Resensi naskah drama judul Manufaktur Anatomi Kera
Identitas karya
Judul Naskah : Manufaktur Anatomi Kera
Penulis : Gulang Satya Pangarso
Sinopsis
Manufaktur Anatomi Kera bercerita tentang bagaimana manusia mencoba mendominasi segala hal sampai akhirnya kera pun menjadi spesies langka bahkan tinggal satu-satunya di dunia dan kebun binatang menjadi tempat untuk para manusia mencari kedamaian, tapi dengan segala keserakahannya, kebun binatang tersebut ingin diambil alih dengan dalih kepentingan bersama dan ingin mengkloning spesies kera yang tinggal satu-satunya di dunia.
Intisari karya
Naskah Mnufaktur Anatomi Kera di tulis pada tahun 2016, selesai 2017, dan di pentaskan pertama kali tahun 2018 oleh Teater Titik bandung. Naskah ini adalah isi pikiran dan kegelesisahan penulis ketika berumur 22 tahun, di mana begitu banyak kecamuk pikiran seorang muda karena banyak terjadi lompatan-lompatan pengetahuan dan pengalaman yang jauh panggang dari api, sangat berbeda dengan yang di alami penulis serap ketika remaja.
Pada akhirnya penulis menemukan Teater dan Sastra dimana penulis menganggap Teater dan Sastra adalah sebuah kesialan sekaligus keberuntungan. Penulis terinspirasi kata-kata Qohelet, sang pemikir dari Ibrani, "barangsiapa yang memperbanyak pengetahuan ia memperbanyak kesedihan". Teater dan sastra adalah initial state yang membawa penulis ke dalam sebuah medan permenungan dan pencerahan. Sejak itu penulis mempunyai kacamata lain untuk melihat dunia.
Berangkat dari Teater dan sastra kemudian penulis menjadi rajin membaca dan bertemu dengan bacaan-bacaan Filsafat. Marx dan Nietzche adalah duet maut yang cukup mempengaruhi penulis kala itu. Marx dan Nietzche keduanya saling bunuh membunuh di dalam pikiran penulis, namun dianggapnya itu adalah sebuah pertempuran yang cantik. Dari Flsafat menuju Estetika. Materialisme Dialektik mengantarkan penulis pada Betolt Brecht.
Betolt Brecht menjewantahkan materialisme dialektik di dalam teknik dramatiknya, Vermendungeffect atau efek alineasi. Sebuah upaya Brecht untuk menembus diding keempat yang menginkubasi pertunjukan-pertunjukan Teater. Brecht mengesampingkan katarsis yang menjadi tujuan utama naskah-naskah Aristotelian. Katarsis itu hanyalah menghasilkan onani emosi semata. Brecht menginginkan terjadi interaksi intelektual antara penonton dan panggung ketika dinding keempat itu dibuka.
Ketika interaksi intelektual itu tercipta, secara otomatis penonton akan berfikir rasional. Pentas harus berakhir dan mati, tetapi dia harus melahirkan pikiran-pikiran baru yang hidup. Bagi Brecht Seni bukanlah sebuah cermin dari realitas tetapi palu yang digunakan untuk membentuk realitas itu sendiri. Di dalam praktek menulis, penulis mengesampingkan katarsis itu dan mengedepankan dialektika pikiran. Singkatnya penulis tak menulis dengan hati.
Adalah Nietzche yang akhirnya mengantarkan penulis untuk melihat Beccket dan naskah-naskah. Struktur kehidupan modern tak lain adalah sebuah pola yang tak terpola, yang absurd. Realitas bukan sesuatu yang tunggal namun saling tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Bagi penulis naskah Manufaktur Anatomi Kera ini adalah sebuah terror.
Naskah ini menceritakan tentang perbandingan mana yang lebih cacat antara spiritualitas dan rasionalitas atau sebaliknya. Cerita ini diangkat dari topik yang sedang hangat mengenai penindasan, perampasan tanah, dan hak asasi manusia (HAM) .
