"Kepemimpinan yang baik bukan hanya tentang memberikan arahan, tetapi juga tentang menjadi teladan yang baik dan memotivasi orang lain untuk menjadi lebih baik.."

Hallo Kawan!

Tentu kita semua telah bersepakat bahwa pemimpin memegang peran penting dalam membentuk masyarakat dan organisasi. Tidak hanya berperan sebagai pemandu dalam mencapai tujuan bersama, pemimpin juga harus mampu menjadi teladan bagi para pengikutnya. Salah satu gaya kepemimpinan dari banyaknya gaya kepemimpinan yang dapat dijadikan contoh adalah gaya kepemimpinan transformasional.

Gaya kepemimpinan ini sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan otoriter atau transaksional yang hanya memerintah tanpa menghiraukan kepentingan bawahan. Pemimpin transformasional mampu menginspirasi, memotivasi, dan meningkatkan kinerja bawahannya tanpa melupakan nasib karyawannya itu sendiri.

Dalam tulisan ini, kita akan mencoba mempelajari apa dan bagaimana kepemimpinan transformasional itu sebenarnya. Serta kita mencoba mengenal jauh lebih dalam tentang dua tokoh yang secara tidak langsung telah menjadi contoh sukses dalam penerapan gaya kepemimpinan transformasional, yaitu Socrates dan Nabi Muhammad SAW. Bahkan kita akan belajar dari tegukan racun Socrates hingga kejayaan Nabi Muhammad SAW.

 

Transformational Leadership

Bass dan Stogdill pada tahun 1990 dalam bukunya yang terkenal Handbook of Leadership, mendefinisikan transformational leadership atau kepemimpinan transformasional sebagai gaya kepemimpinan yang dapat menginspirasi perubahan positif pada mereka yang mengikutinya. 

Secara sederhana gaya kepemimpinan ini menggambarkan bagaimana seorang pemimpin menggerakan orang-orang menuju pada perubahan progresif dan positif, atau beralih dari kebodohan pada pencerahan.

Lebih lanjut Bass & Stogdill ini menerangkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki empat elemen kunci yang mencirikan dari satu gaya kepemimpinan transformasional ini. keempat elemen itu yaitu yang pertama idealized influence, kedua individualized consideration, ketiga inspirational motivation dan yang terakhir Intellectual Stimulation.

Idealized Influence, hal ini menerangkan bahwa pemimpin transformasional itu cenderung menjadi pemimpin yang diidealkan atau sosok ideal. Sosok ini berkarisma dan menjadi model kuat yang ingin ditiru bawahannya atau setiap orang yang mengaguminya.

Individualized consideration, pemimpin transformasional ini melakukan pertimbangan secara individu pada tiap-tiap bawahannya. Artinya sosok transformative ini selalu melihat setiap individu sebagai makhluk yang berbeda satu sama lain, dan oleh karenanya memerlukan pendekatan perlakuan yang berbeda sebagai individu.

 

Inspirational Motivation, pemimpin transformasional cenderung menjadi sosok yang kerap kali memberikan motivasi yang inspirasional pada orang lain yang dapat membantu bawahan atau anggotanya menemukan makna dalam pekerjaan. Sosok ini membantu orang-orang menemukan energy untuk mendorong diri mereka dalam melaksanakan pekerjaan dan tugas-tugas yang diemban.

 

Intellectual consideration, pemimpin transformasional selalu hadir memberikan rangsangan intelektual sehingga mendorong orang-orang, bawahan atau anggotanya untuk belajar dan bertumbuh agar menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengupayakan perubahan kualitatif dan kuantitatif buat dirinya dan lingkungan.

Kemudian setelah kita memahami konsep dasar terkait Transformational Leadership, mari kita berkenalan dengan dua tokoh yang paling menarik dalam sejarah transformasi peradaban dunia. Dua tokoh ini tak lain adalah Socrates dan Muhammad yang merupakan sosok beda generasi yang sama-sama menginspirasi satu transformasi peradaban dunia yang kemudian hari terkenang sepanjang masa, bahkan hingga tulisan ini dibaca oleh saudara-saudari semua.

