Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu dengan cara yang berbeda-beda.

Berbagai usaha manusia untuk dapat mencapai atau memecahkan peristiwa yang terjadi di alam atau lingkungan sekitarnya. Bila usaha tersebut berhasil dicapai oleh manusia, maka diperoleh apa yang manusia katakan sebagai pengetahuan. 

Pola pikir manusia dapat berkembang dengan kemampuan berpikir dan bernalar, akal sehat serta nuraninya yang memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik lagi dan bijaksana untuk dirinya maupun lingkungan sekitarnya.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, manusia terus menerus mengembangkan pola pikir/pengetahuan mereka akan dunia. Salah satu contoh perkembangan pola pikir manusia adalah gadget. 

Gadget ini telah menjadi salah satu komponen dalam kehidupan manusia dan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pembentukan dan perkembangan pola pikir manusia. Mulai dari berkomunikasi jarak jauh, mempermudah pekerjaan, mempermudah mencari pekerjaan, mempermudah mencari informasi mengenai berita terbaru, dan sebagainya.

Disisi lain, perkembangan pola pikir manusia ini memiliki sisi buruk yaitu dapat membuat pikiran manusia menjadi jahat terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain yang membuat manusia ingin menguasai sendiri semua yang ada di dunia ini.


Perkembangan Pola Pikir Menurut Auguste Comte

Auguste Comte lahir di Montpellier pada 19 Februari 1798 dan disebut sebagai Bapak Sosiologi. Auguste Comte merupakan seorang tokoh brilian yang disebut ebagai peletak dasar sosiologi. Auguste Comte melihat perkembangan ilmu pengetahuan alam (natural sciences) dan dengan penyelidikannya atas perilaku alam dapat ditemukan hukum-hukum tetap yang berlaku general pada alam (hukum alam). 

Menurut Auguste Comte (1798-1857 M) perkembangan pemikiran manusia terdiri atas tiga tahap yaitu tahap teologis, lalu meningkat ketahap metafisik, kemudian mencapai tahap akhir yaitu tahap positif.

  • 1. Tahap Teologis

Tahap teologis melekatkan manusia seperti alam. Menurutnya tahap ini merupakan ungkapan dari supernaturalisme, bermula dari suatu faham yang mempercayai adanya kekuatan magis dibenda-benda tertentu, ini adalah tahap teologis yang paling primitif.

Pada tahap teologis, manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab pertama dan tujuan akhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib.

  • 2. Tahap Metafisik

Tahap metafisik ditandai oleh kepercayaan bahwa kekuatan abstrak seperti “alam” dapat menjelaskan segalanya. Pada tahap metafisik pemikiran manusia dikuasai oleh filsafat dan ketika manusia mencapai tahap metafisika ia mulai mempertanyakan dan mencoba mencari bukti-bukti yang meyakinkannya tentang sesuatu dibalik fisik.

Tahap metafisika merupakan tahapan manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri pada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan kepada akalnya sendiri.

  • 3. Tahap Positif

Tahap positif berusaha untuk menemukan hubungan seragam dalam gejala. Orang tidak mau lagi menemukan asal muasal dan tujuan akhir alam semesta atau melacak hakikat yang sejati dari segala sesuatu dan dibalik sesuatu.

Tahap positif merupakan tahap dimana manusia telah mampu berpikir secara positif atau nyata atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan, dan perbandingan.

 

Pengetahuan Manusia

Manusia adalah hewan rasional. Disebut rasional, karena manusia selalu menggunakan akal sehat dalam merumuskan sesuatu yang menyangkut penilaian, pembedaan, dan penjelasan, sehingga munculah pengetahuan.

Pengetahuan adalah hasil yang diketahui oleh manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

Pada umumnya pengetahuan tentang sesuatu diawali dengan adanya stimulus dari suatu objek, stimulus tersebut menimbulkan rasa ingin tahu yang mendorong manusia untuk melihat, menyaksikan, mengamati, mengalami dan sebagainya.

Manusia sebagai makhluk berpikir akan dilengkapi dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan fenomena alam, mencoba memecahkan masalah atau masalah yang dihadapinya, dan mencoba memahami sendiri masalah tersebut, yang semuanya menyebabkan manusia memperoleh pengetahuan yang baik.

