Pandemi Covid-19 yang bermula pada Desember 2019 di Wuhan, Tiongkok telah berlangsung hampir dua tahun di seluruh penjuru dunia. Banyak korban jiwa dalam pandemi Covid-19 ini. Menurut WHO pada tanggal 14 September 2021 telah tercatat 4.627.540 korban jiwa.
Tidak hanya korban jiwa, pandemi Covid-19 saat ini telah menghentikan mayoritas aktivitas ekonomi. Berbagai macam sektor yang berhubungan dengan aktivitas masyarakat mengalami pukulan yang parah. Hal ini menghantam stabilitas perekonomian global.
Banyak orang-orang yang menjadi pengangguran karena di-PHK. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya perusahaan yang gulung tikar akibat penurunan omset dan lumpuhnya perekonomian akibat lockdown atau kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat.
Penemuan vaksin ternyata belum mampu menghentikan penyebaran virus Covid-19 sepenuhnya karena virus Covid-19 ini mengalami mutasi yang meningkatkan daya penyebaran virus.
Dunia manusia menjadi tidak mempunyai arah perkembangan yang jelas selama pandemi ini. Dalam pemikiran Albert Camus, hal semacam ini disebut dengan absurditas.
Di dalam absurditasnya ini, manusia melihat bahwa masa depan dan hari esok tidak ada. Manusia tinggal dalam kesendirian, tanpa adanya Tuhan, manusia berada dalam ancaman kematian.
Banyak pertanyaan bermunculan mengenai kaitan antara Tuhan dan pandemi Covid-19 ini. Bagaimana mungkin seorang yang taat beribadah dan berbuat baik mengalami penderitaan dan mengalami kematian yang tragis karena virus Covid-19?
Apakah Tuhan mengizinkan adanya pandemi Covid-19 ini? Apakah Tuhan membangun dunianya atas peneritaan orang yang tidak berdosa?
Dua ribu tahun yang lalu, Epikuros telah merumuskan permasalahan ini. Epikuros memberi anjuran supaya orang hidup tidak perlu mempedulikan akan dewa-dewi. Dengan dingin, Epikuros menyatakan bahwa ada empat kemungkinan.
Kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah Tuhan mau menghapus keburukan di dunia, tetapi tidak mampu; atau dia mampu, tetapi tidak mau; atau dia tidak mau dan tidak mampu; atau dia mau dan mampu. Tiga kemungkinan pertama tidak bisa diterima.
Hal ini disebabkan bertentangan dengan hakekat Tuhan yang mahakuasa dan mahabaik. Sedangkan, kemungkinan keempat terlihat bertentangan dengan kenyataan bahwa disekeliling kita ada banyak sekali keburukan.
Dalam kaitanya dengan Tuhan, penderitaan dalam pandemi Covid-19 menjadi masalah, justru karena Yang Ilahi dimengerti, bahkan dialami, sebagai kekuatan yang peduli pada manusia, yang memiliki cinta kasih, yang suka mengampuni dosa-dosa manusia, yang menyembuhkan.
Berdasarkan penghayatan Tuhan sebagai kekuatan yang peduli, menyelamatkan dan menyembuhkan kenyataan penderitaan dalam Covid-19 ini menjadi semakin tidak dapat dimengerti.
Kemungkinan penderitaan dalam pandemi Covid-19 ini berhubungan dengan keterbatasan dan ketidaksempurnaan yang hakiki bagi semua manusia.
Manusia yang serba terbatas selalu masih dapat menjadi lebih baik lagi daripada keadaanya, dan sebab itu selalu ada kemungkinan bahwa makhluk ketinggalan terhadap kebaikan yang seharusnya dicapai.
Hal inilah hakekat dari keburukan. Keburukan merupakan kebaikan yang tidak tercapai, padahal seharusnya tercapai.
Pada manusia sebagai makhluk perasa kekurangan semacam ini dibahasakan ke dalam kemampuan untuk menderita. Jadi semakin perasaan dan kesadaran mengalami perkembangan dalam manusia, semakin besar pula potensi manusia untuk menderita.
Oleh karena itu, kemungkinan untuk menderita termasuk kodrat manusia. Perlu diperhatikan bahwa bahwa jika Tuhan tidak mampu menciptakan alam dan manusia tanpa membuka kemungkinan terjadinya keburukan, kejahatan dan dosa, bukan berarti Tuhan tidak mahakuasa.
