Senja yang kita nikmati selalu membawa mata kita pada mereka yang memulung sampah; pada mereka yang nampak bahagia bisa makan hari itu. Adalah seorang pemulung yang nampak bahagia menikmati hasil dari sampah-sampah plastik yang berhasil dikumpulkan dan dijualnya. Adalah beberapa bocah kecil yang tampak bahagia menikmati jajan di tangan dengan isi kepala yang penuh dengan pertanyaan, “Apakah jualan ini bisa habis hari ini?”

Aku selalu bertanya tentang dirimu, mengapa senja yang harus kau kagumi. Bukankah yang paling kita butuhkan adalah pagi untuk mengawali semuanya. Aku bahkan pernah berkata padamu, “Pagi adalah tentang kesempatan hidup yang baru.”

Dan Aku hanya menebak, mungkin setiap pagi adalah kecemburuanmu pada merdunya suara burung dan rasa malumu pada kilauan mentari. Atau mungkin pagi adalah tentang beberapa senyum yang hilang darimu karena dicuri oleh gelapnya malam.

Untuk segala hal yang membuatmu tersenyum, Aku tak melarangmu mengagumi senja. Bahkan Aku siap menemanimu di setiap senja. Dengan begitu, Aku akan tahu seberapa indahnya senja sehingga membuat dirimu begitu menikmati dan menceritakannya dengan bangga kepadaku.

Awalnya semuanya terasa sulit bagiKu. Diriku menjadi orang yang teramat kaku di hadapan dirimu dan senja. Aku tak tahu apa yang bisa Kunikmati dari senja. Mungkin sebelum semuanya berubah menjadi jatuh cinta, di hadapan senja Aku hanya mengagumi senyummu. Mendengar semua cerita-ceritamu dan kadang tak setuju dari apa yang kau katakan.

Seiring berjalannya waktu, Kau telah mengubahku; Aku yang dulu tak mencintai senja, berubah menjadi seorang pencinta senja. Dan bersamaan dengan itu, Aku tak pernah berubah menjadi seseorang yang mencintai Fajar.

Setiap senja yang kita lewati adalah tentang apa yang kita ceritakan. Kau bercerita tentang apa yang selalu kau rasakan dan Aku bercerita tentang apa yang Kubaca. Tidak ada di antara kita yang memonopoli percakapan. Sampai-sampai Aku tak habis pikir, mengapa semuanya menjadi lebih indah untuk diceritakan?

Setiap senja yang kita lewati adalah segala hal yang selalu berbeda. Selalu ada kisah yang terekam jelas. Adakalahnya ada seseorang duduk sendiri sedang di saat yang sama, dua orang duduk bersama. Bahkan ada yang lebih mengherankan dari ini; ketika dua orang hanya teramat bisu dengan egonya masing-masing. Kita tak mengerti, mengapa momen indah tak selamanya disambut dengan meriah?

Sudahlah lupakan tentang itu biarkan mereka menikmati senja dengan caranya sendiri, itu inginku. Bukankah antara kita yang menikmati senja ada mereka yang sulit menikmati waktu?

Senja yang kita nikmati selalu membawa mata kita pada mereka yang memulung sampah; pada mereka yang nampak bahagia bisa makan hari itu. Adalah seorang pemulung yang nampak bahagia menikmati hasil dari sampah-sampah plastik yang berhasil dikumpulkan dan dijualnya. Adalah beberapa bocah kecil yang tampak bahagia menikmati jajan di tangan dengan isi kepala yang penuh dengan pertanyaan, “Apakah jualan ini bisa habis hari ini?”

Setiap senja yang kita lewati, mata kita selalu jatuh pada hal-hal semacam itu. Dan pada momen yang tak pernah kita lewati, mata kita selalu tertuju pada sampah-sampah di pantai yang tak pernah absen menemani kita.

Aku sadar di balik senja begitu banyak yang kecewa dengan hidup yang terasa tak adil; begitu banyak hal yang membuka realitas tentang dunia kita. Bahkan kita akan selalu pada kesimpulan bahwa ada yang tak adil dari hidup, ada yang keliru dalam hidup ini. Dan dari kesimpulan itu, ada harap tentang dunia yang ingin kita ubah di masa depan.

Dibalik harap itu, kita selalu bertemu dengan keraguan. Kita selalu ragu dengan dunia yang sulit bahkan kita tidak pahami. Meski demikian ada saatnya kita membutuhkan keraguan untuk mencapai sebuah pembuktian; untuk memahami dunia yang tak mudah untuk dipahami.

Ya… Dunia memang tak mudah untuk dipahami. Sama seperti dirimu. Aku tak tahu dan sulit memahami, mengapa kau begitu mencintai senja?

Namun, begitulah hidup. Pada akhirnya kita akan mendapatkan jawaban dari segala yang kita tanya. Aku berani bertaruh. Buktinya, bersamamu hal-hal kecil telah kupahami meski itu hanya awal untuk sebuah langkah yang teramat jauh. Segala alasan yang membuat kita mencintai senja, akhirnya telah kita pahami dan temukan.

Bahwa ada keadilan yang diperkosa dan berteriak memanggil bantuan kita; Bahwa ada hal-hal kecil yang harus disyukuri. Dan yang terpenting adalah setiap senja yang kita lewati; bersamaan dengan itu rasa kemanusiaan kita harus terus tumbuh.

Aku ingin orang yang sederhana sepertimu, untuk sebuah perjalanan yang jauh. Kau sederhana untuk segala langkah yang selalu tak pasti. Kesederhanaanmu adalah kompas untuk meyakinkanku bahwa arah itu adalah dirimu. Dan dirimu adalah rumah yang selalu Aku tuju. Tanpamu Aku hanyalah seorang yang berjalan tanpa arah di jalan yang sunyi.

Setiap kepulangan kita selepas senja adalah hal yang tak selalu kita relakan. Ada hal yang belum selesai dari senja. Apa itu? Dan Mengapa waktu begitu cepat berlalu tanpa kita sadari? Apakah itu karena senja yang kita lewati teramat indah atau segala yang kita ceritakan begitu menyenangkan untuk didengarkan? Setiap kepulangan kita adalah perihal tanya yang tak bisa kita jawab.

Aku hanya ingin bersyukur dari hal-hal yang mesti kita syukuri. Dengan begitu Aku sadar arti memiliki dan kehilangan. Arti keadilan dan ketidakadilan. Tak ada yang pasti antara hal-hal ini. Dan cerita tentang memiliki, kehilangan, keadilan dan ketidakadilan adalah beberapa tema besar dari setiap kita yang punya harapan tentang kemanusiaan. Tentang hal ini kita selalu pada kesimpulan untuk segala yang sulit didefinisikan.