Di tahun 2022, Indonesia memegang Presidensi Group of Twenty (G20), yakni forum kerja sama antara 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Periode Presidensi G20 Indonesia berjalan selama satu tahun, mulai dari 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.

Presidensi G20 Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger" sebagai semangat pulih bersama dari krisis ekonomi global akibat pandemi. Tema ini diambil dengan pertimbangan bahwa dunia masih dalam tekanan akibat pandemi COVID-19, memerlukan suatu upaya bersama dan inklusif, dalam mencari jalan keluar atau solusi pemulihan dunia.

Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G20) di Bali resmi ditutup oleh Presiden Joko Widodo. KTT G20 sukses digelar di Bali selama dua hari pada tanggal 15 dan 16 November 2022.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali tersebut, menghasilkan output berupa dokumen Deklarasi Pemimpin G20 Bali atau G20 Bali Leaders Declaration yang disepakati oleh seluruh pimpinan negara yang hadir.

Presiden juga menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh tamu undangan yang hadir karena telah memberikan fleksibilitasnya sehingga KTT G20 dapat berjalan dengan baik dan G20 Bali Leaders Declaration dapat disepakati dan disahkan.

Selama dua hari pelaksanaan KTT G20, terdapat 52 paragraf deklarasi yang disepakati dan disahkan sebelum pemberian tongkat estafet Presidensi G20 dari Presiden Joko Widodo kepada Perdana Menteri India Narendra Modi.

Negara-negara G20 berdiskusi tentang dampak perang Ukraina terhadap kondisi perekonomian global dan dalam deklarasi tersebut menggunakan istilah ‘agresi Rusia’ dan terdapat seruan agar Rusia segera mundur dari wilayah Ukraina.

Dalam penyusunan deklarasi tersebut, diskusi mengenai resolusi terhadap perang di Ukraina berjalan sangat pelik di mana perang di Ukraina telah mengakibatkan penderitaan masyarakat dan memperburuk kondisi perekonomian global yang masih tidak stabil akibat pandemi COVID-19 yang menimbulkan risiko terhadap krisis di berbagai sektor, seperti sektor pangan, sektor energi, dan sektor finansial.

"Diskusi mengenai perang Ukraina diwarnai perdebatan yang sangat-sangat alot sekali hingga akhirnya para pemimpin G20 menyepakati isi deklarasi, yaitu condemnation perang di Ukraina karena telah melanggar batas wilayah dan melanggar integritas wilayah," ucap Presiden Joko Widodo.

Selain itu, G20 Bali Leaders Declaration juga memuat tentang penguatan multilateralisme dalam kerja sama ekonomi global, seperti arsitektur keuangan dan kesehatan global.

Menurut Presiden Joko Widodo, KTT G20 Bali juga telah menghasilkan concrete deliverables, yang berisi daftar proyek kerja sama antarnegara anggota G20 dan undangan. Proyek kerja sama tersebut bertujuan membantu mewujudkan kerja G20 yang lebih dekat dengan rakyat.

“G20 memastikan manfaat yang diterima tidak saja untuk anggotanya, namun juga bagi seluruh negara di dunia, dan utamanya negara-negara berkembang. Let us recover together, recover stronger,” kata Presiden Jokowi.

Mulai dari transformasi digital hingga langkah-langkah menghadapi perubahan iklim, menciptakan ketahanan pangan dan energi hingga tekad mewujudkan pandemic fund, dan bantuan untuk negara miskin guna mendorong pencapaian tujuan masyarakat dunia melalui peningkatan upaya dan komitmen di berbagai sektor.

Terciptanya pandemic fund telah terkumpul sebesar 1,5 miliar dolar AS. Kemudian, pembentukan dan operasionalisasi resilient and sustainability trust di bawah Dana Moneter International (IMF) sebesar 81,6 miliar dolar AS untuk membantu negara-negara yang sedang menghadapi krisis ekonomi.

"Kemudian juga energy transition mechanism, khususnya untuk Indonesia, mendapatkan komitmen dari Just Energy Transition Programme (JETP) sebesar 20 miliar dolar AS," ungkap Presiden Jokowi.

Para pemimpin negara G20 yang hadir sepakat untuk mempercepat dan memastikan transisi energi yang berkelanjutan, terjangkau, adil, dan investasi inklusif. Bali Compact dan Peta Jalan Transisi Energi Bali juga disepakati sebagai panduan untuk mencari solusi mencapai stabilitas pasar energi, transparansi, dan keterjangkauan.
Di samping itu, dihasilkan juga kesepakatan bersama, yaitu setidaknya 30 persen dari daratan dunia dan 30 persen lautan dunia akan dilindungi di tahun 2030.

"Kesepakatan ini sangat bagus, sekaligus melanjutkan komitmen mengurangi degradasi tanah sampai 50 persen di tahun 2040 secara sukarela. Saya kira hasil yang konkret itu, meskipun banyak sekali sebetulnya hasil-hasil yang lainnya," tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa Presidensi G20 Indonesia dimulai dengan harapan untuk menyatukan niat bersama dalam mewujudkan pemulihan kondisi dunia yang inklusif dari pandemi di berbagai sektor.

Untuk mewujudkan harapan tersebut, Indonesia berprinsip pada upaya memperkuat lingkungan kemitraan, mendorong produktivitas, meningkatkan ketahanan dan stabilitas, memastikan pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif, serta kepemimpinan kolektif global yang lebih kuat.

Selain mengupayakan berbagai hal tersebut, rangkaian kegiatan Presidensi G20 Indonesia di Bali juga mampu memberi dampak positif untuk perekonomian nasional. Salah satunya ditunjukkan dengan laju ekonomi nasional pada dua kuartal terakhir yang tumbuh impresif dan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di sejumlah kota tempat penyelenggaraan KTT G20 tersebut.