Pembuka: Sosial dan Keterasingan Diri
Dewasa ini, ranah privat seakan-akan sulit didapatkan, itu karena akibat dari perkembangan teknologi yang mampu menghubungkan manusia tanpa batasan jarak.
Manusia seperti mau tidak mau haruslah bersosial, karena kita hadir di dunia ini kemungkinan besar akan dihadapkan dengan individu-individu lain. Apalagi ditambah dengan teknologi sekarang, seperti instagram, twitter, dan lain-lain.
Namun ternyata, hubungan sosial yang terlalu berlebihan, akan menyebabkan kita terlalu larut di dalamnya, hingga kita bisa saja terasing akan siapa diri kita sebenarnya.
Kenapa bisa begitu? Apa tanda-tanda kita mengalami keterasingan akan diri kita sendiri? Lalu, bagaimana cara kita kembali pada siapa diri kita sebenarnya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan penulis jawab dan bahas seringkas mungkin dalam esai ini. Pembaca boleh setuju ataupun tidak, silahkan berikan sebuah kritik atas esai ini seandainya ada ketidaksetujuan. Pemberian sudut pandang baru adalah hal yang membahagiakan bagi penulis.
Persona dan Entropi
Sedikit tentang Carl Gustav Jung, Jung adalah seorang psikoanalis asal Swiss. Pemikirannya tentang ketaksadaran kolektif dan arketipe-arketipe merupakan sesuatu yang orisinil dan cukup menggemparkan dunia psikologi. Pemikiran Jung sangat dipengaruhi oleh Sigmund Freud (pendiri psikoanalisis) dan sains modern.
1. Persona
Dalam kasus ini, pemikiran Jung yang akan penulis gunakan salah satunya adalah pemikirannya tentang persona. Apa itu persona? Persona adalah suatu sisi psikologis yang dibawa seseorang saat berhubungan dengan individu-individu lain.
Menurut Jung, seseorang memiliki dua kepribadian, yaitu kepribadian publik dan kepribadian privat. Saat seseorang keluar dari kepribadian privatnya, ia akan membawa sebuah topeng (kepribadian publik) untuk menutupi kepribadian privatnya, topeng inilah yang disebut persona.
Misalnya, saat kita bersekolah, kita pasti akan mengubah diri kita pada kondisi sosial tersebut. Dalam hal ini, berarti kita akan membawa diri kita sebagai subjek murid, inilah persona.
Namun, penggunaan persona yang terlalu sering mengakibatkan seseorang terasing akan dirinya sendiri. Keterasingan akan diri sendiri bukanlah masalah yang sepele. Saat seseorang tenggelam dalam sosial, ia bisa dikendalikan oleh keadaan sosial yang begitu kuat, hingga lupa akan otentisitas dirinya.
Kehilangan otentisitas diri menyebabkan seseorang mengalami kebingungan tentang siapa dirinya. Seseorang juga bisa jadi tidak memiliki prinsip dan tujuan yang jelas, karena segala pilihannya dikendalikan oleh lingkungan sosial. Inilah suatu keadaan di mana seseorang mengalami keterasingan akan diri sendiri.
Tetapi, akan ada suatu keadaan di mana saat satu energi lebih kuat dibanding energi lainnya, energi yang lebih kuat ini cenderung akan menurunkan kapasitasnya. Alasannya, karena ada sebuah tegangan dalam psikis yang terlalu besar.
Dalam kasus ini, artinya di saat persona terlalu kuat, seseorang secara refleks cenderung akan mengalami kecemasan, karena seseorang merasa ada yang hilang dari dirinya, yaitu dirinya sendiri.
Jung akan menjelaskan fenomena energi ini secara menarik.
2. Entropi dalam Hukum Kedua Termodinamika
Entropi adalah salah satu ukuran ketidakberaturan dalam suatu sistem. Semakin besar ketidakberaturannya, semakin besar entropinya.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi berarti, temperatur yang lebih tinggi akan bergerak menuju temperatur yang lebih rendah. Entropi secara alami berusaha mengubah suatu keseimbangan menuju keseimbangan yang lain.
Seperti air yang berada di atas, akan bergerak ke tempat yang lebih rendah.
