Zapad merupakan latihan staf komando strategis Rusia yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Zapad secara umum dimaksudkan untuk menyampaikan ketakutan serta potensi biaya dan risiko yang mungkin dapat ditimbulkan apabila eskalasi konflik terjadi. 

Pada Zapad 2021, latihan strategis bersama dilakukan antara angkatan bersenjata Federasi Rusia dan Belarus pada tanggal 10 hingga 16 September 2021. Zapad 2021 bertujuan untuk meningkatkan pelatihan pasukan dan dirancang sebagai sikap defensif untuk memastikan keamanan nasional Rusia dan Belarus di kawasan Eropa Timur.

Sikap defensif Rusia dilatarbelakangi oleh upaya deterrence NATO dalam memperkuat kekuatannya di negara-negara anggotanya di kawasan Eropa Timur melalui program enhanced forward presence (EFP). 

Program EFP merupakan kekuatan pencegahan dan pertahanan militer NATO yang terbagi menjadi empat kelompok tempur batalion multinasional di Estonia, Latvia, Lituania dan Polandia. 

Program EFP hadir sebagai tanggapan atas menanggapi kekhawatiran negara-negara anggota NATO di wilayah Laut Baltik sebagai antisipasi ancaman seiring dengan meningkatnya aktivitas militer Rusia. Program tersebut dicetuskan saat pertemuan Warsaw Summit Communique tahun 2016 sebagai komitmen NATO dalam menjamin keamanan wilayah Laut Baltik.

Map by George Barros. Institute for the Study of War.

Kehadiran pasukan NATO di kawasan Eropa Timur, khususnya di wilayah Laut Baltik, telah membuat situasi keamanan Rusia di western military district (WMD) berubah. Kebijakan dan strategi Moskow dapat dilihat sebagai sikap defensif karena NATO dianggap sebagai agresor yang mengancam keamanan wilayah Rusia. 

NATO yang semakin memperkuat militernya di kawasan Eropa Timur, mau tidak mau membuat Rusia terus meningkatkan kapabilitas militernya sebagai upaya untuk dapat mencapai keamanan nasionalnya. 

Rusia melakukan upaya deterrence dengan mencoba meningkatkan kapabilitas militernya melalui latihan militer strategis bersama dengan Belarus melalui Zapad 2021 yang dilaksanakan di perbatasan timur NATO tepatnya di WMD dan Belarus.

NATO tidak serta merta dianggap sebagai ancaman keamanan bagi Rusia. Rusia memiliki dasar hukum tersendiri dalam menetapkan ancaman keamanan nasionalnya. 

Berdasarkan Russian Military Doctrine 2014 nomor 12 huruf a, tindakan NATO melalui program EFP yang membangun infrastruktur militer di kawasan yang berdekatan dengan wilayah Rusia dapat dianggap sebagai ancaman paling utama bagi keamanan Rusia.

Sedangkan menurut Russian Military Doctrine 2014 nomor 8 huruf c, NATO termasuk ancaman militer bagi Rusia karena NATO merupakan organisasi yang menggunakan unsur kekuatan dan atau angkatan bersenjata. 

Sementara itu, apabila dilihat dalam Russian Military Doctrine 2014 nomor 19, maka berbagai tindakan yang diambil oleh Rusia di berbagai wilayah dapat dikatakan sebagai tindakan deterrence. Hal-hal tersebut tercantum dalam Strategi Keamanan Nasional Rusia tahun 2015.

Lalu apa yang dimaksud dengan deterrence? Menurut Huth (1999), deterrence sendiri dapat didefinisikan sebagai penggunaan ancaman oleh salah satu pihak untuk meyakinkan pihak lain agar menahan diri dari melakukan suatu tindakan karena akan menimbulkan kerugian apabila tindakan tersebut dilakukan.

Teori deterrence mulai populer sekitar tahun 1940-an dan 1950-an sebagai teori hubungan internasional karena kesesuaiannya dengan perspektif realis yang banyak digunakan oleh para pembuat kebijakan pada saat itu.

Kebijakan deterrence dapat termasuk ancaman militer dan atau non-militer dengan maksud untuk mencegah negara lain melakukan tindakan militer dan non-militer. 

Tujuan utama dari penggunaan kekuatan militer dalam upaya deterrence bukan semata-mata untuk memenangkan perang, tetapi justru digunakan untuk mencegah terjadinya perang. Dengan kata lain, kebijakan deterrence dimaknai sebagai upaya untuk mencegah lawan menyerang dengan memberikan ketakutan akan pembalasan yang diberikan. 

Huth menjelaskan bahwa kebijakan deterrence dapat dikategorikan berdasarkan tujuan dan lokasi serta berdasarkan situasinya. Apabila berdasarkan tujuan dan lokasinya, deterrence dibagi menjadi deterrence yang bertujuan untuk mencegah serangan bersenjata terhadap wilayah negara yang melakukan deterrence (direct deterrence) dan deterrence yang bertujuan untuk mencegah serangan bersenjata di luar wilayah negara yang melakukan deterrence (extended deterrence). 

Sedangkan berdasarkan situasinya, tindakan deterrence dapat digunakan sebagai tanggapan untuk mencegah timbulnya krisis atau konflik militer (general deterrence) atau digunakan untuk mencegah eskalasi konflik yang terjadi agar tidak semakin parah (immediate deterrence).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka Zapad 2021 dapat diidentifikasikan sebagai sebuah tindakan counter deterrence atas upaya deterrence NATO yang menerapkan program EFP. 

Apabila diklasifikasikan lebih lanjut,  tujuan dan lokasi serta situasi yang menggambarkan latihan Zapad 2021 adalah extended and direct – general deterrence. Zapad 2021 dikatakan sebagai extended and direct deterrence karena upaya deterrence  yang dilakukan bertujuan untuk mencegah serangan terhadap wilayah Rusia maupun wilayah Belarus. 

Lalu, Zapad 2021 disebut sebagai general deterrence karena Zapad 2021 merupakan upaya deterrence yang digunakan untuk mencegah timbulnya konflik militer di kawasan Eropa Timur, khususnya di wilayah Laut Baltik.


Apakah Zapad 2021 sebagai upaya counter deterrence Rusia terhadap NATO sudah efektif? Upaya counter deterrence Rusia melalui Zapad 2021 belum bisa dikatakan efektif. 

Alih-alih takut akan kekuatan militer Rusia dan potensi kerugian yang mungkin dapat dialami, NATO justru semakin memperkuat pertahanan dan kekuatan militernya. Sejak awal program EFP ditetapkan, jumlah pasukan NATO yang ditugaskan di negara-negara anggota di wilayah perbatasan timur NATO sedikit demi sedikit mengalami peningkatan.

Setiap kali jadwal rutin empat tahunan Zapad berlangsung, banyak perhatian dunia yang ditujukan pada latihan militer tersebut.  Dapat diperhatikan bersama bahwa baik Rusia maupun NATO sama-sama terus berupaya memperjuangkan kepentingan nasional mereka di Eropa Timur dengan terus memperkuat keamanan dan meningkatkan kekuatan militer mereka dari waktu ke waktu.

Karena Rusia dan NATO terus meningkatkan kekuatan militer mereka, kedua pihak tersebut akhirnya memasuki situasi security dilemma yang tak berkesudahan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa upaya counter deterrence Rusia terhadap NATO melalui Zapad 2021 tidaklah efektif.