Berakhir sudah era Jose Mourinho di Manchester United, Mourinho dipecat setelah serangkaian hasil buruk yang didapat United sepanjang paruh pertama Premier League musim 2018/2019. United menempati urutan ke-7 di klasemen hingga bulan Desember. Bahkan jarak untuk masuk ke 4 besar saat itu cukup jauh poinnya, sekitar 13 poin.
Mungkin kesabaran para petinggi United sudah habis sehingga mereka memecat Mourinho yang baru saja tahun lalu diperpanjang kontraknya selama 3 tahun. Managemen United pun harus rela merogoh kocek yang cukup dalam sebagai kompensasi pemecatan Mourinho.
Akhirnya Solskjaer pun ditunjuk sebagai manager sementara Manchester United. Ole adalah salah satu legenda Manchester United, ia bermain untuk United sejak tahun 1996 sampai 2008. Ole merupakan bagian penting saat United memenangkan treble winner pada musim 1998/1999, ia mencetak gol penentu kemenangan United atas Bayern Muenchen pada masa injury time di final Champions League.
Kehebatan Ole sebagai seorang striker yang memiliki finishing di atas rata-rata, kemampun menyesuaikan diri dengan cepat saat masuk sebagai pemain pengganti sehingga disebut super-sub. Gol-golnya kerap lahir saat ia masuk sebagai pemain pengganti, ketika United kesulitan mencetak gol maka Ole akan masuk dan memecahkan kebuntuan.
Menjadi super-sub saat aktif bermain akankah terulang saat Ole menjadi manager pengganti? Sejauh ini Ole memang menorehkan catatan apik bersama United, dari 11 laga yang dijalani ia memberi United 9 kemenangan, 1 seri dan 1 kalah. 8 kemenangan diraih di premier league, 1 kemenangan di FA Cup melawan arsenal, dan yang terbaru kalah di fase knock-out champions league melawan PSG.
Sebagai fans United saya sendiri sempat ragu akan penunjukkan Ole sebagai manager sementara. Saya tahu Ole pernah melatih Cardiff City saat musim 2013/2014 dan hasilnya buruk, sehingga sempat ada sedikit pandangan miring akan Ole. Namun hasil yang cukup impresif dihasilkan Ole dan skuad United.
Mengawali pertandingan pertama melawan Cardiff City yang di atas kertas sangat mudah dikalahkan, Ole memberi kemenangan 5-0. Kemengan terbesar sejak era Sir Alex Ferguson. Lalu serangkain hasil positif terus diraih skuad United dengan cara bermain yang sangat berbeda saat dilatih Mourinho. Ada beberapa poin yang saya perhatikan semenjak Ole menukangi United:
1.Merubah Mood Pemain
Hal pertama yang dilakukan Ole adalah merubah suasan hati para pemainnya semenjak dilatih Mourinho. Saat diasuh oleh Mou terlihat ada jarak yang cukup besar antara pemain dan manager, Ole justru sebaliknya ia merangkul para pemain United.
Ia mengembalikan senyuman di wajah Pogba, Martial dan pemain lainnya. Sehingga mereka dapat bermain dengan kegembiraan, Ole juga seolah memberi kebebasan di lapangan untuk para pemain United.
Para pemain United bermain dengan kreatifitas yang mereka miliki, kualitas mereka pun tidak perlu diragukan lagi. Seolah-olah kita melihat singa kelaparan yang akhirnya dapat menyantap makanannya, bermain sangat bebas dan menghibur menurut saya.
2.Strategi Mirip Sir Alex Ferguson
Sebagai salah satu anak didik SAF tidak diragukan lagi jika Ole seolah membawa kembali strategi sang Gaffer (julukan Sir Alex). Dia kembali menerapkan strategi counter attack cepat khas United, tentu ia benar-benar memanfaatkan kecepatan lini depan United. Dengan adanya Martial-Lingard-Rashford sangat membantu strategi ini, kecepatan serta finishing ketiganya memang menjadi senjata andalan Ole sejauh ini.
