"Perempuan jangan sekolah tinggi-tinggi, nanti tidak ada laki-laki yang mau mendekati dan nanti susah mendapatkan pasangan "

Di zaman milenial saat ini masih banyak stigma yang beranggapan bahwa wanita tidak boleh sekolah tinggi-tinggi atau pekerjaan wanita adalah di dapur. Bahkan memilih pekerjaan dan jurusan kuliah pun dipandang dengan gender. Tidak jarang juga kita sebagai seorang wanita terjebak akan hal itu. 

Banyak perempuan di dunia harus mengurungkan niatnya untuk melakukan pekerjaan laki-laki, karena dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Bahkan ada kasus menyebutkan bahwa "perempuan yang tidak mampu memasak makanan yang enak, ia adalah perempuan yang gagal atau tidak utuh".

Tetapi tidak hanya seorang perempuan yang mengalami hal seperti itu. Laki-laki pun banyak yang mengalami hal seperti itu.

"Cowok kok masak dan menjahit seperti perempuan saja, itu kan tugas perempuan bukan laki-laki"

Sampai saat ini peran gender dapat dikatakan sebagai tuntutan masyarakat atau tuntutan sosial terhadap individu untuk melakukan suatu tugas sesuai dengan jenis kelaminnya.

Apa itu Gender?

Gender adalah gambaran sifat, sikap dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya.  

Menurut KBBI definisi jenis kelamin dan gender sebagai sesuatu yang mirip atau serupa. Padahal itu berbeda. Gender merupakan perbedaan konstruksi sosial antara laki-laki dan perempuan, sedangkan jenis kelamin adalah pembedaan biologis. Sedangkan menurut UNICEF, Kesetaraan gender adalah perempuan dan laki-laki, wanita dan pria dapat memiliki hak, sumber daya, kesempatan, dan perlindungan yang sama.

Stereotype Gender

Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) PERMA Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Mengadili Perempuan Berhadapan Dengan Hukum, menyatakan: Stereotip Gender adalah pandangan umum atau kesan tentang atribut atau karakteristik yang seharusnya dimiliki dan diperankan perempuan atau laki-laki Menurut para ahli, Stereotip adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan presepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan.

Stereotip gender dapat diartikan sebagai stigma yang ada pada masyarakat yang melekatkan suatu hal dengan jenis kelamin seseorang laki-laki dan perempuan.

Bentuk ketidakadilan gender bermula dari suatu sumber yaitu stereotip laki- laki dan perempuan. Stereotip itu berarti pemberian citra kepada seseorang atau suatu kelompok yang didasarkan suatu prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif..

Kesetaraan gender di berbagai aspek itu penting dalam formal maupun non formal. Upaya yang dilakukan tujuan akhir yang dicapai yaitu dengan mewujudkan keadilan gender di tengah-tengah masyarakat.

The Root Of Gender Discrimination

Perempuan dan laki-laki seringkali terikat pandangan umum masyarakat tentang peran perempuan dan peran laki-laki yang berasal dari norma dan budaya. Peran perempuan sebagai "Ibu rumah tangga" yang selalu dianggap memiliki sifat femininitas dan peran laki-laki sebagai "pencari nafkah" yang selalu dianggap memiliki sifat maskulin, karena laki-laki dibebani untuk menunjukkan sisi maskulinitasnya.

Seringkali pandangan masyarakat membatasi baik perempuan maupun laki-laki dalam memenuhi potensi yang dimilikinya. Pelekatan peran seperti inilah akar dari diskriminasi gender.

Saat ini sebagian masyarakat masih menandang pembagian peran harus sesuai gendernya, meskipun sebagian sudah melakukan pembagian peran. Maka seharusnya di zaman milenial ini tidak ada lagi pembagian yang kaku antara peran gender laki-laki dan perempuan. Hal ini dikarenakan sifat maskulinitas dan femininitas merupakan satu kesatuan utuh yang dimiliki oleh seorang individu.

Perkerjaan rumah juga memiliki peran gender dalam masyarakat. Perempuan dituntut harus bisa masak, menjahit, menyelesaikan pekerjaan rumah, mengurus anak, dsb. Tanda ketidakbersihan suatu rumah kerap menjadi tanggung jawab seorang perempuan.

Akan tetapi, masyarakat tidak menuntut laki-laki untuk melakukan pekerjaan rumah tersebut. Tidak ada tuntutan kepada laki-laki untuk mampu melakukan suatu pekerjaan rumah secara sempurna seperti seorang perempuan. 

Hal ini yang membuat para wanita menyuarakan pikirannya terhadap ketidaksetaraan yang ada. Tetapi, laki-laki juga diberi tuntutan untuk mampu mengerjakan reparasi sederhana dalam suatu rumah tangga. Hal-hal sederhana seperti mengangkat galon, memasang regulator ke tabung gas, memasang paku di dinding, dsb.

“Lalu mengapa pekerjaan-pekerjaan tersebut harus memandang gender?” Pekerjaan-pekerjaan dalam suatu rumah sebetulnya dapat dilakukan oleh kedua gender dengan baik, perempuan dapat melakukan tugas laki-laki, begitupun sebaliknya.

Sterotype Gender menurut Friedrich Nietzche

Friedrich Nietzche menekankan bahwa Perempuan itu berusaha memiliki status yang sama dengan laki-laki. Dalam kesetaraan gender ini, Nietzche beranggapan bahwa perempuan ingin memiliki status yang sama karna ingin menundukkan laki-laki.

Bahkan Nietzche beranggapan bahwa perempuan seharusnya mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan yang terletak pada sifat keibuannya, bukan untuk menundukkan laki-laki.

Seorang perempuan dapat memiliki status kesetaraan gender yang sama terhadap laki-laki tetapi bukan untuk menundukkan seorang laki-laki begitupun sebaliknya, laki-laki tidak dapat menundukkan seorang perempuan.

Perempuan dan laki-laki dapat berjalan bersama-sama dengan kesetaraan gender yang ada, tanpa merendahkan satu sama lain. Perempuan dan laki-laki dapat menghormati dan menghargai satu sama lain dengan adanya kesetaraan gender ini.

Kesimpulan

Untuk mewujudkan keadilan gender di tengah-tengah masyarakat, suatu negara harus mampu menegakkan kesetaraan gender. Gender sering disamakan dengan jenis kelamin. Padahal gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang diciptakan oleh sosial budaya.

Kesetaraan gender dan keadilan gender harusnya dapat ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kesetaraan gender tidak ada merendahkan atau menundukkan satu sama lain.

Perbedaan gender bukanlah suatu permasalahan, yang menjadi permasalahan yaitu ketidakadilan dalam perbedaan gender di tengah masyarakat.

Pandangan dari Friedrich Nietzche ini dapat dihubungkan kepada cara berpikiran masyarakat dalam kesetaraan gender. Friedrich Nietzche berpikiran bahwa perempuan menginginkan kesetaraan untuk menundukkan laki-laki.

Lalu apakah kalian setuju dengan pendapat Nietzche?