari. Dan hari ketujuh Allah beristirahat.

Apakah Agama dan Big Bang dapat didamaikan?

Dalam sejarah Gereja Katolik, 22 November 1951, pada pertemuan “Akademik Sains Kepausan” (Pontifical Academy of Sciences), Paus Pius XII mendeklarasikan bahwa Big Bang Theory tidak bertentangan Konsep Penciptaan dalam Katolik. Bahkan beberapa pemikir konservatif protestantisme menerima Big Bang Theory sebagai teori yang mendukung doktrin “Kisah Penciptaan”.

Namun beberapa penganut “Young Earth Creationism” menekankan pemahaman Kitab Suci (Alkitab) secara literatur. Apapun teori yang melawan doktrin penciptaan akan ditolak. Tentu, di sini saya tidak sempat memaparkan apakah dalam Islam dan Yahudi memiliki sejarah serupa. 

Tetapi saya dapat memastikan bahwa baik Alquran maupun Taurat memiliki ajaran yang kurang lebih sama. Alam semesta memilki awal yaitu kisah atau peristiwa penciptaan.

Kita pasti tahu polemik antara Gallileo dan Gereja di abad Pertengahan. Pada masa itu, ilmu pengetahuan, kekuasaan dan peradaban “sepenuhnya” dikendalikan Gereja. Polemik itu berawal ketika Gallileo mengungkapkan teori heliosentris. Bahwa bumi bukanlah pusat tata surya sebagaimana keyakinan Gereja tetapi mata harilah sebagai pusat tata surya. Teori Gallileo ini bertentangan dengan makna tersirat dari teks Musa.

Sekarang kita kembali lagi pada Big Bang Theory. Apakah dengan demikian kita harus menolaknya karena tidak sesuai dengan Kitab Suci? Untuk pertanyaan ini, saya tidak menjawab ya atau tidak. 

Kita harus menyadari bahwa Bing Bang Theory atau sains pada umumnya memiliki pendekatan berbeda dengan Kitab Suci. Kebenaran agama-agama tidak dapat diukur melalui pendekatan sains seperti bukti fisik, empirik dan sebagainya.

Apakah untuk membuktikan bahwa Allah itu ada, kita harus (dapat) menunjukkan-Nya? Ataupun menelusuri keberadaan-Nya? seperti kita membuktikan fakta-fakta dalam sains. Misalnya, ketika kita berdoa dan setelah itu doa kita dikabulkan. 

Tentu kita tidak dapat menunjukkan secara langsung bagaimana Tuhan mengabulkan doa kita. Tetapi cukup dengan iman dan keyakinan bahwa dibalik semua itu ada Tuhan.

Selaian itu, agama sangat kental dengan apa yang disebut “Pewahyuan” atau penjelmaan. Dalam kekritestanan, Yesus dipahami sebagai wahyu Allah. Demikianpun kiranya Alquran (kalau saya tidak salah memahaminya), diturunkan langsung dari Allah melalui Muhammad Saw. Dan saya pikir, pendekatan sainsitis tidak relevan untuk membuktikan kebenarannya.

Mungkin pengandaian ini masih perlu argumentasi lainnya. Namun apakah dengan demikian, kita dapat menerima Big Bang Theory sekalipun berlawanaan dengan Agama? 

Bagi mereka yang sudah kuat dengan keyakinan bahwa agama dan sains pada dasarnya “berbeda” karena keduanya memiliki pendekatan berbeda maka tidak perlu diperdebatkan,  dan tentu tidak menjadi masalah. Kisah penciptaan sebagaimana ditulis dalam Kitab Suci tetap diterima karena di sana imanlah yang berperan.

Lalu, saya ingin mengantar kita pada  poin terakhir yang menjadi inti permasalahan. Yaitu, “Kita menerima sains selagi itu tidak bertentangan dengan agama”. 

Bagi saya, sikap seperti ini tidak konsisten. Jelas-jelas keduanya berbeda dari segi pendekatan. Kita hanya menerima perkembangan ilmu kedokteranan karena itu berguna bagi keselamatan jiwa manusia. 

Lalu pertanyaannya, apakah perkembangan ilmu kedokteran itu dipelajari dari Kitab Suci? Bukankah dengan demikian kita menjadi tidak konsisten?

Maka pesan yang paling fundamental adalah agama dan sains tidak perlu dipertentangankan. Karena toh, keduanya berbeda secara prinsip dan pendekatan. 

Tapi mungkin, beberapa akan mengatakan jika kita tetap menerima big bang berarti kita melecehkan kitab suci. Jika kita benar-benar mendalami big bang tentu ada banyak pertanyaan yang belum bisa dijawab seperti beberapa telah ditanyakan sebelumnya.

Itu artinya, teori ini tidaklah menjadi akhir. Sifat dari ilmu pengetahuan adalah tidak pernah puas dan akan terus mencari. Persis di sini juga letak perbedaan besar dengan dogma-dogma agama atau Kitab Suci. 

Kita tidak dapat mengubah Kitab Suci hanya mungkin menyesuaiakan dan beberapa kasus itu menjadi keharusan. Misalnya, praktek hukum rajam dalam Perjanjian Lama karena sungguh melawan kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa.

 Pada bagian akhir uraian ini, saya akan menutupi dengan beberapa pernyataan yang meminta kita untuk berefleksi. Tidakkah kita menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan telah membantu bahkan mengangkat martabat kita sebagai manusia serta mempermudah kita?  

Melalui teknologi, sekarang kita semakin mudah untuk  berkomunikasi. Ilmu kedokteran telah mebantu manusia dalam melawan berbagai penyakit berbahaya. Dan banyak lagi lainnya.

Tentu ada banyak juga dampak negatif seperti praktek aborsi, euthanasia, dan percobaan nuklir serta kerusakan alam. Saya tidak akan masuk lebih dalam lagi mengenai perdebatan-perdebatan itu. Tetapi fakta yang tidak dapat disangkal sains telah memberi sumbangsih bagi kehidupan manusia termasuk juga bagi penyebaran agama.

Dan bukankah itu semua berkat akal yang dimiliki manusia yang mana manusia itu sendiri adalah ciptaan Allah. Saya dapat memastikan perkembangan sains tidak kita pelajari  dari agama. Tentu ini tidak berarti agama tidak perlu dipertimbangankan dalam kehidupan kita. Sekali lagi tidak!

Namun dalam kenyataannya, agama dan sains telah berkembang hingga sekarang ini dan keduanya memiliki pendekatan masing-masing dalam memahami realitas serta memberi arah bagi kehidupan manusia. Agama telah mengarahkan kita pada jalan-jalan kebenaran khususnya dalam hidup bersama.

Demikianpun kiranya, sains telah meberi banyak sumbangsih bagi kehidupan termasuk bagi agama itu sendiri. Berkat penemuan mesin cetak oleh Guttenberg, Marthin Luther berhasil menyebarkan semangat protesntantisme di Jerman khususnya dalam memperbanyak terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Jerman. Semoga!!