Menurut Jung, keadaan psikologis juga memiliki prinsip dan hukum yang sama. Segala kekacauan yang dihadapi oleh seseorang, akan mempengaruhi psikologis seseorang untuk mengubah suatu energi yang lebih kuat ke energi yang lebih rendah dengan tujuan keseimbangan.
Misalnya seseorang yang introvert, jika ada paksaan dari luar yang memaksa ia untuk mengeluarkan sisi ekstrovertnya, maka sisi introvertnya akan diturunkan, karena tuntutan dari luar untuk mengeluarkan energi yang lebih rendah, yaitu sisi ekstrovert.
Pada kasus ini, seseorang yang terlalu tenggelam dalam sosial mulai akan merasa ada yang hilang. Kesadaran akan sesuatu yang hilang, yaitu diri sendiri, menyebabkan seseorang menjadi cemas dan berusaha menemukannya kembali. Proses ini akan membuat seseorang berusaha menurunkan hubungan sosialnya.
Hingga akhirnya persona yang superior, berusaha menurunkan posisinya menuju inferior. Itu pertanda, bahwa seseorang sudah menyadari akan keinferioran dirinya yang pribadi.
Dalam problem persona yang berlebihan ini, bila prinsip entropi ini tidak bekerja dalam psikis seseorang, ia akan merasakan kecemasan yang begitu kuat. Dalam psikologi, seseorang dengan keadaan seperti ini berpotensi mengidap Anxiety Disorder.
Sedikit tambahan, Jung menyadari, bahwa keseimbangan yang sempurna tidak mungkin terjadi dalam organisme. Sesuatu bisa bereaksi karena ada sebuah perbedaan energi yang menyebabkan tegangan. Ketiadaan sebuah tegangan, yang berarti keseimbangan sempurna, disebut entropi sempurna. Padahal organisme tidak mampu hidup tanpa adanya tegangan dari energi-energi, yang artinya organisme akan mati.
Hubungan antara Persona dan Entropi dalam Hukum Kedua Termodinamika
Dalam psikologi Jung, persona termasuk dalam struktur kepribadian dan entropi termasuk dalam dinamika kepribadian. Maka dari itu, struktur kepribadian dan dinamika kepribadian pasti saling berhubungan.
Struktur kepribadian adalah hal dasariah yang membentuk kepribadian seseorang dan dinamika kepribadian adalah sebuah potensi atau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam fenomena psikologis.
Dalam kasus ini, berarti persona yang berlebihan menyebabkan seseorang menjadi terasing dengan dirinya dan entropi sebagai suatu keadaan di mana seseorang mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya, yang itu adalah dirinya sendiri.
Penutup: Kesimpulan dan Nasihat Penulis
Kesimpulannya, kepribadian publik atau persona bukanlah hal yang salah, namun jika kita berlebihan dalam menggunakan topeng tersebut, kita bisa terasing dengan diri kita sendiri.
Sosial mampu mengontrol pribadi kita, hingga dapat membuat kita menjadi manusia yang tidak memiliki prinsip. Kita bisa menjadi orang plin plan atau selalu cemas, karena kita hanya mengikuti masukan atau tuntutan dari orang lain, yang padahal kita sebenarnya tidak nyaman dengan semua ini.
Kita bagaikan air yang mengalir dan mengikuti kemanapun arus itu membawa kita. Tanpa mengetahui apa tujuan kita sebenarnya.
Maka dari itu, mari kita sebagai manusia sebaiknya pulang kembali pada siapa diri kita sebenarnya. Menyendiri dan merenunglah agar kita paham siapa diri kita sebenarnya.
Sedikit tambahan sebagai penutup, kita sebagai manusia pasti mengharapkan keseimbangan, namun walaupun begitu, harapan kita akan keseimbangan sebenarnya berasal dari ketidakberaturan yang kita hadapi.
Ketidakterimaan kita akan ketidakberaturan ini membuat kita cemas. Namun, kecemasan ini bisa sedikit kita tenangkan dengan cara menerimanya dengan sikap ikhlas.
Jadi, mari kita terima segala ketidakberaturan ini, dan hidup bersama ketidakberaturan. Gunakanlah persona secara bijak, tanpa mengasingkan diri kita. Hingga akhirnya kita berakhir dalam entropi sempurna, yaitu meninggal dunia.