Namun, Tuhan tidak mampu membuat hal-hal yang bertentangan pada dirinya. Hal ini tentunya tidak mengurangi kemahakuasaan-Nya. Akan tetapi sebaliknya, Tuhan berakar dalam konsistensi dalam kemengadaan-Nya.
Dalam arti lain, Apabila Tuhan memang berkehendak menciptakan alam raya dengan manusia yang secara bebas dapat menjawab panggilan-Nya, Tuhan tidak akan intervensi untuk mencegah keburukan, penderitaan, kejahatan, dan dosa yang secara hakiki menjadi mungkin dengan alam raya seperti itu.
Bukannya Tuhan menghendakinya, tetapi Tuhan tidak mencegahnya. Hal ini disebabkan Tuhan konsisten dengan kehendak-Nya untuk menciptakan alam semesta dan manusia seperti itu.
Penderitaan dalam pandemi Covid-19 ini dapat juga disebabkan oleh kehendak bebas manusia yang disalahgunakan. Hal ini dapat kita lihat adanya dugaan penelitian virus corona di Wuhan yang dibiayai oleh salah satu perusahaan di Amerika Serikat.
Selain itu, ada faktor human error yang diduga menyebabkan terjadinya kecelakaan di laboratorium penelitian virus corona di Wuhan. Dalam hal ini pandemi Covid-19 sebenarnya ada di dalam kontrol atau kendali dari manusia.
Terlebih penyebaran virus Covid-19 yang masif yang menyebabkan pandemi semakin parah disebabkan kehendak bebas manusia untuk tidak melaksanakan prokes dan menerima vaksinasi.
Kehendak bebas manusia membuat dan menyebarkan berita hoax tentang Covid-19 juga menambah semakin parahnya pandemi Covid-19 ini. Dengan demikian, kehendak bebas menjadi bagian penderitaan dalam pandemi Covid-19 ini.
Kemudian, karakteristik dan mutasi virus Covid-19 merupakan bagian dari kodrat alam. Oleh karena itu, bencana pandemi Covid-19 ini terjadi karena kodrat manusia dan kodrat alam.
Pandemi Covid-19 telah membawa manusia untuk merefleksikan hubungan Tuhan dengan pandemi Covid-19. Penderitaan yang muncul di dalam pandemi tidak berasal dari Tuhan yang sempurna dan mahabaik itu, melainkan karena manusia sebagai makhluk ciptaan ini memiliki keterbatasan dan ketidaksempurnaan.
Penderitaan adalah keburukan yang merupakan kebaikan yang yang tidak tercapai. Selain itu penderitaan juga disebabkan adanya kehendak bebas manusia dan kehendak alam itu sendiri.
Daftar Pustaka:
Sumber Buku
Augustine, Confessions, translated by Henry Chadwick, Oxford: Oxford University Press, 1991.
________, On the Free Choice of the Will, On Grace and Free Choice, and Other Writings, dalam Peter King (ed.), Cambride: Cambridge University Press, 2010.
Leahy, Louis, Filsafat Tuhan Kontemporer, Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Suseno, Franz Magnis, Menalar Tuhan, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Sumber Makalah
Nara, Kristoforus Sri Ratulayn Kino, “Refleksi Bonum Commune dalam Masa Pandemi Covid-19-Belajar dari Pemikiran Albert Camus”, Makalah yang disampaikan Extension Course 2020 Pertemuan ke-2, Surabaya, 2020.
Sumber Internet
“Dokumen Rahasia Bocor, AS Diduga Danai Penelitian Virus Corona di Lab Wuhan”, 10 September 2021, https://kumparan.com/kumparansains/dokumen-rahasia-bocor-as-diduga-danai-penelitian-virus-corona-di-lab-wuhan-1wUryy75 (diakses pada 15 September 2021, pk.20.)
Pramisti, Nurul Qomariyah, “Dahsyatnya Efek Pandemi: Ekonomi Tersungkur, Pengangguran Melonjak”, 28 Juni 2020, https://tirto.id/dahsyatnya-efek-pandemi-ekonomi-tersungkur-pengangguran-melonjak-fLhS (diakses pada 11 Juni 2021, pk.20.)
WHO Coronavirus (Covid-19) Disease dashboard, https://covid19.who.int/ (diakses pada 14 September 2021, pk.13.)