Ketika kita baru lahir, dokter dapat dengan jelas menentukan apakah kita perempuan atau laki-laki. Seiring bertambahnya usia, banyak orang mungkin mengembangkan identitas gender bahwa mereka laki-laki karena memiliki penis, atau perempuan karena memiliki vagina. Sementara itu, sebagian orang merasa identitasnya berbeda dengan gendernya. Orang-orang ini disebut transgender.

Identitas gender sendiri biasanya merujuk dalam konsepsi seorang tentang gendernya sendiri. Konsepsi ini berupa identifikasi diri kita menjadi laki-laki, perempuan, atau bukan keduanya. Setiap transgender memiliki pengalaman yang unik dan berbeda. 

Beberapa transgender mungkin mengubah gaya berpakaian mereka, rambut mereka, bahkan hiasan mereka. Mereka juga meminta perubahan nama, dsb. Kita tak bisa berasumsi bahwa menjadi transgender berarti ia juga seorang homoseksual. 

Kebanyakan transgender tidak melihat status kondisi mereka sebagai pilihan, karena tidak ada yang ingin dilahirkan seperti itu. Mereka sering merasa terjebak dalam tubuh yang salah, dengan jenis kelamin fisik yang berbeda dari ekspresi seksual batinnya.

Sampai saat ini belum ada teori atau penelitian yang dapat menjelaskan kenapa orang-orang bisa mengubah gender dirinya sendiri, yang pasti dari kebanyakan orang yang melakukan transgender merasa bahwa dirinya bukan seperti identitas yang asli.

Sehingga ia membuat dirinya sesuai dengan kenyamanannya, tetapi terkadang transgender ini dapat disebabkan beberapa faktor, seperti faktor biologis atau faktor lingkungan.

Oleh karena itu saat beranjak dewasa kebanyakan sekelompok orang ini mulai mencari jati dirinya sebenarnya, dengan mendengarkan suara hatinya tersebut. Akan tetapi, juga ada beberapa orang yang menjadi transgender akibat terbawa pengaruh lingkungannya, dan memiliki panggilan hati nuraninya untuk melakukan hal tersebut.


Ikuti Suara Hati Nurani dari Martin Heidegger

Heidegger menekankan bahwa seseorang harus menerima temporalitas dirinya dengan mendengarkan hati nuraninya sendiri dan bertindak dengan tegas sambil menyimpang dari pembicaraan kosong, rasa ingin tahu, dan ambiguitas, yang merupakan ketidakotentikan.

Dalam hubungan peran manusia dan dunianya memiliki keterikatan dan keakraban yang ditandai oleh peran “suasana hati”. Suasana hati manusia ini memberi andil besar dalam karakter-karakter manusia, bahkan pada eksistensi dirinya sendiri. 

Dengan mengisi eksistensinya sendiri, berarti manusia bersedia mendengarkan panggilan hati nuraninya sendiri, yakni suatu panggilan yang tidak berasal dari luar atau orang lain, melainkan panggilan dari dalam diri sendiri. Pada taraf inilah manusia menjalani eksistensinya yang otentik.

Heidegger mengatakan jika kita ingin menjadi otentik dan unik adalah disaat manusia mampu menemukan kejelasan tentang dirinya sendiri, dengan menghayati dan menyadari isi hati nuraninya. Dengan mendalami diri sendiri, kita akan menemukan semua kejelasan tentang diri sendiri dan bertindak sesuai keinginan kita.

Suara hati bagi Heidegger bukan hanya tentang suara batin yang mengatakan kepada individu mengenai tindakan-tindakan moralnya dan tindakan tertentu yang tidak bermoral. Heidegger memahami suara hati secara lebih dalam, lebih fundamental yang dapat menimbulkan beberapa perasaan dan kesadaran lainnya. Heidegger melihat bahwa hati nuranilah yang mendorong seseorang untuk menafsirkan dan memaknai setiap hal yang ia lakukan.


Transgender dengan isi hatinya?

Dengan teori hati nurani Heidegger ini ditemukan kecocokan dengan transgender yang mengubah dirinya dengan mengikuti suara hatinya untuk menjadi otentik dilingkungannya. 

Salah satunya seorang lelaki yang mengubah dirinya seutuhnya menjadi wanita karena merasa terjebak di badan yang salah atau merasa lingkungannya tidak cocok dengan ia. Kemudian setelah ia beranjak dewasa dan mendengarkan suara hati nuraninya, dan membawa ia ke dalam pilihan untuk dirinya sendiri menemukan hal yang membuat ia nyaman.

