Kesehatan mental adalah kondisi individu memiliki kesejahteraan yang tampak pada dirinya dan mampu menyadari potensi dirinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, dan mampu bekerja secara produktif.
Kesehatan mental menurut World Health Organization (WHO), adalah keadaan setiap individu menjadi sejahtera dan bisa mewujudkan potensi mereka sendiri.
Kesehatan mental dalam setiap individu dipengaruhi oleh kejadian atau peristiwa yang dialami di masa lampau yang dapat memengaruhi perilaku dan kepribadian setiap individu tersebut, contohnya kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan stres yang berkepanjangan.
Kesehatan mental bisa terganggu, bila kesehatan mental terganggu maka akan menimbulkan permasalahan pada individu tersebut, permasalahan yang ditimbulkan yaitu gangguan mental.
Gangguan mental adalah gangguan jiwa seseorang yang mengalami gangguan pada pikirannya sehingga tidak dapat hidup selayaknya orang normal, biasanya muncul gejala seperti stres dan muncul pikiran untuk menyakiti diri sendiri.
Kesehatan mental juga penting di kalangan remaja zaman sekarang. Remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental biasanya akan timbul beberapa permasalahan yang muncul.
Banyak remaja yang mempunyai pikiran untuk menyakiti diri sendiri dan berujung bunuh diri atau bahkan menyakiti orang lain.
Remaja tidak dapat mengendalikan emosinya karena sering mengalami kekhawatiran serta rasa takut yang berlebihan.
Perasaan ini dapat berujung pada keinginannya untuk menyakiti diri sendiri karena perasaan stres serta menyalahkan diri sendiri karena gangguan mental juga mengakibatkan individu sulit mengelola emosi.
Remaja akan sulit berkonsentrasi dalam melakukan kegiatannya karena selalu terbayang dengan masalahnya dan cenderung tidak bisa diam dalam waktu lama.
Remaja akan memiliki rasa ketakutan yang tinggi tanpa alasan, biasanya penderita akan berteriak, menangis dan muncul perasaaan khawatir maupun bersalah.
Kondisi fisik terganggu misalnya sakit kepala yang berkelanjutan. Remaja menjadi individualis dan membatasi diri untuk bersosialisasi dan lebih suka menyendiri.
Remaja seharusnya berpikir lebih positif tentang diri mereka sendiri dan hidup bahagia, dengan berpikir positif kita dapat melihat segala sesuatu sebagai suatu proses. Jika kita dapat melihat segala sesuatu sebagai suatu proses, maka itu adalah proses yang sangat wajar jika mengalami perubahan.
Seseorang yang memiliki pola pikir bahwa perubahan adalah proses yang wajar dan alami dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, maka tidak akan timbul kekecewaan dalam dirinya terhadap kondisi apapun yang dihadapi.
Berusaha bangkit dari kekecewaan dan menerima keadaan dengan bersyukur kepada Tuhan serta mengambil hikmah dari kejadian yang dialami.
Kita dapat menjalin hubungan yang baik dengan keluarga maupun teman sekitar dan tidak memendam masalah sendiri, bicaralah dengan anggota keluarga atau teman yang dipercaya jika memiliki kekhawatiran, apabila kita merasa membutuhkan lebih banyak bantuan, kita bisa berkonsultasi dengan psikolog.
Kita bisa mengikuti kegiatan sosial yang positif di lingkungan sekitar, berolahraga dan makan makanan yang sehat, serta memperbaiki pola istirahat.
Kesehatan mental khususnya bagi para remaja sangatlah penting. Hal itu untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan seperti depresi, bahkan sampai bunuh diri.
Bunuh diri adalah salah satu dari tiga penyebab kematian teratas bagi orang-orang berusia antara 15 dan 19 tahun. Remaja yang berpikir untuk mengakhiri hidup mereka sendiri mungkin memberikan beberapa jenis tanda peringatan bahwa mereka merasa tidak berdaya dan putus asa sebelum melakukannya.
Kesehatan mental menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan di usia 15 tahun dari jumlah penduduk Indonesia sekitar 11 juta orang atau sama dengan 6,1% orang.
Remaja di usia 15-24 tahun memiliki persentase 6,2%. Depresi dan perasaan khawatir yang berat pada remaja akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri. Kasus bunuh diri di Indonesia sebesar 80–90% diakibatkan oleh depresi berat. Kasus bunuh diri di Indonesia mencapai 10.000.
Menurut ahli suciodologist 4,2% siswa Indonesia pernah berpikiran untuk bunuh diri, di kalangan mahasiswa sebesar 6,9% sedangkan 3% yang lain pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Kesehatan mental di Indonesia tergolong rendah pemahamannya. Hal ini dibuktikan pemasungan orang dengan gangguan jiwa sebesar 14% pasung seumur hidup, 31% dipasung 3 bulan terakhir.
Selain itu, 91% masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa dan tidak tertangani, hanya 9% yang tertangani, contohnya kasus bunuh diri yang terjadi pada seorang mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia yang tewas karena melompat dari lantai 11 sebuah hotel.
Korban diduga tewas bunuh diri akibat depresi. Kasus lain terjadi di Surabaya sebanyak 11 kasus bunuh diri perdata hingga Oktober 2022.
Kita sebagai remaja penting untuk menjaga kesehatan mental. Remaja membutuhkan kesehatan mental yang baik untuk berkembang dengan cara yang sehat, membangun hubungan sosial yang kuat, beradaptasi dengan perubahan, dan menghadapi tantangan hidup.
Kesehatan mental adalah hal yang penting bagi setiap individu, jika mental remaja sehat maka berbagai aspek kehidupannya akan berjalan dengan maksimal. Penderita gangguan mental di Indonesia masih diabaikan dan dianggap tidak dapat sembuh.
Usia remaja merupakan usia paling rentan terhadap pengaruh yang berasal dari dalam maupun luar yang dijalani oleh remaja itu sendiri. Orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.
Remaja memiliki pandangan tersendiri karena memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Remaja lebih senang untuk mencari dan mencoba hal-hal yang baru, sehingga lingkungan dan orang tua serta guru memiliki peran penting untuk membawa remaja ke hal-hal yang positif.
Berdasarkan data, masih banyak kasus bunuh diri di Indonesia yang diakibatkan gangguan kesehatan mental. Orang dengan gangguan jiwa berat masih mengalami penanganan serta perlakuan yang salah hingga saat ini.
Hal ini terjadi karena adanya stigma yang keliru, sehingga perlu intervensi pendekatan kesehatan masyarakat.
Kita sebagai remaja perlu mengetahui kondisi tubuh kita, apabila terdapat gejala–gejala yang menunjukkan kesehatan mental terganggu, alangkah baiknya datang ke psikolog.
Apabila kita memiliki masalah lebih baik mengungkapkannya kepada keluarga atau teman yang dipercaya, jangan sampai kita bertindak salah dan mempunyai pikiran untuk menyakiti diri sendiri.