…karena hendak melerai penganiayaan…

Menghindari Ancaman Raja Lalim

Quran Surah ke-20, Thaa Haa, termasuk kumpulan Kalam Ilahiah yang paling lengkap mengkisahkan perjalanan hidup nabi Musa Alahi Salam.

Mulai ketika Musa masih bayi, terlindungi dalam peti kayu lalu dihanyutkan ke sungai Nil, sungai terpanjang di dunia, demi menghindari kejaran raja Firaun dengan bala tentaranya, yang membunuh setiap bayi laki-laki dari bani Israel, yang saat itu diperbudak oleh bangsa Mesir, selama Firaun berkuasa.

Lalu, Musa semasa kecil menjadi anak angkat keluarga Firaun selama lebih kurang 18 tahun tinggal bersama keluarga Firaun, dirawat oleh istri Firaun yang termasuk wanita salihah.

Semasa Musa tumbuh menjadi pria dewasa, ia tanpa sengaja membunuh seorang pengikut Firaun, dengan sekali pukulan tangan, karena hendak melerai penganiayaan yang dilakukan oleh orang yang bernasib malang itu, terhadap seorang dari bani Israel.

Kemudian Musa melarikan diri ke kota Madyan, jauh-jauh hari setelah wilayah Madyan mendapat azab oleh Tuhan, semasa nabi Syuaib, yang memperingatkan tabiat buruk penduduk Madyan yang suka mencuri takaran timbangan barang dagangan.

Lalu, Musa bertemu jodoh, menikah dan berkeluarga dengan seorang putri dari pria pemilik tanah serta perkebunan di kawasan Madyan.



…terselamatkan melalui jalan yang terbuka dari lautan…

Berkali-kali Selamat Karena Mukjizat

Suatu malam, Musa mendapat mukjizat kenabian di lembah Tuwa. Beliau bertemu Tuhan yang terlihat dalam bentuk api. Tangan nabi Musa yang bisa bercahaya dan tongkat kayu beliau bisa menjadi ular yang bergerak lincah dan gesit.

Mendapat perintah Tuhan agar bertemu Firaun, guna memberi peringatan padanya sekaligus para pengikutnya, tentang kesalahan menganggap Firaun sebagai tuhan, karena hanya ada Tuhan Yang Maha Esa, yakni Tuhan yang telah memberikan bentuk kejadian pada segala sesuatu, lalu memberinya petunjuk, maka Musa pun memohon agar sang adik, Harun, agar menjadi pendamping beliau.

Sejak itu mereka berdua menjadi nabi-nabi, para utusan Tuhan, penebar Kalam-Kalam Ilahi pembimbing perikehidupan berakhlak mulia bagi manusia di bumi.

Bertemu dengan Firaun yang tak juga mau percaya akan adanya keberadaan Tuhan, lalu menantang nabi Musa dan nabi Harun untuk bertemu para pesihir terbaik Mesir.

Bertobatnya para pesihir Mesir dan mengakui keberadaan Tuhan, setelah kekuatan sihir mereka, atas ijin Tuhan, dikalahkan oleh nabi Musa, saat tongkat sang nabi berubah wujud menjadi ular nyata dan melahap tali-temali serupa ular tipuan para pesihir.

Dikejarnya bani Israel yang dipandu oleh nabi Musa dan nabi Harun oleh Firaun dan tentaranya hingga mencapai tepi laut. Atas ijin Tuhan pula, nabi Musa, nabi Harun dan bani Israel terselamatkan melalui jalan yang terbuka dari lautan, menyebrang menuju gunung Sinai.

Sementara Firaun dan bala tentaranya yang datang belakangan, tergulung ombak laut yang terbelah.

Bertemunya nabi Musa dengan Tuhan dalam wujud suara saat bermunajat di gunung Sinai, yang mengabarkan bahwa bani Israel terhasut menyembah patung anak sapi yang bisa melenguh, atas perbuatan seorang pria bernama Samiri.