Orang-orang transgender ini banyak mendapat kecaman di mata beberapa orang, karena hal yang mereka lakukan dianggap salah dan negatif, tapi bagi orang transgender sendiri hal yang mereka lakukan adalah hal yang membuat mereka merasa nyaman karena dari hati mereka sendiri. 

Mereka juga dianggap menyalahkan kodrat yang sudah di berikan oleh Tuhan, karena mereka mengubah dirinya bukan sejak lahir, melainkan saat mereka dewasa memilih untuk menjadi transgender, dan dianggap mengubah ciptaan Tuhan.

Akan tetapi, akibat rasa nyaman hasil dari hati nuraninya ini, orang-orang ini akan lebih dalam mengenal dirinya dari hati nurani, yang membuat ia mendapatkan sesuatu yang menyenangkan baginya, bukan sekedar bermoral atau tidak bermoral saja isi kehidupannya. 

Ia bisa menampilkan dirinya seutuhnya kepada dunia dengan keotentikan yang ia miliki. Panggilan-panggilan dalam karakter diri kita untuk kita melakukan sesuatu juga merupakan hasil dari hati nurani. Sehingga, transgender yang melakukan perubahan dalam dirinya ini juga merupakan hasil dari penghayatan dan pengenalan diri secara mendalam dari suara hati nuraninya sendiri dan ia berani mengambil tindakan dan pilihan untuk melakukan transgender yang bertujuan untuk menemukan jati dirinya sendiri.

Hasil dari suara hati ini tadi akan menimbulkan perasaan dan kesadaran yang begitu asing dan membingungkan beberapa orang, tetapi ini juga merupakan dorongan, seperti seorang transgender ini yang mendapatkan dorongan dari hati nuraninya untuk menemukan siapa dirinya seutuhnya, yang membuat ia mengubah dirinya sepenuhnya sesuai dengan apa yang ingin ia lakukan untuk mencapai keotentikan dirinya sendiri.

Jadi,

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa transgender mengubah dirinya untuk memenuhi suara hati nuraninya untuk mengubah dirinya sesuai yang ia inginkan dan menjadi otentik dilingkungannya. Ia merasa panggilan dari dalam dirinya dan sesuatu yang seharusnya mereka lakukan. 

Suara hati yang disampaikan oleh Heidegger ini merupakan motivasi bagi beberapa orang, termasuk orang transgender untuk lebih menghayati dan melihat dirinya sendiri lagi lebih dalam, agar menemukan jawaban dan pilihan atas apa yang ingin ia lakukan sesuai dengan isi hati nuraninya sendiri.

Hati nurani yang kita punya juga bukan hanya membahas tentang perbuatan moral yang kita lakukan merupakan hal yang benar atau salah saja, tetapi menurut Heidegger sendiri hati nurani tersebut merupakan sesuatu hal yang sebenarnya lebih mendalam lagi untuk mengenal diri kita sendiri, untuk menemukan keotentikan diri kita ini. 

Maka dari itu, seorang transgender ini mengubah dirinya sesuai yang ia inginkan seperti suara hati nuraninya tersebut karena ia mendapatkan dorongan dari suara hatinya. Apapun yang individu lakukan itu karena dorongan dari hati nuraninya sendiri, yang ia dapatkan setelah mengenal dirinya lebih dalam lagi.


Daftar Pustaka

Abidin, Z. (2011). Filsafat Manusia : Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Detik Health. (2011). Alasan Orang Menjadi Transgender. Didapat dari blog Detik Health. Alasan Orang Menjadi Transgender (detik.com).

Jena, Y. (2015). Martin Heidegger Mengenai Mengada Secara Otentik dan Relevansinya Bagi Pelayanan Kesehatan. Melintas. 107-129.

Muehlbauer, C. (2015). Heidegger’s Conception of Authenticity and its Tie to Passion and Fullness: Awake!. Philologia, 7(1). DOI: http://doi.org/10.21061/ph.v7i1.129

Putra, A. (2020). Memahami Transgender dan Perbedaannya dengan Transeksual. Didapat dari blog SehatQ.  Apa itu Transgender? Ketahui Bedanya dengan Transeksual (sehatq.com).