Selama ini banyak yang mengira bahwa orang yang narsis itu tergolong orang yang percaya diri. Namun faktanya narsis dan percaya diri itu beda. 

Cara sederhana untuk mengetahui bedanya orang narsis dan percaya diri, yaitu orang yang percaya diri menerima dirinya sendiri dengan segala kekurangan maupun kelebihannya, sedangkan orang yang narsis selalu diliputi oleh hasrat untuk terlihat paling hebat dan mengalahkan orang lain.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah apa iya dia yang narsis itu adalah orang yang betul-betul percaya diri? Orang narsis itu yang seperti apa sih? Apa iya dia yang suka selfie sudah pasti orang yang narsis?

Mau tahu jawabannya? Ayo intip 6 tips ini untuk mengetahui kamu itu orang narsis atau orang yang percaya diri.

1. Orang yang percaya diri sudah nyaman dengan dirinya sendiri, sedangkan orang yang narsis butuh pengakuan orang lain untuk membuat dia bahagia.

Rasa percaya diri itu muncul ketika kamu sudah menerima dirimu sendiri, kamu tidak malu dengan kekuranganmu, dan kamu selalu mensyukuri kelebihan kamu. Karena orang yang percaya diri punya gaya sendiri dan tidak pernah menjadi seperti orang lain, dan juga orang yang percaya diri tidak peduli dengan kata orang lain. 

Sebaliknya nih, bagi orang yang narsis, omongan orang adalah hal yang sangat penting. Orang narsis hanya dari luar saja kelihatan mencintai dan mengagumi diri sendiri . 

Namun faktanya, orang narsis membutuhkan pengakuan dari orang lain. Tanpa pengakuan dari orang lain, kamu tidak nyaman dengan dirimu sendiri.

2. Orang yang percaya diri lebih fokus mengembangkan potensi diri, sementara yang narsis selalu sibuk mempercantik diri.

Orang yang percaya diri memahami bahwa selain penampilan yang enak dipandang, ada hal lain yang tak kalah penting, yaitu mengembangkan potensi dirinya. Mereka percaya bahwa apa yang di dalam juga akan memancarkan pesona. 

Sementara dia yang narsis akan sibuk memperbaiki penampilan, tanpa memedulikan apa yang di dalam. Apa yang kasat matalah yang menjadi konsen utama, karena itulah yang terlihat dan dinilai orang lain.

3. Pola pikir orang narsis dan percaya diri itu beda: orang narsis menganggap semua orang lebih jelek darinya, sementara orang percaya diri yakin dia bisa sebaik orang-orang lainnya.

Bukan hanya sifatnya yang berbeda, namun landasan berpikirnya pun sudah tidak sama. Orang yang narsis berpikir bahwa dirinya jauh lebih baik dari orang lain. Apa pun dia lakukan untuk membuat dirinya terlihat lebih keren sementara orang lain tak ada apa-apanya.

Sementara orang yang percaya diri, meyakini bahwa dirinya tidak lebih buruk dari orang lain. Dia bisa berkarya dan sukses seperti orang lain. Sementara orang narsis ketakutan orang lain mengetahui kekurangannya, orang yang percaya diri tahu bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang percaya diri justru tak pernah memandang rendah orang lain.

4. Meski sama-sama berani bicara, orang narsis menginterupsi orang lain untuk sekadar hobi. Sementara orang percaya diri selalu mendengarkan dengan hati-hati.

Persamaan orang yang narsis dan percaya diri ada satu, mereka sama-sama tak ragu bicara untuk menyuarakan pendapatnya. Namun motif dan caranya berbeda. 

Orang yang percaya diri tidak asal bicara. Dia akan mendengarkan baik-baik, menelaah dengan saksama, dan membuat argumen yang logis untuk menyampaikan pendapatnya. 

Sementara orang yang narsis menginterupsi dan menyanggah pendapat orang sekadar untuk memuaskan hobi. Tujuannya hanyalah untuk menunjukkan dia yang paling benar, sekaligus menjatuhkan orang lain. 

Bagi orang narsis, menjatuhkan orang lain adalah hobi, karena dia merasa senang ketika melihat orang lain susah.

5. Orang yang narsis sibuk mencari pembelaan diri, orang yang benar-benar percaya diri tidak ragu mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

Orang yang percaya diri tidak segan mengakui kekurangannya. Ketika melakukan kesalahan, dia juga tidak sibuk mencari kambing hitam. Dengan gentleman dia mengakui bahwa dia salah, dan siap bertanggung jawab atas itu. Dia tahu, dengan begitu, dirinya juga akan akan belajar untuk menghindari kesalahan yang sama. 

Namun orang yang narsis ketakutan dengan kelemahannya sendiri. Mengakui kesalahan sama dengan mengakui kekurangan, dan itu ‘big No’

Untuk menutupinya, dia akan sibuk mencari orang atau keadaan untuk disalahkan. Karena si narsis tidak mau mengakui kesalahan, dia juga sulit belajar memperbaiki diri setiap harinya.

6. Orang narsis ketakutan bila tersaingi, sedangkan orang yang percaya diri tidak segan berbagi ilmu. Sebab dia tahu dengan begitu dirinya juga lebih berkembang lagi.

Dalam situasi kerja atau situasi kuliah, orang yang narsis enggan untuk berbagi. Setiap sanggahan yang dia berikan dalam diskusi bukan dilandasi rasa ingin berbagi pengetahuan, melainkan untuk membuktikan bahwa orang lain salah. 

Orang yang narsis menganggap persaingan adalah hal mutlak; dan kalah dalam persaingan adalah hal yang paling mengerikan.

Sementara orang yang percaya diri tak segan untuk berbagi pengetahuan, atau bahkan mendukung dan membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Ketika teman mendapat kesuksesan, si narsis akan berusaha menjatuhkan, sementara si percaya diri akan turut berbahagia dengan tulus.