Indonesia merupakan negara berkembang namun negara ini tidak dapat dipandang sebelah mata oleh negara lain. lepasnya Indonesia dari penjajahan jepang membuatnya memiliki kekuatan yang tidak dapat disepelekan.
Indonesia bukan hanya negara yang aktif di berbagai organisasi namun juga aktif dalam membantu menyelesaikan konflik antar negara yang sering terjadi.
Dilihat dari partisipasi Indonesia pada JIM sebagai salah satu peran Indonesia dalam menyelesaikan konflik di Kamboja, di sini Indonesia bersikap netral semaksimal mungkin dan tidak memihak pada salah satu pihak yang berkonflik.
Kamboja merupakan negara yang sudah terlibat konflik sejak bertahun-tahun lamanya. Indonesia yang notabene-nya merupakan negara yang menganut akan perdamaian dunia, membuat Indonesia mampu memiliki peran untuk menyelesaikan permasalahan pelik yang tengah dihadapi oleh Kamboja.
Kamboja merupakan salah satu negara asia tenggara, dan negara yang memiliki konflik cukup lama yakni dari tahun 1955-1979. Yang pada awalnya negara tersebut diduduki oleh perancis dan kemudian berhasil mendapatkan kekuasaannya kembali.
Konflik kamboja ini diawali pada tahun 1953, pada saat Kamboja merdeka dari tangan Perancis melalui perjanjian Jenewa, konflik ini merupakan permasalahan yang sering juga terjadi di banyak negara yaitu konflik yang menyangkut mengenai politik dan perebutan kekuasaan.
terjadinya konflik di kamboja juga di latar belakangi dengan pengakuan kekuasaan dari beberapa pihak termasuk Khmer merah, yang mengklaim posisi tersebut. sebenarnya, pada awal kemerdekaan kamboja dari prancis, kamboja telah kehilangan kekuasaan muara sungai Mekong, yang diberikan kepada Vietman.
Puncak konflik ini terjadi pada tahun 1978, di mana pada saat itu terjadi bentrokan antara rezim Khmer merah dengan Vietnam yang menyebabkan terjadinya pembantaian warga turunan dari Vietnam di Kamboja.
aksi tuntutan tersebut menyebabkan Vietnam marah, sehingga mengakibatkan Vietnam menyerang balik Kamboja. Akibat dari bentrokan itu, menyebabkan kedua negara mengalami konflik yang berkepanjangan.
Sebenarnya banyak faktor yang juga sebagai pendorong Indonesia untuk turut campur dalam konflik ini seperti, karena adanya kemiripan kebudayaan, ras, maupun kedekatan negara.
beberapa faktor tersebut yang menjadi salah satu kunci keberhasilan UNTAC, yang dibuat oleh PBB dan dilaksanakan oleh Indonesia dalam menyelesaikan konflik yang sudah lama dialami oleh Kamboja ini.
Dari konflik yang terjadi di Kamboja, Indonesia mengambil jalan JIM untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dimana JIM merupakan sebuah kebijakan yang diambil Indonesia dalam menyelesaikan konflik kedua negara tersebut.
Pada kasus ini, Indonesia menjadi pihak ketiga atau pihak sentral, hal itu dilakukan guna untuk melancarkan penyelesaian konflik. Pada pertemuan JIM 1, telah berhasil mengumpulkan 3 usulan yang diusulkan oleh pihak kamboja.
Melalui perundingan JIM/ Jakarta Informal Meeting 1 di Bogor pada 25-28 juli tahun 1988 menjadi peran Indonesia dalam menyelesaikan konflik Kamboja, yang pada pertemuan JIM 1 ini dipimpin oleh Ali Alatas sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia.
Pada JIM 1 tersebut, berhasil mempertemukan para pihak yang bersengketa. Hal itu dilakukan untuk melakukan serangkaian diskusi dan membicarakan apa yang diinginkan dari semua pihak yang berselisih dan mencari jalan damai agar konflik tersebut dapat diselesaikan.
Selanjutnya, selesainya dari JIM 1 lalu diadakan kembali JIM II pada 19-21 Februari 1989. pertemuan kedua ini untuk membicarakan hasil keputusan dari pertemuan.
Dapat diketahui bahwa hasil keputusan tersebut berupa, gencatan senjata di semua wilayah kamboja, penarikan Vietnam dari wilayah kamboja, pembentukan pemerintahan yang dianut oleh 4 kelompok dari kamboja, dan yang terakhir pengawasan internasional.
Keputusan yang telah didapatkan dari pertemuan JIM 1 dan JIM ll kemudian dilaporkan kepada Menlu Indonesia. Selanjutnya, Menteri luar negeri Indonesia akan melaporkan hasil putusan tersebut ke KTT ASEAN di Brunei Darussalam.
Kemudian, setelah selesai-nya dilakukan pertemuan JIM ll, diadakan kembali JIM lll, yang dilakukan pada Februari 1990.
pertemuan tersebut akan membahas mengenai pembagian kekuasaan antara koalisi demokratik Kamboja dengan Republik Rakyat Kamboja dengan dibentuknya Supreme National Council (SNC), lalu dilanjutkan dengan pertemuan di Paris pada 1991.
Dari beberapa pertemuan yang diadakan oleh JIM tersebut, konflik ini selesai pada 23 Oktober 1991. pada saat itu kedua pihak yang bersengketa telah menandatangani perjanjian paris dan sepakat untuk menyelesaikan permasalahan secara menyeluruh.
Dari adanya sejumlah pertemuan yang dilakukan oleh Indonesia sebagai perannya dalam menyelesaikan konflik kedua negara, yaitu Vietnam dan Kamboja, Indonesia diapresiasi oleh kalangan masyarakat internasional.
Berhasilnya Indonesia dalam menyelesaikan konflik dua negeri ini, membuat Indonesia menjadi negara terpandang. hal itu dikarenakan juga karena JIM ini merupakan sebuah kebijakan pertama yang dilakukan Indonesia hingga berhasil terselesaikan.
Kedua negara yang berkonflik awalnya menyepakati untuk menyelesaikan permasalahan ini melalui jalan damai tanpa melibatkan peperangan yang akan merugikan kedua negara.
Kasus yang terjadi ini dapat selesai dengan bantuan dari Indonesia dengan menggunakan beberapa cara sebagai bentuk peran Indonesia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran Indonesia tersebut adalah mempertemukan kedua negara yang bertikai di Jakarta dan Indonesia sebagai tuan rumahnya menjadi penengah dalam permasalahan tersebut.
Setelah menandatangani perjanjian paris, Kamboja mulai membangun kembali pemerintahannya dan dibantu oleh beberapa negara di bawah oleh PBB.