Invasi yang dilakukan oleh Rusia kepada Ukraina masih terus berlangsung hingga saat ini. Konflik negara bekas pecahan Uni Soviet tersebut tidak hanya melibatkan dua negara tersebut saja.
Negara yang dipimpin oleh Volodymyr Zelenskyy itu rupanya mendapatkan dukungan dari negara-negara NATO dan negara Paman Sam.
Melihat hal tersebut Vladimir Putin berniat untuk membuat aliansi baru dengan negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan negara beruang putih tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin membangun aliansi baru tersebut untuk melancarkan invasi kepada Ukraina. Selain itu aliansi baru buatan Vladimir Putin ini dibentuk untuk menghadapi negara barat dengan melibatkan Iran.
Putin tiba di ibukota Iran pada Selasa (19/7) dan bertemu dengan Presiden Iran Seyed Ebrahim Rayeesi.
Dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas hubungan terbaru Rusia dan Iran yang berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Kedua pemimpin juga memuji hubungan bilateral kedua negara yang mengalami peningkatan secara signifikan, terutama di bidang ekonomi, keamanan, infrastruktur, energi, perdagangan dan industri.
Dilain pembahasan itu, ternyata ada rencana lain yang ditujukan oleh Putin itu.
Pertemuan yang melibatkan Rusia dengan Iran dan negara Turki itu dilaporkan dalam membahas tentang kerjasama serta hubungan negara, termasuk juga perihal dukungan pemerintah Iran terhadap Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin membangun aliansi baru tersebut untuk melancarkan invasi kepada Ukraina. Selain itu aliansi baru buatan Vladimir Putin ini dibentuk untuk menghadapi negara barat dengan melibatkan Iran.
Melihat pertemuan itu sebagai salah satu kepentingan Teheran karena menghadapi protes yang berkembang di dalam negeri.
Sebelumnya Biden melakukan kunjungan ke negara Israel dan Arab Saudi. Kunjungan tersebut dikabarkan bahwa Amerika akan menghentikan pasokan nuklir kepada Iran.
Karena rencana Amerika terhadap Iran itulah yang menyebabkan Rusia menggaet negara timur tengah itu sebagai koalisi baru yang dianggap sebagai koalisi anti barat.
Sikap Amerika Serikat dan Israel terhadap Iran yang pada akhirnya membuat negara Itu mendekat kepada aliansi pertahanan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
Yang dimana Rusia dan Tiongkok menjadi kekuatan utamanya.
Dilansir dari New York Times bahwa pada saat mengadakan pertemuan di Iran, Putin bersikeras ingin memperkuat aliansi Iran-Rusia sebagai perlawanan atas keputusan Joe Biden mengucilkan Rusia.
Pada pertemuan itu mempertemukan Putin dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Khamenei sebelumnya telah mendeklarasikan bakal mendukung Rusia di tengah perang melawan Ukraina.
Yang menarik dalam pertemuan itu, turut hadir pula dalam pertemuan yang sama yakni Recep Tayyip Erdogan selaku Presiden Turki.
"Perang adalah upaya yang keras dan sulit, Iran sebagai negara muslim tidak mendukung perang. Namun dalam kasus Ukraina, jika Rusia tak mengambil alih pihak lain akan melakukannya dan perang menjadi semakin besar", ujar Khamenei.
Dibandingkan sekutu Rusia yang lainnya seperti Tiongkok. Dukungan yang dilontarkan Khamenei ini jauh lebih blak-blakan bahkan terbilang cukup berani.
Bukan tanpa alasan mengapa Khamenei memutuskan untuk mendukung penuh Rusia. Negara-negara barat telah mencekik perekonomian di Teheran selama bertahun-tahun.
Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita milik Rusia, pemerintah Iran saat ini tengah menyiapkan sejumlah dokumen yang diperlukan untuk masuk ke dalam SCO.
Sebelumnya hubungan kedua negara Rusia dan Iran ini sempat merenggang meskipun Rusia mendukung Iran saat perang saudara di Suriah. Kini Iran memutuskan untuk memihak kepada Rusia. Karena negara ini merupakan negara yang ingin melawan barat dan layak untuk dibela.
Sementara itu, Janis Kluge dari lembaga SWP di Berlin menilai sanksi yang dihadapi Iran karena program nuklirnya dapat memberi Moskow "beberapa pelajaran".
"Sebagai gantinya, Rusia dapat menawarkan barang-barang militer dan mungkin bahan mentah atau biji-bijian," katanya kepada Reuters.
Ada kesamaan antara Putin dan Raisi selaku presiden Iran. Keduanya sama-sama memimpin negara yang menghadapi sanksi internasional dan mengecam Barat sebagai kekuatan korup.
Dikabarkan bahwa aliansi baru ini akan melibatkan negara-negara yang anti barat yang terdiri dari Rusia, Tiongkok, Korea Utara, Iran, Turki.
Yang di mana dua negara superpower di dalamnya akan menjadi tonggak utamanya, yakni Tiongkok dan Rusia.
Meskipun dipastikan Turki turut ikut mengambil andil deadland aliansi yang baru ini, maka hal itu akan menambah masalah dengan negara uni Eropa.
Karena seperti yang diketahui bahwa Turki merupakan negara anggota NATO. Dan NATO merupakan organisasi uni Eropa yang berada di pihak Ukraina.
Selain itu jika melihat dari sejarah, bahwa Iran dan Amerika Serikat merupakan dua negara yang tidak pernah akur dan selalu terlibat konflik.
Oleh karena itu melihat dari data-data di atas pembentukan aliansi baru ini kemungkinan besar akan menimbulkan konflik yang cukup besar pasca berakhirnya perang dunia kedua.
Kemungkinan pertama ialah akan kembali adanya dua blok gang saling bertentangan yakni, blok Amerika serikat dengan NATO.
Di sisi lain ada blok dari negara oposisi Amerika serikat dan barat.
Pastinya juga rencana pembentukan aliansi ini masih membutuhkan waktu. Karena dipastikan bahwa Turki masih terganjal karena negara ini masih berstatus sebagai anggota NATO.