Socrate dan Transformational Leadership

Socrates, seorang filsuf Yunani kuno, sering dianggap sebagai figur penting dalam sejarah kebudayaan Barat dan dianggap sebagai salah satu tokoh transformasional terbesar dalam sejarah. Socrates dikenal sebagai seorang filsuf yang mempertanyakan status quo dan mendorong orang untuk berpikir secara kritis. Ia berdialog dengan mengajukan pertanyaan dan merangsang pemikiran kritis dalam diri orang-orang di sekitarnya.

Dalam bukunya, "The Republic", Plato menulis tentang bagaimana Socrates membimbing para pemuda di Athena untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka sendiri, bukan hanya menerima pendapat orang lain secara membabi buta. Ini adalah cara pemimpin transformasional, yaitu memotivasi bawahan untuk mengembangkan kemampuan mereka sendiri dan berpikir secara independen.

Socrates juga terkenal karena menjunjung tinggi nilai kejujuran dan integritas, serta memiliki keberanian untuk menyuarakan pandangan yang bertentangan dengan otoritas yang ada pada zamannya. Ini tercermin dalam dialog-dialognya yang diabadikan oleh Plato, di mana Socrates dengan terus terang mengungkapkan pendapatnya bahkan jika itu membuatnya tidak populer.

Ini adalah kualitas yang sangat penting dalam seorang pemimpin transformasional, karena ia memotivasi orang lain untuk memperjuangkan apa yang mereka yakini benar, bahkan jika itu tidak mudah atau popular dengan kondisi masyarakat saat itu.

Menurut Aristoteles, Socrates juga terkenal karena kesederhanaannya dan sikap rendah hatinya. Dia tidak pernah memandang rendah atau merendahkan orang lain dan selalu bersikap rendah hati dalam mendiskusikan masalah dengan orang lain. 

Sifat ini membuatnya mudah diterima oleh banyak orang dan mempermudah proses transformasi yang ingin ia capai. Seorang pemimpin transformasional harus mampu mendengarkan orang lain dengan terbuka dan merespons kebutuhan mereka dengan tanggap.

Dalam bukunya "Sophie's World", Jostein Gaarder mengungkapkan bahwa Socrates dikenal karena kemampuannya untuk mempertanyakan semua aspek kehidupan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang makna kehidupan itu sendiri. 

Kemampuan ini menjadikannya seorang pemimpin transformasional yang dapat merubah pandangan dunia orang-orang yang mengikuti ajarannya. Ia mengajarkan orang untuk tidak hanya menerima kebenaran apa adanya, tetapi untuk mencari dan menemukan kebenaran itu sendiri.

Pada akhirnya, Socrates dapat dianggap sebagai pemimpin transformasional yang paling  penting dalam sejarah kebudayaan Barat. Ia memimpin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis, menghargai integritas dan kejujuran, bersikap rendah hati, dan mempertanyakan semua aspek kehidupan yang pada kemudian hari menginspirasi perubahan besar serta tokoh-tokoh setelahnya.

Muhammad dan Transformational Leadership

Muhammad, Sosok Nabi dan Rasul terbaik dalam ajaran Islam, dianggap sebagai salah satu pemimpin transformasional terbesar dalam sejarah. Muhammad dikenal sebagai seorang pemimpin yang menginspirasi orang untuk melakukan perubahan dalam diri mereka sendiri dan dalam masyarakat mereka. Ia memimpin dengan teladan dan berusaha mengubah pola pikir masyarakat dari yang merusak ke yang lebih baik.

Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam kitabnya "Sirah Nabawiyah", menulis tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW menumbuhkan semangat persaudaraan dan keterlibatan aktif dalam masyarakat, yang berbeda dengan tradisi tribal yang sebelumnya ada di Arab.

Muhammad juga terkenal karena menghargai semua orang, termasuk kaum lemah dan miskin. Ia memperjuangkan hak-hak mereka dan mempertahankan mereka dari penindasan oleh kaum elit yang berkuasa pada saat itu. Hal ini tercermin dalam ajarannya tentang kesetaraan dan penghapusan perbedaan rasial dan kelas sosial.

