Hari ini, saya teringat dengan sebuah video di Youtube sukses daily yang saya nonton pada tahun 2021 lalu. Sebuah video yang mengubah mindset berpikir saya setelah buku Api Tauhid karya Habiburahman El-sirazy. Itu adalah hari, di mana saya kehilangan inspirasi untuk belajar. Tidak mau melakukan apa-apa, dan hanya ingin rebahan dan bermain media social.
Lalu, saya iseng menonton video di Youtube secara random. Awalnya saya ingin mengembalikan mood belajar dengan mengklik video-video motivasi berbahasa inggris, sok-sokan dikitlah. Dan ketemulah salah satu video diantara semua video itu dengan thumbnail “Anak muda perlu mendengar hal ini”. Di bawah tulisan tersebut tertanda Simon Sinek, dengan menampakan seorang laki-laki kharismatik di samping tulisan tadi.
Belakangan saya tahu, bahwa laki-laki yang bernama lengkap Simon Oliver Sinek ini adalah juga penulis buku “Star With Why: How Great Leaders Inspire Everyone to Take Action”. Dengan banyaknya alasan, saya sepakat bahwa dia adalah seorang inspirator hebat yang patut didengar atau dibaca setiap kata-katanya.
Akhirnya, saya menonton video tersebut. Itulah yang menggetarkan hati saya untuk kembali menyadari tujuan dan cita-cita besar saya. Ia memberikan wejangan tentang lima aturan kecil yang perlu kita ikuti sebagai anak muda yang kaya akan mimpi dan harapan. Itu yang membawa kembali mood saya yang hilang.
Jika saat ini, kamu juga kehilangan inspirasi seperti yang saya alami, coba baca tulisan ini. Karena ini adalah resep yang sama yang saya dapat dari Simon Sinek. Kalau sudah, come on, take your action! And follow the rules. Skuy lihat lima aturan kecil tersebut.
Bagaimana Mengejar Tujuan
Ia mengawali dengan cerita saat berolahraga lari di sentral park bersama temannya, mereka biasanya mendapat sesuatu yang gratis oleh penyelenggara. Ia lalu mengajak temannya untuk mengambil sesuatu itu, tapi temannya selalu beralasan karena antrian yang cukup panjang.
Dari sini, ia belajar satu hal. Dalam mengejar sebuah tujuan, ada dua pandangan manusia. Pertama, mereka yang melihat tantangan. Dan kedua, mereka yang hanya melihat tujuan. Orang yang melihat tantangan, akan merasa malas untuk menggapai tujuan, sementara orang yang melihat tujuan, akan berusaha meski melewati banyak tantangan.
Saat itu, saya berada di fase pertama, yaitu hanya melihat tantangan. Akhirnya ingin menyerah dan tidak mau melakukan apa-apa. Sementara di luar sana, ada banyak orang yang terus mengimprove diri mereka untuk mencapai tujuan. Dan ada banyak orang yang mati-matian belajar, berdo’a dan mengasah skill mereka untuk mencapai tujuan.
Sementara saya, hanya berada dalam kamar, duduk disudut kamar seperti Nietzsche dan mencaci diri sendiri lalu menyalahkan keadaan. The rule is, kamu tidak bisa memaksa orang lain untuk melihat tujuan mereka, tapi kamu bisa mengendalikan dirimu untuk mencapai tujuanmu. Dengan caramu sendiri.
Bagaimana Melihat Masalah dan Tanggung jawab
Terkadang, sebuah masalah yang terjadi pada dirimu, tidak selalu berasal dari luar. Kamu lah masalah tersebut, tapi kamu tidak menyadarinya. Tanpa berpikir panjang, kamu menyalahi keadaan, mengutuk Tuhan dan bahkan mengambil jalan negative yang merugikan dirimu sendiri.
Padahal, kalau kamu mau berpikir jernih dan melihat kembali dirimu, kamu akan menemukan masalahmu. Bertanyalah pada dirimu, kenapa kamu melakukan kesalahan, bagaimana kamu mengatasi kesalahan itu, dan apa yang harus kamu evaluasi atas masalahmu. Lalu bertanggung jawab atas masalahmu sendiri.
