Memang, kebanyakan masyarakat Indonesia pada umumnya masih menganggap kesehatan mental bukanlah hal yang penting. Bahkan, sebagian orang sampai menganggap orang yang berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater adalah orang gila (ODGJ, Orang Dengan Gangguan Jiwa).

Namun, beberapa tahun terakhir, masyarakat Indonesia sudah mulai aware akan kesehatan mental. Dengan dimulainya beberapa public figure seperti Marshanda dan Ariel Tatum speak up bahwa mereka sedang berjuang menghadapi gangguan mental yang dialaminya.

Ditambah mulai banyaknya platform-platform konseling online seperti halodoc dan riliv yang menyuguhkan konsultasi atau konseling dengan psikolog. Seminar atau webinar kesehatan mental pun ramai diadakan.

Nah, agar kita tahu apa saja cara atau langkah-langkah agar mental kita sehat, kita perlu tahu dulu ciri-ciri mental yang sehat seperti apa.

Menurut WHO (dalam Yusuf, 2018), mengatakan ada empat ciri mental yang sehat. Empat ciri tersebut sebagai berikut:

1. Tahu Potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan atau abilitasnya

2. Mampu mengatasi stres secara normal

3. Produktif

4, Berkontrubusi terhadap masyarakat

Dari empat ciri penting sehat mental tersebut, saya akan berbagi tips sederhana bagaimana cara mencapainya.

1. Tahu potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan

Setiap orang tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Ketika seseorang bisa menerima kekurangan dan mampu memaksimalkan potensinya untuk mencapai tujuan-tujuannya, maka itu hal yang baik untuk kondisi mentalnya.

Namun, ketika seseorang merasa tidak memiliki kelebihan atau potensi, dan malah banyak menyalahkan diri karena kekurangan-kekurangan tersebut, tentu itu adalah permasalahan yang perlu segera diselesaikan.

Ketika permasalahan tersebut tidak kunjuang diselesaikan dan berlarut-larut, maka dapat menimbulkan permasalahan psikologis, seperti cemas berlebih akan masa depan, atau juga berpontensi menjadi depresi.

Cara sederhana untuk dapat mengenali kelebihan dan kekurangan kita adalah dengan menuliskannya. Bisa dengan menuliskan di kertas atau menulisnya di laptop / PC / hp. Coba Anda tulis kelebihan dan kekurangan Anda sebanyak-banyaknya.

Setelah menulis, fokus dulu pada kelebihan-kelebihan Anda, abaikan dulu terkait kekurangan-kekurangan Anda. Misalnya Anda hanya menulis tiga kelebihan, diantaranya mudah bergaul, disiplin, dan senang belajar.

Setelah menemukan kelebihan, Anda perlu kembali menemukan apa tujuan hidup atau cita-cita Anda. Misal, Anda ingin menjadi seorang Manajer HRD dan sekarang Anda adalah seorang mahasiswa psikologi semester empat. Nah, di sisa semester yang ada, Anda bisa maksimalkan aktivitas-akivitas agar tujuan Anda bisa tercapai.

Sangat penting juga apakah tujuan itu realistis atau tidak. Jadi manajer HRD tentu tidak bisa begitu lulus kuliah langsung. Perlu memulai dari staf HRD dulu dan berproses beberapa tahun untuk bisa mencapai posisi manajer.

Ketika kita realistis, juga mau berproses dengan bersabar dan optimis, dengan ditunjang kelebihan atau potensi-potensi tersebut, maka ciri pertama kesehatan mental ini sudah bisa Anda capai.

2. Mampu mengatasi stres secara normal

Setiap orang tentu pernah mengalami stres. Baik itu orang dewasa, lansia, remaja, maupun anak-anak. Stres bisa datang ketika kemampuan menyelesaikan masalah lebih rendah dari tuntutan atau tekanannya (masalahnya).

Contoh, anak SMA yang belajar daring, yang dulunya saat tatap muka hanya diberikan tugas sedikit, lalu saat pembelajaran daring, meski hanya di rumah, namun tugas begitu banyak, tentu akan mengalami stres.

Stres bisa dikelola dengan dua cara. Menurut Lazarus, coping atau cara mengelola stres bisa dengan dua cara, yaitu

1. Problem focused coping  atau pengelolaan stres dengan fokus pada penyelesaian hal-hal yang membuat stres (stresor). Contoh, stres kerjaan kantor karena minggu ini ada deadline tiga tugas yang harus diselesaikan, jika tidak selesai, dapat teguran dari kantor.

Nah, saat stres muncul, perlu strategi untuk menyelesaikan deadline tersebut, seperti strategi tugas mana yang perlu diselesaikan lebih dulu (membuat prioritas), atau strategi menajemen waktu pengerjaan berapa lama, atau bisa juga strategi terkait orang-orang yang bisa dihubungi untuk membantu ketika kita kesulitan mengerjakan.

2. Emotions focused coping atau fokus pada pengeloaan emosi saat muncul stres. Ketika stres, pikiran dan emosi jadi tidak karuan, sehingga perlu ditenangkan. Ketika sudah tenang, maka pikiran akan lebih jernih untuk mengatasi beban-beban yang membuat stres.

Emotions focused coping bisa dilakukan dengan cara mengambil jeda, juga bisa dengan meditasi. Mengambil jeda, bisa denga beristirahat sejenak atau menenangkan diri saat stres muncul. Jadi, dengan emosi yang lebih tenang, akan sangat membantu proses penyelesaian tugas-tugas atau hal yang membuat stres.

Jadi, akan lebih optimal bisa menggunakan keduanya, bisa dengan fokus pada problemnya dahulu, baru fokus ke emosim, atau sebaliknya.

3. Produktif

Ada pepatah mengatakan sibuk belum tentu produktif. Saya setuju dengan pernyataan tersebut, karena prinsip produktif itu adalah sesuatu yang bermanfaat untuk perkembangan diri kita. Kalau sibuknya main game online atau main sosmed, tentu tidak bisa dikatakan produktif ya.

Nah, lalu bagaimana cara agar produktif?

Sebaiknya kita sesuaikan dengan fungsi dan peran kita masing-masing. Misalnya, kita sebagai seorang pelajar, berarti fokus produktif belajar dan meningkatkan kemampuan diri. Beda lagi dengan Ibu rumah tangga, produktifnya adalah bagaimana bisa mengatur energi agar bisa mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, termasuk juga dalam mengurus anak dan suami.

Tips praktisnya adalah coba cintai apa yang kita kerjakan, agar terasa nikmat, bukan terasa beban. Setelah bisa minimal menyukai, perlu untuk dibiasakan, agar kebiasaan tersebut menjadi konsisten dan permanen.

4. Berkontrubusi terhadap masyarakat

Sebagai makhluk sosial, bermanfaat bagi orang lain adalah hal yang penting dilakukan. Berkontribusi atau bermanfaat untuk orang lain tidak harus dengan uang.  Bisa juga dengan tenaga, pikiran, waktu, bahkan senyuman.

Ketika kita sering melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain, kita akan merasa berharga dan berguna. Siapapun Anda, apapun profesi Anda, melakukan hal-hal yang berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain adalah hal baik yang perlu sering dilakukan.

Ketika dari empat ciri tersebut, ada satu atau dua ciri yang belum Anda miliki, Anda bisa mencoba cara-cara praktis tersebut. jika Anda sudah mencoba, namu masih belum bisa optimal, berkonsultasi dengan psikolog dan atau psikiater adalah hal yang bisa Anda coba lakukan.

Referensi

Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Yusuf, Syamsu. 2018. Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.