Salah satu adegan dalam film populer Marvel Iron Man 2 (2010) menampilkan Elon Musk di samping Robert Downey Jr sebagai karakter superhero, Tony Stark. “Aku mendapat ide untuk membuat jet bertenaga listrik,” kata Musk dengan santai kepada Stark yang dengan segera menjawab, “Benarkah? Kita akan segera mewujudkannya.”

Pada majalah TIME magazine’s ‘100’ issue pada 2010, Jon Favreau (sutradara film Iron Man), mengatakan bahwa pada mulanya ia kesulitan menggambarkan secara real seorang Miliarder jenius bernama Tony Stark dalam Iron Man. Kesulitan itu terjawab ketika ia dengan aktor Robert Downey Jr duduk bersama Elon Musk.

Bagi Favreau, sosok Elon adalah gambaran realistis bagi seorang miliarder sekaligus ilmuwan yang antusias, berselera humor tinggi dan selalu ingin tahu. Lebih lanjut, ia menggambarkan Elon Musk sebagai Renaissance man di era sekarang.

Elon Musk dikenal sebagai pendiri dari PayPal, Tesla, SpaceX dan baru ini mengakusisi kepemilikan Twitter. Dalam sebuah wawancara, Elon Musk pernah ditanya, “Apakah Ia percaya bahwa Tuhan Ada?”, kemudian ia pun mengungkapkan pandangannya yang mengarah pada agnostisisme.

Menurut Elon, ia tidak yakin apakah Tuhan itu ada, namun satu hal yang ia ungkapkan adalah bahwa jika ada kesadaran kosmik (Tuhan), masuk akal untuk bertanya mengapa kesadaran kosmik itu ada.  

Siapa itu Elon Musk? 

Elon Musk seorang fisikawan jenius, anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Pretoria, Afrika Selatan pada 28 Juni 1971. Ayahnya, Errol Musk seorang insinyur elektromekanis, sedangkan ibunya Maye Musk adalah seorang model. 

Dalam wawancara dengan The Daily Telegraph di tahun 2014ia mengaku lahir dan besar di Afrika Selatan hingga usia 17 tahun sebelum pindah ke Kanada, yang mana hal itu mempengaruhi dirinya dalam menyikapi permasalahan kemanusiaan.

Sejak kecil ia menggemari buku-buku fiksi ilmiah (Sci-Fi), sehingga ia dijuluki sebagai “anak jenius” yang juga menjadikan ia penyendiri dan menjadi target perundungan teman-temannya. Di usia 12 tahun, Musk telah membuat kode untuk gim video Blastar dan menjualnya untuk majalah komputer seharga 500 Dollar.

Di usia 50 tahun, menurut Forbes, Elon Musk memiliki kekayaan sebesar 200 miliar Dollar yang menjadikannya sebagai orang terkaya kedua di dunia setelah pemilik Amazon, Jeff Bezos. Ia memiliki beberapa perusahaan seperti SpaceX, Tesla Motors, SolarCity yang dimulainya dengan uang penjualan PayPal (aplikasi sistem pembayaran daring yang ia dirikan bersama Peter Thiel) kepada e-Bay pada tahun 2002. 

Sebagian besar dana, ia gunakan untuk SpaceX, sebuah perusahaan yang bekerjasama dengan NASA untuk merevolusi teknologi ruang angkasa dengan tujuan menjajah Mars. Menurutnya untuk menghindari kepunahan manusia yang tak terelakkan di bumi, harus dikembangkan peradaban ruang angkasa dan menjadikan manusia sebagai spesies multi-planet. Mengenai dunia, ia percaya bahwa kita hidup di tengah simulasi dimana kemungkinan ada seorang yang mengendalikan komputer untuk menggerakkan kita.

Tuhan Elon Musk

Elon Musk pada dasarnya tidak pernah mengklaim keyakinan apapun yang ia percayai. Ia pernah bercerita bahwa di masa kecilnya, ia pernah mengikuti sekolah usia dini Ibrani meskipun ia bukan seorang Yahudi dan juga menghabiskan masa kecil di Sekolah Minggu Anglikan.

Pada sebuah podcast, ia menjelaskan bahwa secara umum ia setuju dengan ajaran Kristiani walaupun ia tidak religius. Ketika ditanya apakah ia percaya pada Tuhan, Musk menjawab bahwa ada sesuatu yang telah menciptakan kosmos atau semesta ada di sini begitu saja.

