Kosovo merupakan negara baru yang terletak di Balkan. Kosovo masih diperdebatkan pengakuannya oleh beberapa negara. Perdebatan ini disebabkan oleh konflik Kosovo dengan Serbia. Konflik yang terjadi terkait dengan kemerdekaan Kosovo yang dinyatakan secara sepihak.
Kosovo menyatakan memisahkan diri dari Serbia. Selain merupakan bagian dari Serbia Kosovo juga beretnis Albania. Hal tersebutlah yang melatar belakangi pemisahan diri wilayah Kosovo dari bagian Serbia.
Kemerdekaan secara sepihak oleh Kosovo ini menimbulkan beragam respon dari negara lainnya. Respon tersebut muncul karena pembahasan terkait status Kosovo pernah dibicarakan oleh PBB.
Respon yang ada dari berbagai negara tersebut sebagian besar adalah terkait status pengakuan. Status pengakuan Kosovo masih menimbulkan pro dan kontra diantara anggota PBB termasuk Indonesia. Pro dan kontra tersebut juga dilatarbelakangi oleh keberpihakan setiap negara terhadap Serbia dan Kosovo.
Dari adanya pro dan kontra terkait pengakuan Kosovo tentu peran politik luar negeri setiap negara adalah kunci yang menentukan. Politik luar negeri setiap negara termasuk Indonesia memiliki peran untuk menentukan sikap masing-masing negara.
Sikap setiap negara memang murni sepenuhnya kewenangan dari negara yang memberikan pengakuan. Pemberian pengakuan atau keberpihakan tidak dapat diganggu oleh negara lainnya.
Dalam bahasan konflik yang terjadi di Kosovo ini Indonesia memilih untuk tidak memberikan pengakuan terhadap Kosovo. Sikap tersebut dilatar belakangi oleh politik luar negeri Indonesia yang memiliki hubungan baik dengan Serbia.
Hubungan diplomatik yang baik antara Indonesia dengan Serbia inilah yang membuat Indonesia sepenuhnya berada di pihak Serbia. Indonesia juga menyatakan sepenuhnya bahwa Kosovo merupakan hak penuh dari Serbia.
Sikap yang ditunjukkan oleh Indonesia sangat berpengaruh besar. Pengaruh tersebut dapat berupa hubungan baik yang terjaga antara Serbi dengan Indonesia. Apabila Indonesia memberikan pengakuan terhadap Kosovo, maka kemungkinan besar Serbia akan menjadi pihak oposisi.
Dari kemungkinan itu dapat dikatakan bahwa apabila memberi pengakuan terhadap Kosovo maka Hubungan diplomatik dengan Serbia akan buruk.
Indonesia terhadap Kosovo sebenarnya ada keterkaitan. Keterkaitan itu berupa kesamaan agama mayoritas. Kosovo dan Indonesia merupakan negara mayoritas muslim. Dari adanya suatu kesamaan agama mayoritas itu sebenarnya dapat saja Indonesia memihak kepada Kosovo.
Akan tetapi politik luar negeri Indonesia memilih untuk tetap memihak Serbia. Hal tersebut dikarenakan Indonesia dan Serbia telah berhubungan diplomatik baik sejak lama. Meskipun demikian masih ada sebagian kecil masyarakat indonesia yang menyuarakan untuk Indonesia memberi pengakuan terhadap Kosovo.
Meskipun demikian sikap Indonesia tetap mengakui bahwa Kosovo adalah bagian dari Serbia. Hal itu secara otomatis memandang Kosovo sebagai pihak separatis. Keputusan politik luar negeri Indonesia ini merupakan keputusan yang paling tepat secara politik.
Meskipun jika dipandang melalui kesamaan agama keputusannya bisa dikatakan kontroversial. Keputusan politik dalam pengakuan Kosovo ini merupakan kewenangan penuh dari pihak Indonesia. Jadi apapun kebijakannya tidak akan terganggu oleh negara lain.
Kebijakan Indonesia untuk tidak mengakui Kosovo ini juga dilakukan oleh beberapa negara lain. beberapa negara lain yang tidak memberikan pengakuan terhadap Kosovo memiliki tujuannya masing-masing. Tujuan atau alasan tidak mengakui Kosovo dapat memiliki kesamaan dan ada pula yang berbeda dengan Indonesia.
Sebagian besar kesamaan adalah karena mereka memiliki hubungan diplomatik yang kuat dengan Serbia, termasuk Indonesia. Contoh negara lain yang tidak mengakui Kosovo seperti Indonesia antara lain Spanyol, Yunani, dan Serbia.
Keberpihakan Indonesia terhadap Serbia ini juga dapat dikatakan sebagai implementasi prinsip politik luar negeri Indonesia yaitu bebas aktif. Hal ini dibuktikan dengan sikap dan kebijakan Indonesia yang ditentukan oleh Indonesia sendiri untuk berada di pihak Serbia.
Selain itu selama berada pada pihak Serbia, Indonesia masih memiliki hubungan baik dengan beberapa negara yang memilih untuk mengakui Kosovo. Pengimplementasian politik luar negeri bebas aktif itu juga dapat dinyatakan dengan Indonesia tetap berperan aktif di dalam PBB termasuk membahas tentang permasalahan Serbia dan Kosovo. Tujuannya adalah mencapai perdamaian dunia.
Sikap Indonesia ini terhadap Kosovo ini berbeda dengan sikap terhadap Palestina. Meskipun dalam kasus keduanya bisa dilatar belakangi oleh agama yang sama. Tetapi dalam bahasan konflik Kosovo dan Serbia ini, Indonesia murni memandangnya sebagai hal politik. Dengan demikian keputusan Indonesia untuk menolak pengakuan terhadap Kosovo tidak disangkutpautkan dengan masalah keagamaan.
Sikap politik luar negeri Indonesia terhadap Kosovo tidak berubah sejak 2008. Keputusan sikap luar negeri Indonesia tetap konsisten sejak Kosovo Menyatakan kemerdekaan pada tahun itu. Dengan demikian Indonesia berperan aktif terhadap isu Kosovo. Peran aktif Indonesia itu dibuktikan dengan berpihak kepada Serbia hingga saat ini.
Dengan sikap politik luar negeri tersebut Indonesia tetap berhasil menjaga hubungan diplomatik yang baik dengan Serbia. Selain itu Indonesia juga tetap menjaga perdamaian terhadap semua pihak meskipun berpihak pada Serbia.
Hal itu ditunjukkan dengan Indonesia tidak pernah memiliki konflik secara langsung dengan pihak Kosovo. Semua hal tersebut membuktikan bahwa prinsip politik bebas aktif memberikan dampak yang positif bagi Indonesia.