Dalam bukunya "Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources", Martin Lings menjelaskan bagaimana Muhammad memperlakukan semua orang dengan penghormatan dan martabat yang sama, mengajarkan bahwa manusia harus dihargai tidak berdasarkan status sosial atau materi, melainkan berdasarkan kebaikan hati dan moralitas.

Muhammad juga terkenal karena memimpin dengan integritas dan memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mempertahankan kebenaran dan kejujuran. Ia selalu berpegang pada prinsip-prinsip moral dan etika yang tinggi dalam setiap tindakan dan perkataannya. 

Hal ini tercermin dalam buku "The Life of Muhammad" oleh Ibn Ishaq, yang menjelaskan bagaimana Muhammad selalu berperilaku jujur dan adil dalam segala hal, bahkan ketika itu membutuhkan pengorbanan yang besar.

Selain itu, Muhammad juga memperjuangkan perdamaian dan menyelesaikan konflik antara suku-suku yang berbeda di Arab pada saat itu. Ia mendorong orang untuk menyelesaikan perselisihan dengan cara yang damai dan menghindari kekerasan dan konflik. 

Hal ini tercermin dalam banyak catatan yang menjelaskan bagaimana Muhammad selalu mencari jalan damai dalam menyelesaikan konflik dan mendorong orang untuk berperilaku secara positif dan damai dalam hubungan mereka.

Sebagai pemimpin transformasional, Muhammad juga mampu menginspirasi para pengikutnya untuk berbuat baik dan memberikan yang terbaik dalam kehidupan mereka. Dalam bukunya "Islam, Tantangan dan Peluang", Kuntowijoyo menggambarkan bahwa Muhammad memimpin dengan cara yang demokratis dan tidak otoriter. Muhammad selalu mendengarkan masukan dari para sahabatnya dan memperjuangkan kepentingan umum.

Selain itu, Muhammad juga memimpin dengan penuh kepercayaan dan keyakinan. Ia mampu mengatasi semua rintangan dan tantangan yang dihadapinya, termasuk ketika ia haru pergi dari Mekah dan harus berhijrah ke Madinah. Muhammad memimpin dengan semangat dan tekad yang kuat, dan berhasil mengubah keadaan yang sulit menjadi sukses.

Dalam benang merahnya, sosok Nabi Muhammad SAW dapat dianggap sebagai pemimpin transformasional yang paling penting dalam sejarah umat manusia. Ia memimpin dengan teladan, menghargai semua orang, memimpin dengan integritas, dan memperjuangkan perdamaian.

Dari Tegukan Racun Socrates dan Kejayaan Muhammad

Pada akhirnya kita belajar tentang bagaimana kedua sosok ini mampu menjalankan perannya sebagai pemimpin dalam masyarakat dengan gaya kepemimpinan transformasional yang menginspirasi, memotivasi, memberi tauladan, menggerakan dan merangsang perubahan sosial yang massif.

Bahkan dampak dan peran transformasi kedua sosok ini tidak ada akhirnya, Socrates ketika berupaya menghadirkan pemikiran kritis dalam masyarakat kala itu, akhirnya dianggap sebagai parasit kekuasaan saat itu dan berujung dalam eksekusi mati yang mengharuskannya meneguk secangkir racun. Tegukannya hanya membunuh raganya, tapi semangat dan upaya transformatifnya menginspirasi peradaban barat dan umat manusia hingga hari ini.

Muhammad sebagai manusia biasa dan sebagai nabi mulia dalam ajaran agama Islam, telah berhasil menginspirasi dan mentransformasi peradaban arab dan manusia sejak kehadirannya. Ia menjadi contoh dan teladan bagi umat Islam dan umat manusia dalam banyak hal, ajarannya membawa manusia menuju cahaya dan kemajuan peradaban, dengan mengajak pada kebaikan dan menentang kemungkaran.

Pada titik ini kiita menyadari, bahwa dari tegukan racun oleh Socrates dan kejayaan nabi Muhammad, ada pesan kepemimpinan trasformatif yang amat dasyat. Perubahan, peralihan dan pertumbuhan dari peradaban umat manusia seolah menegaskan transformasinya tak berujung, transformasinya abadi dalam membimbing umat manusia dari kebodohan menuju pada cita-cita kehidupan yang mulia dan penuh dengan makna.

Sekian, salam manusia biasa.