3.Membuat Tim yang Berporos Pada Pogba
Paul Pogba, salah satu talenta besar di dunia sepakbola saat ini. Sebagai seorang gelandang tengah ia memiliki kapasitas yang sangat mumpuni. Akurasi passing, visi permainan, kreatifitas, serta skill yang di atas rata-rata. Tentu tim manapun yang memiliki Pogba akan membuat sebuah taktik yang bertumpu pada Pogba. Terbukti Pogba sejauh ini sudah mencetak 6 gol dan 5 assist sejak Ole menukangi United.
4.Mempertajam Finishing Lini Depan
Lini depan seolah kembali hidup sejak ditangani Ole. Terbukti dengan 26 gol yang dicetak oleh United di semua kompetisi sejak Ole datang. Rashford,Martial dan Lingard benar-benar subur di lini depan. Mungkin para striker mendapatkan wejangan dari mantan striker legendaris United.
Namun sebagai fans sebuah klub kita harus tetap realistis dan tidak boleh terbawa akan suasana. Akan ada saatnya United jatuh, tepatnya bahkan United sudah terpeleset saat seri melawan Burnley 2-2 di kandang lalu kalah 0-2 melawan PSG. Ada beberapa hal yang bisa dibilang sebagai kelemahan Ole dan harus diperbaiki jika ingin melangkah lebih jauh :
1. Terlalu mengandalkan Pogba
Ketika menghadapi PSG di UCL, Pogba benar-benar tidak mendapatkan kesempatan untuk berkreasi membantu serangan seperti biasanya. Pogba ditempel ketat oleh Marquinhos, sehingga membuat aliran bola United dari lini tengah ke depan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pogba akhirnya frustasi dan mendapatkan kartu merah.
Wajar jika Pogba frustasi ia tidak bisa bermain seperti biasa, tidak banyak yang ia bisa berikan untuk timnya. Ole harus bisa mengatasi hal ini, karena banyak hal yang bisa terjadi disisa musim ini. Ia harus mampu membuat tim berjalan dengan baik walaupun tanpa Paul Pogba. United tanpa Pogba sama dengan Barcelona tanpa Messi atau Chelsea tanpa Hazard.
2.Variasi Taktik
Dengan absennya Martial dan Lingard selama 2 sampai 3 pekan sepertinya akan sangat mempengaruhi lini depan United. Di sini kecerdasan Ole akan diuji untuk menciptakan lini depan yang sama tajamnya saat Martial dan Lingard ada di lapangan.
Terlihat bagaimana saat babak ke-2 melawan PSG, Martial dan Lingard keluar karena cedera. Begitu itu terjadi United seperti kehilangan kecepatan di lini depan. Masuknya Mata dan Sanchez tidak banyak membantu United. Mungkin ini saatnya Ole mulai memanfaatkan tenaga muda United seperti Angel Gomes, Tahith Chong atau Greenwood.
3.Stamina Pemain
Sejak Ole menangani United memang permainan United kembali agresif dengan pressing yang cukup ketat yang dimulai dari lini depan. Namun perlu diperhatikan juga kapasitas stamina para pemain United, mereka bisa bermain bagus dari menit awal sampai dengan menit 70 namun setelah itu para pemain kehilangan ritme. Kendala stamina adalah hal yang perlu diperhatikan oleh Ole dan staffnya.
Saya sebagai fans United memang menikmati 'kebangkitan' United saat ini. Namun harus bisa juga realistis, karena saya melihat Ole belum benar-benar membuktikan kapasitasnya sebagai seorang manager. Masih banyak pertandingan berat menanti di sisa musim ini, Liverpool dan Manchester City masih menunggu.
Kekalahan saat melawan PSG sangat bagus karena untuk pembelajaran Ole serta para pemain. Ole seperti masih takut bermain menyerang saat bermain tim-tim seperti PSG yang kualitas pemainnya bisa dikatakan 1 level di atas United.
Semoga Ole mampu memperbaiki hal-hal tersebut sehingga ia bisa mengantarkan United ke posisi 4 besar dan menjalani sisa musim dengan baik. Glory Glory ManUtd!