Ayah …
Yang paling kuingat tentangmu
adalah caramu mamadamkan amarahku
saat aku tidak mendapatkan apa yang kumau
padahal aku tahu
kau begitu jengkel kepadaku
kau pangku tubuh kotorku
lalu kau elus kepalaku
katamu: Aku anak yang paling pintar
tanganmu hangat menyentuh bahuku
kemudian kau mengangkatku sedikit tinggi
katamu: Banyak bintang yang musti kupetik
Ayah …
Yang aku tahu,
kau laki-laki kurus
seringkali terbatuk-batuk
tapi kau tak pernah peduli
kau tetap berangkat ke tempat yang jauh; belum kukenal
lalu aku merajuk
kau menjawab: Kelak, kau akan tahu bagaimana menjadi manusia
aku hanya menggeleng
bagiku, kalimat Ayah serupa mantra
yang tidak mungkin terbaca
asing, seram
Ayah …
Saat aku sudah tujuh tahun
kau tidak memangkuku lagi
tapi ganti memanggulku
katamu: Agar aku lebih dekat dengan bintang
aku hanya bisa tertawa
dan kukatakan: Kau adalah pendongeng
kau hanya tersenyum
mengusap ujung kepalaku
lalu berkata: Bintang-bintang itu milikmu!
apa maksudmu, Ayah? Tanyaku tidak sabar
kau menjawab: Kelak, Ibumu yang akan memberitahumu
aku sudah letih, katanya
aku sudah jenuh, imbuhnya
kenapa, Ayah?
kau tidak pernah sempat menjawabnya
Ayah …
Waktu berputar layaknya gasing
teramat cepat; tidak punya kontrol
dua puluh tiga tahun sudah kisah itu kau bacakan untukku
dan, aku selalu terlelap
andai kau tahu, Ayah
aku sudah memetik bintang itu
ia menyala, menyinari tiap sudut hidupku
bintang itu melukis wajahmu
membawa sakantung rindu
dan kau tak pernah datang lagi
kau terbang bersama debu, angin, kilatan cahaya
Ayah …
Ibu baik-baik saja,
Kakak baik-baik saja
hanya aku yang tidak baik-baik saja
sebab rindu ini terlalu berat kutanggung
Ayah …
Lihat aku sekarang!
aku sepertimu, pergi ke tempat yang tak pernah kukenal
sepertimu, saat aku memarahimu
kau benar, Ayah!
aku tahu menjadi manusia
Terima kasih, Ayah …
Atas rindu-rindu yang tidak pernah punya ruang
Ayah …
Musim hujan belum sepenuhnya pergi
apakah atap rumahmu baik-baik saja?
apakah Tuhan memberimu selimut?
Kata Ibu: Kau akan pulang
Tapi aku tak pernah melihatmu
Ayah ...
Sungguh, aku sangat rindu
Nganjuk, Selepas Buka Puasa Hari ini.