Resesi dalam ilmu ekonomi makro mengacu pada penurunan secara signifikan dalam aktivitas ekonomi, dimana ekonomi dunia menyatakan telah terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi  atau GDP (Gross Domestic Product) secara rill selama dua kuartal secara berturut-turut  yang mana dalam hal ini diiringi oleh peningkatan jumlah pengangguran. *1 kuartal = 3 bulan

Salsah satu indikator terjadinya resesi dikarenakan PDB rill atau keseluruhan nilai pasar dari barang dan jasa menunjukkan pertumbuhan PDB rill ke arah negatif. Mengapa negatif? balik lagi pertumbuhan ekonomi yaitu perubahan GDP (Gross Domestic Product) atau perubahan jumlah barang dan jasa yang diproduksi suatu negara berkurang. Bisa jadi penyebabnya daya beli masyarakat yang menurun. Analoginya "tidak ada yang beli, bagaimana bisa produksi?". Penyebab daya beli masyarakat berkurang : (1) harga mahal, pembatasan mobilitas karena dampak dari pandemi Covid-19, (3) produktivitas produsen untuk menghasilkan barang dan jasa menurun.

Beberapa penyebab resesi diantaranya :

1. Ketidakseimbangan perdagangan : ketidakseimbangan perdagangan yang berkelanjutan dapat menyebabkan masalah ekonomi jangka panjang yang pada akhirnya akan mengakibatkan resesi.

2. Fluktuasi harga aset : fluktuasi harga aset seperti saham dan properti dapat mempengaruhi kepercayaan investor dan konsumen, dan jika harga aset turun secara signifikan maka akan dapat memicu resesi.

3. Kenaikan suku bunga : kenaikan suku bungan oleh Bank Sentral untuk mengendalikan inflasi memperlambat permintaan dan menurunkan investasi yang daoat menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi.

4. Perubahan siklus bisnis : perekonomian secara alami mengalami naik turun, dan ketika siklus bisnis mencapai titik tertentu dimana kepercayaan konsumen dan investor menurun. 

5. Perubahan pada tekonologi : perubahan besar dalam teknologi dapat menyebabkan terjadinya resesi, hal ini dikarenakan revolusi industri yang membuat banyak profesi tidak lagi berguna dan pengangguran yang lebih banyak.

Bayang-bayang yang akan terjadinya Resesi yang "gempar" ditahun 2023 semakin terlihat jelas dan nyata. Hal ini telah disampaikan oleh Presiden World Bank group David Malpass dikarenakan Bank Sentral menaikkan suku bunganya, sehingga ini akan berdampak pada perlambatan ekonomi yang memunculkan resesi di banyak negara salah satunya di Indonesia. 

Hal ini juga mengganggu kinerja ekspor. Menurut Ekonomi BNI Sekuritas Damburi Nasution mengatakan pada setiap krisis ekonomi global maka volume permintaan dan harga komoditas ekspor Indonesia biasanya akan menurun, sehingga nilai ekspor juga akan menurun.

Beberpa strategi persiapan pribadi untuk menghadapi resesi : 

1. Mengatur pengeluaran. Mengatur keuangan dengan memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Hal ini bertujuan dana lebih dapat dialokasikan kepada dana tabungan, inveastasi ataupun dana darurat.

2. Menyiapkan dana darurat.  Hal ini bertujuan untuk menghadapi masalah keuangan tak terduga atau kemmungkinan yang terjadi saat resesi.

3. Berinvestasi. Menabung di Bank ada kemungkinan terjadinya inflasi, sehingga melakukan investasi pada aset yang minim resiko seperti deposito dan reksadana bisa menjadi strategi dalam jenis tabungan jangka panjang.

4. Asuransi. Menyiapkan asuransi kesehatan ketika terjadinya musibah yang mengharuskan dirawat dan membutuhkan dana yang besar, maka asuransi kesehatan bisa menjadi perlindungan atau proteksi, yang mana kebutuhan pokok masih bisa terpenuhi dikala musibah menghampiri.

5. Peningkatan skill serta mengatur rancangan bisnis. Ketika resesi, salah satu dampak yang terjadi yaitu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sehingga untuk bejaga-jaga, maka meningkatkan skill dan mengatur rancangan bisnis penopang sangat dibutuhkan untuk menambah penghasilan dikala resesi.

Adapun cara yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi resesi :

1. Kebijakan moneter. Bank Sentral dapat menurunkan suku bunga untuk meningkatkan investasi serta konsumsi, dan memperkenalkan programm pembelian aset untuk meningkatkan likuiditas pasar.

2. Reformasi struktural. Pemerintah dapat memperkenalkan reformasi struktural seperti deregulasi, privatisasi, dan liberalisasi perdagangan untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan meningkatkan investasi.

3. Mengurangi pengeluaran. Pemerintah dapat mengurangi pengeluaran untuk mengurangi defisit anggaran dan memperkuat nilai tukar mata uang.

4. Memberikan bantuan sosial. Pemerintah dapat memberikan bantuan sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak oleh resesi ekonomi seperti tunjangan pengangguran, BLT (Bantuan Langsung Tunai), Beasiswa, Subsidi,dll.

Beberapa jenis investasi yang mungkin cocok dalam menghadapi resesi:

1. Obligasi. Obligasi dianggap sebagai investasi yang lebih stabil daripada saham karena memberikan pengembalian tetap dan kurang fluktuatif. Terutama obligasi pemerintah yang dijamin oleh negara atau obligasi perusahaan dengan peringkat kredit yang baik, dapat menjadi pilihan yang investasi yang tepat saat resesi.

2. Emas. Emas adalah investasi tradisional karena dianggap sebagai safe haven. Nilai emas cenderung naik ketika pasar saham turun. Investasi emas dapat dilakukan dalam bentuk logam mulia, fisik atau dalam bentu instrumen keuangan seperti ETF Emas.

Perencanaan keuangan sangat penting untuk  menghadapi resesi. Perencanaan keuangan akan membantu mengelola keuangan lebih baik dan lebih siap menghadapi kondisi ekonomi yang sulit, seperti menjaga likuiditas keuangan, meningkatkan kesadaran resiko, menyiapkan dana darurat, menghindari hutang yang tidak perlu serta mengoptimalkan investasi.