Kamu bisa menerima pujian orang lain, tapi kenapa kamu tidak bisa menerima masalahmu sendiri dan bertanggung jawab atas masalah itu? Lakukan itu dengan seimbang, dan bertanggung jawablah. Karena hanya kamu yang tahu masalahmu.
Peduli pada Sesama
Tentu kamu sudah tahu, bahwa sebuah tujuan yang dilakukan dengan kerjasama akan memudahkan dirimu sendiri dan orang lain untuk mencapai tujuan tersebut. Menyadari bahwa kita punya keterbatasan adalah seni paling ampuh untuk tetap rendah hati. Dengan begitu, kamu membutuhkan orang lain, dan sebelum kamu mendapatkan sikap peduli dari orang lain, pedulilah dulu pada orang-orang di sekitarmu.
Kalau kamu menemukan dirimu dikalahkan pada kelebihan secara fisik dan intelektual, selami dirimu dalam-dalam dan temukan energy rasa peduli. Ungguli mereka dalam hal kepedulian, karena mereka yang menjadi hebat tidak melulu tentang kecerdasan dan goodlooking tapi juga soal seberapa jauh kamu saling peduli untuk saling membantu satu sama lain. Itu aturan nomor tiga.
Mendengar Sebelum Berbicara
Simon, memulai pelajaran ini dengan studi kasus Nelson Mandela yang dianggap sebagai pemimpin paling hebat secara umum. Ketika ditanya bagaimana bisa? Nelson mengatakan, ia belajar dari ayahnya. Ayahnya adalah seorang kepala suku, setiap pertemuan kepala suku, ada dua hal yang ia ingat dari ayahnya. Pertama, membiarkan orang lain berbicara lebih dulu. Kedua, ayahnya berbicara paling terakhir.
Pelajarannya, kamu perlu mendengar pendapat orang lain lebih dulu sebelum kamu berbicara. Ini akan menguntungkanmu dalam dua hal, pertama; mereka merasa didengarkan. Kedua; kamu bisa mendapatkan manfaat dari apa yang mereka katakan.
Maka ketika kamu sudah mendengarnya dan setuju, jangan menganggukan kepala. Dan ketika kamu tidak setuju, jangan menggelengkan kepala. Cukup terima semua pendapat itu dan yang harus kamu lakukan adalah bertanya, kenapa pendapat itu bisa keluar? Agar kamu bisa memahami mereka. Baru lah mulai berbicara.
Jadi, berlatihlah menjadi yang paling terakhir berbicara! Itu yang dilakukan Nelson Mandela.
Menyadari Bahwa Semua Keistimewaan Hanyalah Titipan
Dengan merasa diri tidak ada apa-apanya, kamu akan belajar bersyukur pada semua hal. Menerima dengan batin terbuka dan menjalankannya dengan damai. Kamu harus sadar, bahwa keistimewaan yang orang berikan padamu, itu bukan untuk dirimu, tapi pada apa yang melekat padamu. Sehingga, jika sewaktu-waktu sesuatu itu hilang, kamu tidak akan kaget lagi.
Kamu harus sadar, bahwa kamu layak mendapatkan perlakuan yang sama dengan orang lain. Bukan karena kamu lebih cerdas, punya jabatan, dan keistimewaan lain, lantas mau diperlakukan istimewa.
Belajarlah untuk tetap bersyukur dan mengerti, bahwa kamu bukan siapa-siapa dan apa yang orang lain semat-hormat padamu adalah titipan sementara yang akan hilang pada waktunya nanti.
Itulah pidato Simon Sinek yang menampar saya untuk bangkit kembali dan menyadari banyak kesalahan yang sudah saya lakukan. Sehingga menjadi kilas balik untuk menemukan gairah belajar dan konsisten menggapai tujuan dan cita-cita saya. Kamu juga perlu menemukan gairah itu! Jangan mati tanpa semangat hidup!
Dan setelah saya keluar dari kamar, saya menemukan tulisan ini “A dream becomes reality, only when action is taken”.
Salam!