Kelebihan
Naskah Manufaktur Anatomi Kera mengangkat topik tentang pertikaian, penindasan, perampasan tanah, hak asasi manusia (HAM). Banyak lompatan pemikiran, bayak peristiwa yang diangkat dan banyaknya isu yang ditampilkan dalam naskah ini sangat menarik untuk ditonton, dibahas dan didalami, seperti dialog tamu warung, “akan jadi episode yanng sangat panjang”.
Kekurangan
Naskah Mnufaktur Anatomi Kera memiliki kekurangan, karena banyaknya isu yang diangkat oleh penulis menjadikan tantangan tersendiri bagi pembaca dalam menemukan subtextnya, cukup sulit bagi pembaca dalam menafsirkan intisari dari naskah tersebut.
Bukan hanya itu naskah ini juga menampilkann dialog-dialog yang terlalu imajinatif yang sulit di tafsirkan, salah satu contohnya ada pada dialog Koki, “Di dunia yang penuh kesedihan ini memakan makanan lezat adalah suatu perjalanan spiritual. Oh, jiwa-jiwa yang telah di kutuk, besok matahari akan melahirkan anaknya! Di bawah sinar yang terang itu, kepala yang gelap akan menyala dan membara". Lalu di jawab oleh Jagal, "Dan surga berada di bawah susu sapi. Ketika kau mengecupnya, kau menemukan surga".
Kesimpulan
Saya perlu tekankan bahwa tulisan saya ini bukan harga mati atau sebenar-benarnya. Barangkali anda pembaca yang faham dan merasa tulisan saya kurang, saya mohon maaf, hanya ini yang bisa saya tuliskan, mungkin bagi anda sedikit isinya namun memang itu yang saya maknai dengan sederhana. Saya anjurkan kepada siapapun anda yang membaca tulisan ini untuk membaca dan menafsirkan sendiri agar dapat merasakan getaran, keasyikan, dalam membaca naskah yang sungguh menarik sekaligus filosofis ini, dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, itu tujuan saya membuat semua ini.
PENJAGA 2: Kera itu sudah tua, dan sudah sering sakit-sakitan, sebentar lagi spesies itu akan mengalami kepunahan total. Kita akan kehilangan binatang terakhir di muka bumi ini.
PENGUNJUNG 3: Astaga! Hari-hari depan yang gelap.
PENJAGA 1: Kami tak tahu lagi, sudah kehabisan akal.
PENGUNJUNG 3: Hal ini datang begitu cepat, kita harus cepat-cepat mencari jalan keluarnya. Sebelum semuanya terlambat!
PENJAGA 2: Solusi yang seperti apa lagi macamnya?
PENJAGA 1: Dari dulu kami sudah memprediksi hal-hal seperti ini.
PENGUNJUNG 3: Pasti ada caranya.
PENJAGA 2: Bagaimana?
PENGUNJUNG 3: Saya masih memikirkannya.
PENJAGA 2: Sudahlah.
PENJAGA 1: Bukannya kami sudah kehilangan harapan, mungkin memang waktunya harus terjadi.
PENGUNJUNG 3: Ah, tidak, pasti ada jalan.
Petugas 2: Jalan menuju ke mana?
PENGUNJUNG 3: Ya, jalan keluar.
PENJAGA 1: Kita ada dalam sebuah labirin.
PENGUNJUNG 3: Pokoknya besok saya akan ke sini lagi, dengan sebuah solusi.
PENJAGA 1: Ya, asal jangan membahayakan yang lain.
PENJAGA 2: Sering kali niat baik berbuah jadi jahat karena kenaifan.
Kelebihan dan kekurangan pasti ada dalam setiap yang di buat manusia, tapi apapun keadaannya kesenian harus tetap jalan. Sekian dan "matilah kita bersulang". Terima kasih sudah membaca