Sering kita jumpai penjual gorengan di pinggir jalan yang menggunakan kertas bekas sebagai pembungkusnya. Tetapi apakah kemasan tersebut layak digunakan sebagai pembungkus makanan?
Bagaimana dengan popcorn dan soda yang kamu beli saat sedang menonton film di Bioskop? Apakah kamu yakin bahwa kemasan tersebut aman? Dari mana bahan baku kemasan tersebut berasal dan bagaimana proses pembuatannya?
Ada berbagai macam makanan dan minuman dengan beraneka ragam cara pengemasan. Bentuknya bisa bermacam- macam, seperti paper cup, paper tray, dan lunch box.
Kemasan makanan dan minuman tersebut juga dibuat sedemikian rupa dengan desain dan warna yang unik untuk menambah nilai jual produk tersebut. Namun, itu semua tidaklah cukup. Kemasan tersebut juga harus aman.
Senin 25 Februari 2019, Qureta beserta tim dari APP Sinar Mas berkunjung ke PT Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk Serang Mill.
Kami mengunjungi bagian printing atau lebih tepatnya Offset Finishing dan Press & Varnish Section, bagian dari PT Indah Kiat yang memproduksi kemasan makanan dan minuman berlabel Food Grade yang berarti materialnya layak dipakai untuk memproduksi kemasan makanan.
Suatu kemasan dianggap Food Grade apabila materialnya tidak memindahkan atau mentransfer zat-zat berbahaya dan beracun ke makanan yang kita makan.
Selain berlabel Food Grade, kemasan yang diproduksi di sini juga berlabel Halal, baik dari bahan baku maupun dari proses produksi. Bagian ini juga sudah menerapkan ISO 22000 mengenai Food Safety dan HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point).
Disambut oleh Pak Siswo selaku HSE dari bagian printing, kami diajak berkeliling untuk melihat proses pembuatan kemasan berlabel Food Grade dan Halal.
Proses pembuatan kemasan ini dimulai dari kertas yang berasal dari Departemen Paper Machine B yang memproduksi kertas White Grade. Khusus untuk produk kemasan ini, bahan bakunya tidak menggunakan waste paper, melainkan virgin pulp.
Proses berawal di bagian Design Printing yang membuat contoh desain, pola, dan pemilihan warna sesuai dengan keinginan customer. Pihak desain akan membuat 3 sampel yang nantinya akan menjadi range untuk dicetak, yaitu minimal, standard, dan maksimal. Range tersebut nantinya akan menjadi acuan apakah sampel tersebut layak atau reject.
Proses selanjutnya menggunakan mesin Offset untuk mencetak warna pada kertas. Operator akan mengambil sampel dan melakukan pengecekan warna pada sampel tersebut dengan menggunakan System Control Electric atau mereka biasa menyebutnya meja QC. Alat ini berfungsi untuk membandingkan warna dari sampel hasil keluaran mesin Offset dengan sample yang menjadi range.
Di bagian printing sendiri memiliki 7 unit mesin Offset dengan target 500.000 sheet/day.
Proses berikutnya adalah proses coating menggunakan mesin Varnish. Tujuan dari coating ini adalah untuk melapisi kertas agar nantinya kertas yang akan digunakan sebagai kemasan makanan tersebut menjadi oil/grease proof.
Kemasan tersebut juga mampu tahan ketika dipanaskan di dalam microwave dengan suhu 175°C selama ±2 menit. Selain itu, kemasan tersebut juga mampu tahan ketika diletakkan di dalam lemari pendingin.
Setelah proses coating selesai, proses selanjutnya adalah memotong pola sesuai dengan desain menggunakan mesin Die Cut. Mesin akan memotong pola secara otomatis sesuai dengan pola yang dibuat oleh pihak desain.
Setelah pola terpotong, kemudian hasil potongan dari pola tersebut masuk ke mesin Folder Gluing untuk selanjutnya siap dikemas. Selama menunggu proses pengiriman ke customer, kemasan-kemasan tersebut akan disimpan di gudang khusus Food Grade.
Dilansir dari Harian Ekonomi Neraca, pangsa pasar produk pangan olahan berkemasan di Indonesia tumbuh mencapai 22,4 miliar USD pada 2013. Hal itu disebabkan oleh perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat, terutama di kota-kota besar.
Sedangkan menurut McKinsey Global Institute, diperkirakan terjadi peningkatan jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia dari sekitar 45 juta penduduk di tahun 2012 menjadi sekitar 135 juta penduduk di tahun 2030.
Masyarakat kelas menengah memiliki daya beli yang lebih tinggi serta kesadaran yang lebih tinggi pula terhadap kualitas produk yang mereka beli. Peningkatan tersebut dapat menjadi peluang serta akan berpengaruh terhadap permintaan akan kemasan pangan, khususnya kemasan Food Grade Paper.
Seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah, bukan tidak mungkin jika ke depannya masyarakat akan beralih ke kemasan Food Grade.
Saat ini penggunaan kemasan makanan berbahan dasar kertas paling banyak digunakan. Penggunaan Food Grade Paper ini menjadi opsi kemasan makanan selain penggunaan plastik dan styrofoam karena sifatnya yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang.
Kemasan bisa menjadi nilai tambah bagi suatu produk. Desain dan warna yang unik bisa menjadi cara pemasaran yang efektif. Namun, itu semua harus berbanding lurus dengan keamanannya.