Ketika ia ditanya tentang apakah ia percaya kepada Tuhan, Musk menjawab dengan pertanyaan mengenai asal mula dari semesta. Menurut Musk, kita bisa berkata penyebab apapun yang membawa semesta menjadi Tuhan, tergantung dari sudut pandang kita.

Pada salah satu cuitan di akun Twitter pribadinya pada 9 Mei 2022, Elon Musk menulis,”Terima kasih untuk berkat ini. Tapi aku setuju dengan pergi ke neraka, jika itu adalah sungguh-sungguh destinasiku, sejak mayoritas besar dari semua manusia yang pernah lahir akan ke sana.” Cuitan tersebut ia tujukan untuk menjawab pertanyaan jika ia menemukan bahwa terdapat pencipta.

Elon Musk tidak benar-benar yakin bahwa Tuhan itu ada. Menurutnya jika ada kesadaran kosmik (Tuhan), masuk akal untuk bertanya mengapa kesadaran kosmik itu ada. Musk memikirkan tentang penjelasan yang tuntas mengenai hal tersebut yaitu apa yang mungkin berfungsi sebagai penjelasan mendasar untuk keberadaan segala sesuatu dan menjelaskan keberadaannya sendiri.

Penjelasan yang paling mungkin menurut Musk adalah bahwa kompleksitas berevolusi dari kesederhanaan dan unsur-unsur sederhana dari waktu ke waktu digabungkan untuk menjadi lebih kompleks hingga sampai pada apa yang terjadi sekarang.

Elon Musk melanjutkan bahwa ia tidak yakin mengenai keberadaan kesadaran super yang mengawasi setiap gerakan kita dan mengevaluasinya berdasarkan kriteria-kriteria, lalu memutuskan ke mana kita akan pergi ke tempat lain ketika mati.

Menurut Musk, setidaknya beberapa hal perlu disebabkan. Jika sesuatu itu ada, tetapi sifatnya tidak menuntut keberadaannya, masuk akal untuk bertanya apa yang menyebabkannya. Jika sesuatu itu tersusun sedemikian rupa sehingga tergantung pada keberadaan dan susunan bagian-bagian sebelumnya, masuk akal untuk bertanya apa yang menyusunnya.

Pandangan Elon Musk, Agnostisisme Zaman Ini

Pada wawancara dengan situs web The Babylon Bee, Elon Musk menjawab banyak pertanyaan dalam berbagai topik dengan CEO web Kristen Seth Dillon, Pemimpin Redaksi Kyle Mann, dan Direktur Kreatif Ethan Nicolle.

Menjelang akhir wawancara, Musk membuat lelucon bahwa mereka semua akan masuk neraka karena tidak berada di gereja di hari Minggu, kemudian topik beralih kepada soal keselamatan dan Tuhan.

Setelah ia digoda oleh Nicolle dengan pertanyaan dengan pertanyaan apakah Anda bisa melakukan yang terbaik dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat Anda, ia tertegun sejenak. Elon Musk lalu menjawab, “Saya setuju dengan prinsip-prinsip yang diajarkan Yesus. Ada beberapa kebijaksanaan besar dalam ajaran Yesus, dan saya setuju dengan ajaran-ajaran itu.”

Ia melanjutkan, “Hal-hal seperti ‘berpaling ke pipi yang lain’ sangat penting, sebagai lawan dari ‘mata ganti mata’. Mata ganti mata membuat semua orang buta,” “Pengampunan itu penting dan memperlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan. ‘Cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri’.”

Elon Musk menambahkan keterangan yang mengagetkan pembawa acara Babylon Bee, “Tapi hei, jika Yesus menyelamatkan orang, maksud saya, saya tidak akan menghalangi jalan-Nya,” tambah Musk. “Tentu, saya akan diselamatkan, mengapa tidak?”

Pandangan Elon Musk tentang Tuhan dan Agama bagi penulis, sangat berkaitan dengan agnostisime yang berkembang di dunia Barat saat ini. Agnostisisme sendiri berimplikasi pada relativisme agama total. Agama kemudian menjadi tergantung pada selera dan urusan pribadi.