Diusirnya Samiri dari bani Israel yang mengimani ajaran nabi Musa. Sementara itu, Samiri hanya bilang; "Jangan menyentuh ku."

Hingga, nabi Musa dan nabi Harun melanjutkan perjalanan mendampingi bani Israel menuju tanah harapan yang diberkahkan Mann dan Salwa.



…bakal mengalami bagaimana orang-orang terdahulu berkesudahan…

Agar Manusia Terhindar Dari Siksa Tuhan

Nabi Musa Alahi Salam yang juga menjadi nabi mendapat gelar Kalimullah, karena mendapat karunia bisa mendengar langsung Firman Tuhan tanpa perantara sang malaikat pembawa wahyu, Jibril.

Kisah-kisah nabi Musa AS paling banyak disebut dan diulang dalam Al Quran. Menggurat hikmah, menuai inspirasi tentang kesabaran beliau yang luar biasa, agar menjadi teladan bagi orang-orang Muslim, yakni orang-orang yang berserah diri, dalam berperilaku menebar kebaikan bagi seisi bumi.

Satu lagi kisah nabi Musa AS yang sangat inspiratif dan tak terulang pada surah-surah sebelum pun setelahnya, yakni perjalanan beliau saat menimba ilmu pengetahuan kepada sosok pria saleh bernama Khidr, sebagaimana tersurat dalam Al-Kahf, surah ke 18 Al Quran. 

Berisi Kalam-Kalam Ilahi yang memberi makna akan pentingnya bersabar dalam menilai suatu niatan, hingga sang pelaku yang berhati saleh tersebut ternyata memiliki niatan yang baik dan tulus.

Para nabi, utusan-utusan Tuhan memang telah mendapat amanahNya sebagai pemberi peringatan bagi manusia, tentang arti penting mengakui keberadaanNya, lalu mematuhiNya.

Jika tidak, niscaya manusia bakal mengalami bagaimana orang-orang terdahulu berkesudahan karena siksaan dunia, sebagai akibat berbuat ingkar kepadaNya, mengabaikan peringatan para utusanNya.

Dalam guratan Kalam-KalamNya, maka Tuhan memberi hikmah bagaimana orang-orang yang mengabaikan ajakan nabi Nuh berakhir tenggelam, saat banjir bandang melanda seantero bumi.

Lalu, seolah tak menghargai hikmah dalam Kalam-KalamNya yang disampaikan oleh para nabi, siksa dunia, azab terulang dan terulang lagi. 

Bagaimana kaum Ad, Tsamud, Aikah, Madyan, Rass, Tubba’, Sodom, juga Firaun beserta pengikut dan bala tentaranya, binasa memilukan karena perbuatan mereka yang menjauhi perintah-perintahNya, yang telah diingatkan oleh para nabi.

Bahkan, Tuhan pun berfirman bahwa Dia amat mudah mengganti kaum dengan kaum lainnya apabila Dia menghendaki. Suatu ketetapan yang menyuratkan betapa mudahnya manusia bakal binasa oleh karena azab, apabila Dia murka.

Hingga, tiba nabi Muhammad Salallahu Alahi Wassalam, sosok nabi terakhir yang menjadi utusanNya, yang menjadi pemberi peringatan terakhir bagi orang-orang yang berserah diri, agar manusia seisi bumi selamat dari azabNya, hingga akhir waktu nanti.

Semoga kita semua meneladani sikap dan perbuatan orang-orang terdahulu yang saleh.

Agar selamat selama hidup dunia, hingga kelak tiupan Sangkakala terdengar dan menjadi pemegang catatan-catatan kebaikan saat hari pengadilan tiba, di akhirat.


Bahan bacaan menginspirasi tulisan;

  • Quran Surah ke-20 Thaa Haa
  • Quran Surah ke-70 Al-Ma’arij