Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Kesukaran bukan saja bagi individu yang sedang menapaki masa remajanya, akan tetapi kesukaran yang berdampak (positif dan negatif) terhadap lingkungan sekitarnya.

Pada masa remaja ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Ada banyak ketegangan dan kebingungan yang dirasakan anak.

Perubahan-perubahan yang dialaminya menyangkut beberapa aspek, mulai dari emosional, intelektual dan spiritual. Aspek-aspek tersebut saling terkait.

Pada masa ini mereka sangat peka, sering berubah sikap atau haluan, misalnya suatu ketika sangat bergairah dalam belajar atau bekerja, tiba-tiba berubah menjadi lesu. Kegembiraan berubah menjadi sedih. Termasuk dalam bercita-cita kadang-kadang setinggi langit, tiba-tiba pudar dan ragu-ragu.

Masa remaja merupakan masa-masa yang labil, di mana masa seseorang tumbuh menjadi dewasa untuk mencari jati dirinya. Masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan banyak memberi pengalaman hidup.

Di masa inilah saatnya seseorang mengukir banyak prestasi, baik akademik maupun non akademik. Tergantung bagaimana dia bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Tapi disisi lain banyak remaja yang ingin menikmati masa indahnya remaja dengan bersenang-senang.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin canggih memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan sehari-hari terutama pada remaja. Dalam gaya hidup saat ini yang sangat berkaitan dengan perkembangan zaman dan teknologi, mereka cenderung mengikuti mode masa kini.

Kehidupan remaja pada saat ini lebih condong ke hal yang negatif. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka cenderung mengikuti gaya orang barat, contohnya dalam masalah berpakaian yang tidak sesuai dengan norma agama.

Contoh lainnya adalah mereka sudah mengenal yang namanya minum-minuman keras, rokok bahkan narkoba. Mereka beranggapan bahwa jika tidak mengkonsumsi barang-barang tersebut mereka dinilai sebagai orang yang ketinggalan zaman dan tidak gaul. Pergaulan remaja di zaman sekarang sudah dalam titik kekhawatiran yang parah.

Dalam menyikapi hal ini, orang-orang yang berkepentingan terhadap remaja terutama orang tua harus dapat melanggengkan kegairahan belajar dan bekerja untuk mencapai cita-cita yang sedang membumbung tinggi, setinggi langit.

Penyadaran betapa pentingnya terus belajar misalnya, dan tidak lepas pula dari ajaran agama Islam. Karena Islam mendorong untuk rajin belajar dan menuntut pada ajaran agama Islam.

Perkembangan agama pada umur ini amatlah penting. Apabila mereka telah memahami ajaran agamanya dan telah terbiasa berdoa dan melakukan ibadah, serta menerapkan ketentuan agama dalam kehidupan sehari-hari, sebelum memasuki umur remaja, maka masalah pembinaan akhlak akan lebih mudah karena mereka telah terlatih memahami perintah agama dan menghentikan larangannya.

Setelah masa remaja awal berlalu anak akan memasuki masa pubertas. Pada masa ini tampak kecenderungan anak remaja kembali kepada sikap introspeksi, karena mereka mengira bahwa dirinya telah dewasa.

Hal ini sering mempersulit upaya memberikan bimbingan dan petunjuk kepada mereka. Untuk itulah sangat diperlukan langkah-langkah bijaksana dari orang dewasa dalam melakukan pendekatan terhadap remaja.

Para remaja mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya secara begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostis atau atheis, melainkan mereka menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna.

Kalau kita lihat dari perkembangan intelektual para remaja sebenarnya sangat positif. Karena itu lah bagi yang memiliki kepentingan terhadap remaja terutama orang tua harus dapat memfasilitasi perkembangan tersebut dengan memberikan keyakinan keberagamaan yang logis, yang sebenarnya keyakinan keberagamaan yang logis itu hanya ada pada ajaran agama Islam.

Penyadaran-penyadaran yang bertendensi agama sangat penting diberikan kepada remaja, sebab remaja itu sebenarnya sedang berada di persimpangan jalan. Artinya potensi untuk menjadi orang baik dan menjadi orang jahat sama-sama memiliki peluang.

Kebutuhan remaja terhadap agama sebagai pegangan hidup dapat membantu mereka dalam membatasi dorongan-dorongan yang semakin mendesak itu. Remaja yang hidup dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang aman dan tentram, tekun beribadah, akan menampakkan keyakinanya kepada Tuhan (Allah swt).

Remaja yang biasa hidup dalam lingkungan kehidupan yang agamis akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat karena hidup agamis.

Orang tua merupakan contoh bagi anak-anaknya. Peranan orang tua dalam menumbuhkan jiwa agama bagi anaknya, memberikan prospek kehidupan anak pada masa yang akan datang.

Orang tua yang mengerti tentang urgensi pertumbuhan dan perkembangan agama dalam kehidupan anaknya cenderung memberikan suatu aturan-aturan agama yang harus dilaksanakan dalam praktik hidupnya sehari-hari.

Hal seperti inilah dapat dimanfaatkan untuk melatih anak dalam membiasakan menjalankan ibadah agama dan penuh rasa disiplin dan tanggung jawab.

Pengaruh orang tua memberikan kesan kepada anak bahwa dalam kehidupan sehari-hari, si anak harus senantiasa terikat dengan kehidupan orang tua, sebab pada hakikatnya mereka masih membutuhkan bantuan orang tua. Maka dengan demikian terdapat kecenderungan anak untuk menggantungkan diri pada orang tua.

Proses perkembangan naluri beragama akan dapat berjalan dengan pertumbuhan fisik anak. Dampak jiwa agama dalam sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, cenderung untuk mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan sekitarnya.