Orang dianggap boleh percaya kepada Tuhan, namun hal itu dianggap masuk dalam selera pribadi, bukan karena Tuhan memang ada dan manusia wajib menyembahnya. Sikap ini melanda masyarakat “Barat” sejak pertengahan abad ke-20 sejalan dengan sekularisasi kebudayaan yang menjadi ciri khasnya.

Agnostisisme filosofis seakan-akan ingin menegaskan bahwa tidak mungkin untuk memastikan sesuatu yang objektif tentang Tuhan ataupun agama, sehingga hendaknya setiap orang mengambil sikap yang cocok baginya dan pantang untuk membicarakan pada orang banyak.

Agnostisisme mempercayai bahwa Tuhan tidak dapat dikenali oleh semua orang. Fondasi yang diyakini bagi Agnostisisme dalam sejarah filsafat dikemukakan oleh dua pemikir yang berpengaruh yakni David Hume (1711-1776) dan Immanel Kant.

Pada dasarnya Hume sangat skeptik dengan memutlakkan pengetahuan empiris. Hume menolak segala bentuk ide-ide abstrak yang tidak sesuai dengan pengalaman empiris. Maka prinsip-prinsip kausalitas metafisika harus ditolak karena dianggap sebagai tipuan.

Oleh karena manusia tidak memiliki kapasitas untuk memahami secara empiris tentang semesta, bagi Hume mustahil untuk mengetahui sesuatu tentang Tuhan. Kant yang banyak dipengaruhi pemikiran Hume melihat bahwa pengetahuan teoritis objektif tentang Tuhan adalah sesuatu yang tidak mungkin.

Penutup

Elon Musk sosok yang disebut manusia renaisans oleh Favreau (sutradara film Iron Man) banyak menarik perhatian orang-orang zaman ini terutama karena kisah kesuksesannya hingga misi “mulia”-nya menyelamatkan manusia dari kepunahan dengan tinggal di Mars.

Seperti ciri khas agnostisisme pada umumnya, Elon Musk dengan segala keraguannya tentang Tuhan memiliki ketertarikan pada ajaran-ajaran moral kristiani seperti yang disebutkannya dalam wawancara. Dalam hal ini agama hanya dipandang sebagai ajaran yang disesuaikan dengan selera.

Berhubung dengan kepemilikannya terhadap Twitter, penulis berpendapat bahwa mendiskusikan tentang Tuhan menurut Elon Musk bukan tidak bermakna sama sekali. Bukan tidak mungkin bahwa masyarakat akan memperhitungkan sungguh-sungguh untuk menjadikan pandangan Elon Musk sebagai teladan dan inspirasi dalam hidupnya.

Sumber-sumber :

Magnis-Suseno, Franz, Menalar Tuhan, Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Tjahjadi, Simon Petrus L., Petualangan Intelektual Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern, Yogyakarta: Kanisius, 2004.

Bechervalse, Tim, “Elon Musk: Everything You Need to Know About the The Tech Genius Who Loves Jesus’ Teachings”, 9 Februari 2022, https://www.premierchristianity.com/features/elon-musk-everything-you-need-to-know-about-the-tech-genius-who-loves-jesus-teachings/2379.article, (diakses pada 28 November 2022, pkl. 17.20).

Flynn, Pat, “God’s Too Complicated for Elon Musk”, 20 Mei 2022, https://www.catholic.com/magazine/online-edition/gods-too-complicated-for-elon-musk, (diakses pada 25 November 2022, pkl. 17.59).

Katje, Chris, “Elon Musk Is OK Going To Hell: But Does He Believe in God?”, 11 Agustus 2022, https://www.benzinga.com/news/22/08/28442608/does-elon-musk-believe-in-god, (diakses pada 25 November 2022, pkl. 17.57).

Morris, Andrea, “’Sure, I’ll Be Saved’: Elon Musk Says He Agrees With Teachings of Jesus”, 1 Juni 2022, https://www1.cbn.com/cbnnews/entertainment/2022/january/sure-ill-be-saved-elon-musk-says-he-agrees-with-teachings-of-jesus, (diakses pada 25 November 2022, 18.00)

Nitti, G. Tanzella, “Agnosticism”,  https://inters.org/agnosticism, (diakses pada 10 Desember 2022, pkl. 09.21).