Saat ini penulis sedang meneruskan magister di Cina, Wuhan University, dalam bidang International Trade dengan beasiswa dari Kementerian Pendidikan Cina untuk negara anggota ASEAN. Sebelum memperoleh beasiswa ini, pada tahun 2015 penulis memperoleh beasiswa LPDP dalam negeri.

Hal-hal yang akan penulis sampaikan murni berdasarkan pengalaman penulis. Tentu setiap orang memiliki kesan dan cerita yang berbeda atau tidak seluruhnya sama. Secara garis besar, beberapa hal perlu kita perhatikan dalam mendapatkan beasiswa.

Pertama, melanjutkan pendidikan di tempat yang bagus, gratis, dan mendapat uang saku bukan berarti tanpa biaya. Bahkan, jika tanpa berjuang meraih beasiswa alias dengan biaya orangtua misalnya, tetap ada biaya yang harus kita keluarkan atau berikan (opportunity cost).

Kita kehilangan kesempatan untuk jalan-jalan atau menikah, misalnya, karena memilih studi. Jadi, mimpi butuh perjuangan, dan perjuangan butuh pengorbanan. Baik itu waktu, biaya, dan pikiran.

Sadari tantangan dalam perjuangan kita dan cari cara untuk mengatasinya. Misalnya, jika kita kekurangan uang untuk tes IELTS, cari di internet cara tertentu untuk mengatasinya. Seperti program yang ditawarkan Kementerian Agama atau lembaga kursus tertentu yang menanggung biaya kursus dan tes. Intinya, cari jalan untuk melewati tantangan tersebut.

Kedua, biarkan orang lain mengetahui niat kita untuk melanjutkan studi. Nasihat Let your action bigger than your word memang sangat terpuji, perbuatan nyata lebih berarti dan penting dibandingkan ucapan kosong tanpa bukti. Namun, bukan di sini tempatnya menempatkan hal ini. Kita  jangan lupa, rezeki Tuhan di antaranya disampaikan melalui hambaNya

Jika teman kita mengetahui bahwa kita ingin melanjutkan studi dengan beasiswa, dia mungkin akan berbagi informasi yang dia miliki atau kebetulan dia ketahui. Kasus yang penulis pernah temukan, seorang rekan tertinggal informasi pendaftaran beasiswa karena teman-temannya yang juga mendaftar tidak tahu ia ingin melamar beasiswa tersebut.

Dan tentu saja, ketika kita memiliki teman yang senang berbagi informasi, sampaikan juga informasi yang kita miliki. Kegagalan meraih beasiswa itu sendiri adalah kekecewaan. Jangan buat dia semakin kecewa dengan kecurangan kita. Dan kebahagiaan meraih keberhasilan bersama-sama tentu tiada duanya.

Ketiga, kenali bidang apa yang ingin kita dalami dan di mana kita ingin menempuhnya. Temukan alasan yang tepat untuk keduanya dan rencanakan apa yang akan kita berikan untuk masyarakat dan negeri dengan ilmu yang kita peroleh.

Keempat, segera terjemahkan ijazah dan transkip nilai dan konsultasi dengan beberapa lembaga yang membantu penempatan dan persiapan studi di luar negeri, seperti IDP, Greatwall, dan ALFALINK. Jangan khawatir, mereka adalah lembaga yang didirikan untuk membantu kita meneruskan studi di luar negeri, jadi pelayanan yang diberikan gratis.

Kelima, pastikan kita memenuhi semua syarat, Jangan cukupkan diri dengan memenuhi syarat yang ditekankan saja. Misalnya, LOA (Letter of Acceptance) dari universitas bersifat “sunah”, lalu kita tetap mendaftarkan diri karena ingin segera mendapatkan beasiswa. Ingat, kandidat yang paling siaplah yang akan didahulukan untuk mendapatkan beasiswa. Jangan cukupkan diri dengan memenuhi syarat minimal.

Keenam, pastikan kita mempelajari dan membaca semua ketentuan beasiswa, jangan mudah bertanya sebelum mencari, mempelajari, dan berusaha karena informasi yang diberikan lembaga pemberi beasiswa umumnya sudah lengkap. Ikuti informasi berita yang ingin kita apply, hindari berpedoman pada informasi tahun lalu karena dimungkinkan ketentuan waktu atau persyaratan berubah.

Berhati-hatilah dalam membacanya, bahkan jika kata-kata yang kita baca sudah tidak asing lagi bagi kita. Pengalam penulis, terdapat kata in copy sebagai ketentuan berkas yang harus penulis kirimkan. Penulis memahaminya sebagai ‘jangan mengirimkan berkas asli’.

Setelah memeriksa ulang di kamus, ternyata kata tersebut bermakna menggandakan. Begitu juga kita harus memahami hal-hal yang ditanggung dalam beasiswa, atau apakah beasiswa yang kita dapat adalah beasiswa penuh atau sebagian. Jangan sampai tiba-tiba di tengah proses kita kebingungan karena baru memahami jenis beasiswa kita.

Selanjutnya, ingatlah beasiswa ini adalah amanah. Tata niat kita untuk belajar agar menjadi bagian dari anfa’uhum linnas”, menjadi salah satu bagian dari manusia terbaik yang berkontribusi dan memberikan manfaat bagi kehidupan dan kebaikan.

Dan yang terakhir, ingat “jarak pandang” kita terbatas dan Tuhan Maha Mengetahui Mendekatlah pada Tuhan dan serahkan hasilnya. Tata hati kita untuk meyakini bahwa rencana dan pemberianNya pasti yang terbaik.

Penulis katakan ”tata” karena penulis menyadari hal ini tidaklah mudah. Jangan lupakan, cara pandang yang positif selalu membuat keadaan lebih baik dan menguntungkan.

Tak bisa disangkal—bagi banyak orang—mendapatkan beasiswa adalah suatu prestasi dan kebanggaan. Hal ini mungkin wajar karena mereka berjuang dan bersaing untuk mendapatkannya.

Meski demikian, beasiswa bukanlah satu-satunya cara untuk mengukir prestasi. Prestasi kita yang sesungguhnya ditunjukan dengan karya kita dan dedikasi kita bagi masyarakat, lembaga, atau orang-orang di sekitar kita.

Penulis kagum sekali kepada mereka yang mampu melanjutkan studinya dengan biaya sendiri atau dukungan orang tua. Karena menuntut ilmu itu ibadah, dan ibadah yang paling utama adalah dengan mengerahkan kemampuan kita sendiri. Dengan begitu, juga akan semakin banyak anak bangsa yang berkualitas untuk membangun negeri. This is not the only truth .

Semoga kita bisa bermetamorfosis dari scholarship hunters menjadi scholarship givers. Semoga bermanfaat :).