Meskipun bukan sesuatu yang patut dibanggakan, namun pengalaman dijajah bangsa asing yang dirasakan oleh Indonesia telah memberikan buah perlawanan, pergerakan, dan pemikiran kritis dari para pejuang kemerdekaan. Tidak melulu menggunakan instrumen perang, namun kerangka berpikir sistematislah yang mampu menggiring bangsa ini menuju gerbang kemerdekaan.
Seiring berjalannya waktu, Indonesia yang telah merdeka akhirnya bertransformasi menjadi salah satu kekuatan besar di wilayah Asia Pasifik. Kebutuhan terhadap formula kebijakan negara di arena politik internasional menjadi sebuah keniscayaan.
Perkembangan kebijakan luar negeri Indonesia telah mengalami berbagai konteks permasalahan yang berbeda. Pada masa awal terbentukya, Indonesia telah dihadapkan dengan dinamika luar negeri yang begitu kompleks ketika dunia tengah menghadapi peperangan global baik dalam bentuk fisik maupun ideologi.
Hatta dalam tulisannya Colonialism and the Danger of War menekankan pentingnya hak sebuah negara untuk memperoleh kemerdekaan.
Di samping itu, Hatta juga menggambarkan bagaimana proses perjuangan yang telah Indonesia dan India lalui pada tahun 1940-an. Ini menjadi sebuah contoh bagi negara-negara lain di Kawasan Asia dan Afrika guna melepaskan diri dari belenggu kolonialisme negara-negara Barat.
Bagi Hatta, fenomena tersebut memberikan angin segar dalam eskalasi politik internasional. Namun tidak dapat dimungkiri juga bahwa hal ini memberikan dampak negatif saat stabilitas keamanan global berada dalam posisi terancam.
Keadaan politik global yang terbelah kedalam blok Barat dan Timur memberikan dampak signifikan terhadap negara-negara yang baru merdeka, pun termasuk di dalamnya Indonesia. Alih-alih memberikan keuntungan secara langsung, keberpihakan dirasa kurang strategis bagi Indonesia. Karena itulah arah kebijakan luar negeri Indonesia diarahkan dalam sebuah konsep yang dinamakan dengan politik luar negeri yang bebas.
Saat itulah Soekarno hadir sebagai wajah utama diplomasi Indonesia. Pendekatan politik dilakukan oleh Soekarno guna membawa Indonesia sebagai inisiator gerakan non-blok di mana keberpihakan yang tidak terikat pada salah satu blok dari Barat atau Timur akan memberikan keuntungan bagi pergerakan Indonesia, setidaknya menurut penilaian Soekarno.
Tetapi, konsep politik luar negeri yang bebas tidak serta-merta membolehkan Indonesia dalam posisi netral. Kritik terhadap arah kebijakan tersebut akhirnya dijawab dengan mengimplementasikan politik aktif dalam menggalang kekuatan dari negara-negara di Kawasan Asia dan Afrika. Semenjak itulah politik bebas aktif menjadi doktrin dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Pemikiran Soekarno dan Hatta, baik secara langsung maupun tidak, telah memberikan corak pada kebijakan luar negeri Indonesia. Bagi Soekarno, kekuatan sebuah bangsa terletak pada semangat nasionalisme yang lahir dari nilai-nilai perjuangan kemerdekaan. Nilai-nilai tersebut harus tergambar jelas dan menjadi arah dari segala kebijakan Indonesia, khususnya dalam kancah politik internasional.
Kekuatan politik dari kebebasan dan kemerdekaan menjadi amunisi utama guna menghapuskan imperialisme dari dunia secara permanen. Dalam konteks Indonesia, Soekarno menempatkan Pancasila sebagai panduan utama dalam pergerakan politik luar negeri Indonesia.
Persamaan nilai yang dibalut dalam semangat nasionalisme serta nilai-nilai kebebasan bagi negara-negara yang masih terjajah dalam belenggu kolonialisme Barat menjadi nilai tambah dalam kebijakan luar negeri Indonesia era Soekarno guna menggalang kekuatan dan dukungan negara-negara berkembang.
Bersamaan dengan itu, Hatta menganggap pentingnya penghapusan kolonialisme Barat untuk menghindari konfrontasi fisik yang dapat melahirkan Perang Dunia ketiga. Pentingnya pengakuan terhadap hak segala bangsa untuk merdeka dibarengi dengan usaha bersama dapat menciptakan kemerdekaan yang bermakna.
Konteks usaha bersama yang ditekankan oleh Hatta, selain untuk menjaga stabilitas keamanan global, juga untuk meningkatkan kualitas ekonomi negara. Dengan meningkatnya kerja sama dan nilai ekonomi antarnegara, maka konfrontasi fisik dapat dihindari.
Sumbangsih Soekarno dan Hatta dalam penyusunan kebijakan luar negeri Indonesia, baik secara pemikiran maupun secara praktis, sangat kental melekat pada korps diplomatik negeri ini. Indonesia menegaskan diri sebagai negara yang anti terhadap penjajahan.
Namun, di sisi lain, Indonesia juga tetap mampu menempatkan diri bersama negara-negara konflik yang memiliki kepentingan di dalamnya dengan mengedepankan kebijakan diplomatis di berbagai forum internasional.
Perpaduan antara ketegasan Soekarno dan kelembutan Hatta dalam berdiplomasi menjadi ciri khas Indonesia dalam melenggang di tengah dinamika hubungan internasional. Basis pemikiran Soekarno dan Hatta yang diwarnai dengan nilai-nilai perjuangan kemerdekaan telah banyak memengaruhi arah kebijakan luar negeri Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi bangsa menjadi nilai utama Soekarno-Hatta dalam menjalankan misi diplomatik Indonesia dalam mempertahankan dan menyebarluaskan nilai-nilai kemerdekaan. Sumbangsih Indonesia dalam politik global pada masa kepemimpinan Soekarno dan Hatta erat kaitannya dengan kebangkitan perlawanan negara-negara di Kawasan Asia dan Afrika dalam melawanan kolonialisme.
Di waktu yang sama, Soekarno dan Hatta membawa stabilitas politik internasional yang digaras-bawahi oleh inisiatif Indonesia merancang gerakan non-blok.
Indonesia sebagai bangsa yang besar sangatlah beruntung memiliki tokoh seperti mereka berdua. Karena itu, warisan pemikiran Soekarno-Hatta hendaknya terus dijaga oleh para pemangku kepentingan luar negeri Indonesia agar ciri khas diplomasi Indonesia tidak luntur tergerus arus.