Kamus filsafat menjelaskan bahwa pengetahuan adalah sebuah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Manusia memperoleh pengetahuan yang baru melalui rasa ingin tahu akan suatu kejadian atau fenomena yang terjadi di dunia, melalui mitos-mitos, ramalan, mengandalkan perasaan/insting, logika, orang yang ada di sekitarnya, dan agama.

Zaman sekarang banyak manusia hanya mengandalkan insting mereka untuk memecahkan suatu masalah yang sedang terjadi di sekitar mereka, tetapi manusia tidak bisa hidup berdasarkan instingnya saja. Manusia dapat mengenali, menguasai, dan mengelolah berbagai sumber daya yang ada di dunia untuk kehidupannya.

Berkat pengetahuan yang diberikan Tuhan, manusia bisa mengubah, mendaur ulang, mengolah kembali barang bekas menjadi barang yang bisa digunakan kembali. Contohnya ban bekas menjadi pot bunga, botol plastik menjadi celengan, dan masih banyak lagi.

Apakah manusia sangat memerlukan pengetahuan? Pengetahuan sangat penting bagi manusia, karena tanpa adanya pengetahuan maka manusia tidak dapat membedakan segala sesuatu yang ditangkap oleh panca indra dan tidak dapat mengetahui apa yang terjadi di dunia ini maupun yang ada di sekitarnya. Ada dua kelompok yang mempercayai asal usul pengetahuan manusia, yaitu: kelompok materialisme dan kelompok non materialisme.

  • a. Kelompok Materialisme

Kelompok ini beranggapan bahwa pengetahuan hanya diperoleh dari panca indra. terkait dengan empirisme, epistemologi. Artinya, realitas hanyalah materi, sehingga hanya indera yang mampu mengetahui entitas tersebut.

  • b. Kelompok Non Materialisme

Kelompok ini percaya bahwa pengetahuan diperoleh tidak hanya dari indera tetapi juga dari pikiran, sehingga konsekuensi dari pandangan ini adalah percaya pada hal-hal non materi dan materi. Indera adalah alat yang mampu menangkap baik objek khusus maupun pribadi. Nalar adalah alat yang mampu menangkap non-objek universal dan abstrak.

Lalu, apakah manusia membutuhkan ilmu pengetahuan? Bukankah manusia tetap hidup tanpa ilmu pengetahuan? Perlu kita sadari bahwa aktivitas mengetahui adalah aktivitas yang secara inheren melekat pada cara kita sebagai manusia. Dalam filsafat ilmu disebut mengetahui adalah mode of being, yaitu sifat manusia yang mempunyai keinginan untuk mengetahui, sehingga manusia akan terus mencari ilmu tanpa mengenal lelah.

Seringkali pengetahuan membedakan manusia dengan binatang. Padahal secara essensial pengetahuan tidak dapat dijadikan sebagai sesuatu yang membedakan keduanya, karena pengetahuan merupakan sesuatu yang dimiliki oleh manusia maupun binatang. Perbedaan manusia dan binatang dalam soal pengetahuan terletak pada taraf perkembangannya.

Pengetahuan manusia secara umum dikelompokkan menjadi empat jenis pengetahuan, yaitu: pertama, pengetahuan umum sebagai pengetahuan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tanpa mengetahui seluk beluk secara luas dan mendalam; kedua, pengetahuan ilmiah (sains), yaitu pengetahuan yang masih berkisar pada pengalaman dan diperoleh melalui metodologi dan metode tertentu; ketiga, ilmu filsafat, yaitu ilmu tanpa batas dengan menggunakan kajian-kajian mendalam dan hakiki yang menembus batas-batas pengalaman biasa; dan keempat, ilmu agama sebagai ilmu yang dapat diperoleh melalui Tuhan melalui syafaat utusan-Nya, biasanya bersifat mutlak dan harus diikuti.

 

Kesimpulan 

Pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada manusia sangatlah berlimpah, sangat berguna untuk kehidupan manusia. Pengetahuan yang diberikan Tuhan dapat berkembang lebih jauh di masa yang akan datang. Maka dari itu marilah mensyukuri atas apa yang telah Tuhan berikan kepada umat manusia, jangan menggunakan pengetahuan yang kita miliki untuk melakukan kejahatan tetapi untuk melukan kebaikan.