Gumpalan awan hitam menutupi langit bumi Batulayar, sang purnama tidak bisa menunjukkan kekuasaannya pada sang malam.

Sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan, kekuasaannya ditelan Sang kolonial, kekayaannya di rong-rong elit imprealisme. "kaya tidak bisa menikmati" ucapan para pendahulu kita.

Soekarno sebagai seorang revolusioner muncul membawa cahaya harapan untuk bangsa Indonesia, dia dengan para pejuang merebut setitik cahaya kemerdekaan dari para penjajah.

Ir. Soekarno atau yang sering dipanggil dengan Bung Karno lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai. 

Ayah Bung Karno adalah seorang pengajar. Raden Soekemi berjumpa dengan Ida Ayu ketika dia mengajar di Sekolah Dasar Pribumi Singaraja, Bali.

Di hadapan para pemimpin organisasi politik, masyarakat, dan militer di istana negara Soekarno menyuarakan konsepsinya pada tanggal 21 Februari 1957, beliau mengatakan " negara ini telah menggunakan sistem pemerintahan jenis demokrasi ala barat yang sangat tidak sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia dan merupakan barang impor bagi bangsa Indonesia. 

Negeri ini seharusnya mengacu kepada jenis demokrasi yang telah dipakai di desa-desa Indonesia pada zaman dahulu, yaitu demokrasi yang langgeng seperti gunung, demokrasi yang telah digalinya dari khazanah rakyat". Dan ucapan yang keras ia lontarkan" rombak sampai ke akar-akarnya".

Dalam gagasan yang beliau sampaikan Soekarno sangat menginginkan Indonesia menerapkan demokrasi terpimpin. Walaupun terpimpin namun tetap dengan demokrasi. 

Demokrasi yang mekanismenya , Pemimpin mendengar pendapat dari berbagai pihak (sebagai bukti adanya demokrasi kata Soekarno), dan kemudian pemimpin mengeluarkan kebijakan berbentuk keputusan atau mengajak pihak-pihak itu bermusyawarah. Ketika suatu permasalahan menemukan jalan buntu, maka penyelesaiannya di serahkan kepada presiden. 

Soekarno, menerangkan arah yang dituju dengan demokrasi terpimpin dalam sebuah pidatonya yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita", dan dikenal dengan "manipol" (manifestasi politik). Dia bacakan pidato ini pada tanggal 17 Agustus 1959.

Pidato tersebut juga berisi tentang telah dibentuknya lembaga-lembaga baru untuk mendukung terciptanya tujuan demokrasi terpimpin. Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Pertimbangan Agung Sementara, Dewan perancang Nasional, dan Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara, serta akan membentuk Front Nasional. 

"pada tahun 1956 , Indonesia telah memasuki tahap ketiga revolusi yaitu revolusi sosial ekonomi , masyarakat yang adil makmur, tentram, sejahtera, dan melenyapkan imperialisme serta mencapai dasar-dasar bagi perdamaian dunia". Ucap Bung Karno dalam pidatonya tersebut. Hal ini sebagai tujuan jangka panjang dari revolusinya. 

Tujuan jangka pendek yang di usulkan Soekarno dalam pidatonya tersebut adalah "ketersediaan sandang pangan, keamanan, dan melanjutkan perjuangan anti Imperialisme, serta mempertahankan kepribadian Indonesia di tengah-tengah tarikan-tarikan ke kanan dan ke kiri".  

Ashad Kusuma Djaya dalam buku yang berjudul Soekarno Perempuan & Revolusi, ada tujuh modal yang disebutkan Soekarno untuk mencapai tujuan revolusi bangsa Indonesia yang telah dimiliki yaitu:

"Pertama, Undang-Undang Dasar 1945 dan Jiwa Revolusi 1945. Jiwa ini menurut Soekarno tidak lahir-kembali begitu saja dengan Dekrit 5 Juli, tetapi masih harus dipupuk terus dan dikembangkan-lagi. 

Kedua, hasil dari pikiran dan keringat rakyat sejak tahun 1945 yang berupa hasil material, maupun yang berupa tenaga-tenaga baru, kader-kader baru, dan lain sebagainya. 

Ketiga, makin bertumbuh nya kekuatan ekonomi yang menjadi milik nasional atau di bawah pengawasan nasional. Keempat, angkatan perang yang makin Lama makin kuat. 

Kelima: wilayah kekuasaan negara kesatuan Republik Indonesia yang luas dan letaknya strategis dengan jumlah rakyat yang banyak sekali. Keenam, kepercayaan pada kemampuan dan keuletan bangsa sendiri. Dan yang ketujuh adalah kekayaan alam Indonesia".

Soekarno selaku panglima tertinggi negara Indonesia untuk tercapainya revolusi melakukan retooling di semua kalangan, mengganti kekuatan-kekuatan yang tidak sesuai dengan pikiran-pikiran demokrasi terpimpin dengan yang mendukung. Retooling dilakukan di eksekutif, lapangan ekonomi, lapangan politik, dan bagian kemasyarakatan.

Gagasan revolusi demokrasi terpimpin Soekarno setelah perjuangan lama akhirnya bisa di terapkan di Indonesia, namun tidak lama karena Soekarno tidak terlalu lama memimpin Indonesia. Gagasan hilang seiring kariernya semakin melemah.

17 Agustus 1960, dalam pidato yang berjudul “Jalannya Revolusi Kita: Laksana Malaikat Menyerbu Langit”

Soekarno menyatakan bahwa politik luar negeri Indonesia diarahkan untuk menegakkan persahabatan dengan seluruh bangsa dan untuk menjamin perdamaian dunia. Bung Karno menyebut arah politik ini adalah politik “non-blok”, dengan menandaskan ketidakbenaran sebutan netral.

“Kami tidak ‘netral’, kami bukanlah orang-orang yang hanya melihat peristiwa-peristiwa yang berlangsung di dunia,” ucapnya.

Pergerakan untuk mewujudkan sebuah revolusi tidak ada yang berjalan sesuai keinginan, yang tidak mendukung pasti banyak, penolak tetap ada, bahkan karena gagasan revolusi kita harus siap mengorbankan nyawa . Begitu juga yang di alami Soekarno, dalam mewujudkan revolusi Indonesia.

Tidak satupun kelompok yang menjadi pendukung demokrasi terpimpin yang di usulkan Soekarno, hanya PKI yang mendukung. PKI mendukung bukan tanpa alasan, namun ingin mendapatkan perlindungan dan dukungan pemerintah.

Menjadi seorang yang membawa revolusi dalam tatanan negara, kita harus siap dipinggirkan, dikucilkan, dicaci maki, dan dimusuhi bahkan nyawa-pun siap dikorbankan. Sebab revolusi menuntut perjuangan dan pengorbanan yang besar. Kalau kata orang bijak " menjadi orang baik itu mudah cukup dengan diam, memindahkan batu di jalan. 

Namun menjadi pejuang harus siap dibenci, dimusuhi dan berkorban jiwa raga". Karena mewujudkan revolusi tidak semudah membalikkan telapak tangan. 

Sudah selayaknya kita generasi muda hari ini untuk menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia. Sebab negara ini terbentuk dengan pertumpahan darah para pejuang.