Minggu lalu, ada keperluan yang menuntut saya untuk menaiki kereta malam dari Stasiun Tawang menuju Jatinegara. Alih-alih tidur, saya memang lebih suka nongkrong di gerbong restorasi. Dan itu hal yang paling saya kangeni setiap kali harus pergi menaiki kereta. 

Rasanya menyenangkan mengisap rokok sambil sesekali menengok pemandangan. Apalagi bila ditambah secangkir kopi dan obrolan ringan bersama dengan orang-orang yang belum pernah saya kenal sebelumnya.

Tapi malam itu gerbong restorasi sepi. Hanya ada pramuniaga dan satu orang berusia separuh baya. Ia sedang sibuk dengan selembar kertas yang dipenuhi dengan coretan angka-angka. Ketimbang bengong sendiri, saya memutuskan untuk duduk di bangku hadapannya.

"Pasang berapa, Pak?" tanya saya. Barisan angka di kertas itu sangat familiar. Saking familiar-nya hingga membuat saya tak perlu lagi menebak apa yang sedang ia lakukan dengan angka-angka itu. Ia sedang meramal nomor togel (toto gelap) tentunya.

"Pasang 76, Mas," jawabnya.

"Lha mas pasang berapa?" dia bertanya balik.

Lalu pembicaraan kami berlangsung kemana-mana. Ia bercerita kalau seminggu ini nomor yang ia ramalkan tak pernah tepat sasaran. Yang paling disayangkan adalah keputusannya dua malam yang lalu, saat mengurungkan niat untuk pasang angka 81.

"Padahal lumayan lho kalau pasang nomor itu, bisa buat tambah-tambah uang belanja keluarga," ujarnya dengan lirih, suara yang mengungkap penyesalan.

Bapak itu tiba-tiba mengingatkan saya kepada seorang kawan lama. Doni namanya. Saya memanggilnya Ko Doni karena ia lebih tua dari saya dan terlahir dari etnis Tionghoa. 

Ketekunannya dalam pertogelan patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, caranya meramal tak lagi corat-coret angka di atas kertas, melainkan meng-input-nya di kolom excel dan membuat rumusan yang sepertinya hanya ia sendiri yang sanggup memahami. Tapi bagaimana pun juga hasilnya toh sama saja. Meleset.

Anda pasti juga tahu bahwa judi togel begitu marak di tengah masyarakat kita. Jenisnya beragam dan tingkat kesulitannya pun bermacam-macam. 

Misalnya saja Togel Colok 4D, orang harus menebak persis hingga empat angka. Bila malam ini angka yang muncul: 3771, maka yang menang hanya orang yang telah memasang empat angka persis seperti yang muncul itu. Bayangkan betapa sulitnya memenangkan togel jenis ini. Yang dua angka saja sia-sia, apalagi empat.

Namun ada juga yang lebih kecil risikonya, yaitu Togel Colok Bebas. Anda bisa menang bila satu nomor yang Anda pasang ternyata sesuai dengan empat nomor yang muncul ketika malam. Dan tentunya masih banyak lagi jenis permainan lainnya. Tapi rasanya tak perlulah saya jentrengkan satu per satu di sini.

Saya pribadi sama sekali tidak alergi dengan permainan judi. Bahkan pernah sesekali saya memainkannya. Tapi bukan togel, melainkan judi bola, dan itu ketika piala dunia saja. Meski tak terlalu paham, tapi kompetisi yang diadakan empat tahun sekali itu sangat sayang bila dinikmati hanya dengan menontonnya saja. Sepertinya kok kurang greget bila tidak melibatkan uang di dalamnya.

Berbicara soal judi bola, rasanya kurang bila saya tidak menyebut kawan saya satunya lagi semasa mahasiswa. Iqbal namanya. Dia asli Bantul. Bila Anda mengira Iqbal yang ini adalah Iqbal yang itu, tentu Anda salah sangka. Karena memang tak ada Aji Daryono yang mengekor di balakang nama Iqbal-nya. Perkara mereka tinggal di kota yang sama, ah, itu hanya sekadar kebetulan saja.

Saya lanjut ya. Iqbal ini pernah dipekerjakan sebagai analis judi bola oleh seseorang yang punya kantong tebal. Selesai kuliah ia selalu menghabiskan waktu di kantin dengan membaca majalah bola. Majalah itu pemberian bosnya untuk memprediksi skor yang menguntungkan pada pertandingan malam nanti.

Saat itu internet belum terlalu maju. Bahkan HP Android pun belum ada. Maklum saja, wong itu 2007.

Maka ketika ada pertandingan antara MU melawan Chelsea, Iqbal harus bisa memprediksi mana yang menguntungkan bila bandar telah menentukan kalau MU nge-voor satu. Apakah si bos harus pasang di pihak MU, ataukah Chelsea, Iqballah yang punya kuasa untuk menjawabnya.

Bila Anda jeli, idealnya permainan judi pasti memiliki data atau informasi untuk dianalisa. Tak hanya bola saja, dalam permainan kartu remi pun sama. Para pemainnya dituntut untuk teliti dan pandai berhitung bila ingin sering-sering juara. Kepiawaian dalam beranalisa itulah yang akan membedakan penjudi jago dengan penjudi biasa.

Begitu pula dengan pacuan kuda. Data historis si kuda sangat penting di sini. Ia adalah instrumen untuk membaca besarnya peluang juara.

Tapi bila kita kembali ke pembahasan yang pertama, materi apa yang ditawarkan oleh togel agar bisa dianalisa? Sama sekali tidak ada. Kenapa begitu? Ya karena nomor yang muncul saban malam hanyalah nomor suka-suka bandarnya saja. Ia maunya dimunculkan berapa tak ada yang bisa mengintervensinya. Inilah yang membuat togel menempati kasta terendah dalam sejarah perjudian kita.

Maka betapa lucunya melihat orang duduk berlama-lama sambil menghitung deretan angka dan menduga-duga yang muncul nanti malam kira-kira berapa ya. Ini jelas cocoklogi, bila tak mau disebut halusinasi. Bahkan Anda mungkin tidak asing dengan fenomena orang bertanya kepada orang gila. Atau bertapa lama-lama di depan makam, berharap angka muncul melalui ilham.

Judi togel jelas sesuatu yang tidak bisa diprediksi. Bila ada yang menang, itu tak lebih dari kebetulan saja. Besarnya kemungkinan pasangan angka nol hingga sembilan hanya akan membawa pemainnya selalu berdiri di posisi rugi.

Tapi apakah judi hanyalah perkara untung dan rugi? Ternyata tidak. Alexandra Adeline, seorang Psikolog dari Mind and Behavior Clinic Ciputra Medical Center pernah berfatwa begini:

Motivasi pemain judi tidak selalu soal keuntungan. Berjudi ternyata tak hanya memproduksi adrenalin tetapi juga endorfin, sebuah zat yang dibentuk oleh tubuh ketika manusia merasa bahagia. Oleh karena itu sering kita temui orang yang betapa pun kalahnya, ia tetap kekeh melanjutkan aktivitas perjudian. Bukan perkara keuntungan, melainkan hanya sebagai sarana menghibur diri.

Tapi bila itu tujuannya, kenapa ya orang lebih memilih judi togel ketimbang nonton stand up comedy? Sama-sama bahagia, tapi kan yang satu itu tidak bikin rugi?